saluran cerna sensitif pada bayi anak

Kenapa Saluran Cerna Bayi Sensitif dan Bagaimana Jika Kondisi Ini Berlanjut?

Sistem imun manusia 80% dibentuk di saluran cerna. Saluran cerna yang sensitif biasa terjadi pada bayi di awal kehidupan, tapi pada sebagian anak kondisi ini berlangsung lebih lama. Berisiko mengganggu tumbuh kembang.

Dr. Badriul Hegar, PhD, SpA(K), Konsultan Gastrohepatologi Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, menjelaskan bagaimana saluran cerna bayi/anak bisa sensitif.

Apa itu usus sensitif dan apa sebabnya?

Dalam 1000 hari pertama kehidupan, organ pencernaan anak belum matang, jadi ia sangat sensitif. Ada gangguan sedikit saja bisa jadi masalah. ini disebut juga keluhan saluran cerna fungsional (functional gastro system).

Pertama, saat dilahirkan enzim laktase yang ada di ujung vili – organ mirip benang di usus yang berfungsi menyerap makanan - belum lengkap. Enzim laktase bertugas memecah laktosa (gula) susu menjadi galaktosa dan glukosa, kemudian diserap tubuh sebagai energi.  Akibatnya usus bayi belum bisa menyerap laktosa (intoleransi laktosa).

Kedua, normalnya sel-sel epitel di permukaan usus yang matang saling terikat satu sama lainnya. Pada bayi, sel-sel tersebut masih renggang, sehingga memudahkan kuman atau makanan yang sensitivitasnya tinggi menyusup di antara celah tersebut, atau tidak tercerna.

Ketiga, ada yang disebut intoleransi laktosa sementara. Yakni terjadi pada bayi berusia < 1 bulan. Akibatnya, saat menyusu, bayi menjadi gumoh, tinja encer, kerap kentut kadang disertai pantat kemerahan. Ini reaksi normal, pada bulan ke dua pencernaan bayi sudah bisa menerima ASI.

Penyebab lain adalah defisiensi laktosa genetik. Normalnya enzim laktase akan terbentuk optimal dalam 2 tahun (1000 hari), namun pada ras Asia dan Afrika jumlah enzim laktase akan turun lagi. Jadi wajar jika setelah usia 2 tahun anak, bahkan orang dewasa akan mencret jika minum susu kebanyakan.

Apa pentingnya saluran cerna yang sehat?

Sekitar 40% sel-sel usus adalah jaringan limfoid (gut associated lymphoid tissues) yang berhubungan dengan sistem imun. Dari jumlah tersebut mampu menghasilkan 70-80% sel imun.

Saluran cerna adalah pelindung pertama dari dunia luar sebelum masuk dalam aliran darah. Jika saluran cerna terinfeksi, mukosa (membran tipis yang melindungi usus) hilang dan sel epitel meregang, bakteri bisa masuk, makanan tidak tercerna sempurna, bayi lebih gampang sakit.

Di dalam kandungan usus bayi relatif steril. Saat lahir normal ia terpapar bakteri baik (probiotik) dari vagina ibunya. Bakteri ‘warisan’ itu dari golongan bifidobacteria dan lactobacillus. Kemudian saat mendapatkan ASI ekslusif, saluran cerna bayi didominasi oleh bifidobacteria. Tapi jika bayi mendapatkan susu formula biasa, komposisi bakteri dalam usus berubah, didominasi bakteri biasa, bahkan bakteri berbahaya.

ASI ekslusif meningkatkan immunoglobulin A (IgA) 3 x lebih tinggi daripada jika diberi susu formula. IgA adalah antibodi yang ditemukan di hidung, saluran napas, saluran cerna, telinga, mata dan vagina. Sistem imun yang belum matang juga berhubungan sebab-akibat dengan saluran cerna yang sensitif.

Berapa prevalensinya di Indonesia?

Sebuah studi internasional menyebutkan, dari 3000 bayi hampir 50% adalah keluhan saluran cerna fungsional/sensitif. Di Indonesia, sekitar 30% anak memiliki saluran cerna sensitif.

Kejadian diare anak di Indonesia sekitar 52%. Pada anak <3 tahun penyebab terbanyak adalah rotavirus (60%). Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian nomor dua (15-17%) pada balita.

Sebagai gambaran, di ujung vili usus anak terdapat enzim laktase. Rotavirus akan memotong vili sampai setengahnya. Akibatnya enzim laktase semakin sedikit. Saat anak/bayi minum susu, laktosa menumpuk di usus, tekanan di usus meningkat dan menarik cairan dari sel epitel. Mekanisme selanjutnya adalah tubuh berusaha mengeluarkan cairan tersebut, maka terjadilah diare.

Sebelum ke luar lewat dubur, kuman di usus besar memfermentasi cairan tadi menjadi asam dan gas. Akibatnya feses yang sudah encer tadi berbau asam, perut kembung dan kerap buang gas. Ditambah pantat kemerahan karena iritasi.

Karena diare ini disebabkan oleh rotavirus, tidak membutuhkan antibiotik. Yang penting jangan kekurangan cairan. Tetap berikan ASI/makanan karena itu adalah nutrisi untuk perbaikan epitel yang dirusak rotavirus. Zinc diberikan selama 10 hari, jangan kurang. Penelitian membuktikan zinc 10 hari penuh mencegah diare berulang sampai 3 bulan ke depan.

Sementara pada kasus konstipasi (sembelit) fungsional, dialami oleh 15% anak. BAB normal jika dilakukan tiap hari atau 2-3 kali seminggu, tanpa mengejan berlebihan. Dianggap konstipasi jika di luar angka tersebut, atau ada kejadian kecepirit (ada flek dalam celana dalam) > 1 x seminggu, fesesnya keras, menahan ketika akan BAB karena trauma kesakitan akibat feses yang keras.   

Jika ini berlangsung terus-menerus, maka feses dalam usus besar akan menumpuk, akibatnya usus besar melebar. Menyebabkan sensitisasi usus berkurang, yang harusnya jika ada feses di usus didorong, mekanisme ini tidak terjadi. Bisa dalam 10 hari tidak BAB.

Salah satu cara mengatasi konstipasi adalah dengan toiled training. Duduk di WC dengan kaki menginjak lantai, atau diberi pijakan kursi bagi anak yang kakinya belum sampai. Tujuannya untuk memberi tekanan pada anus. Di mulai usia 3 tahun. (jie)