Hubungan Pertemanan Pengaruhi Perilaku Tidur | OTC Digest

Hubungan Pertemanan Pengaruhi Perilaku Tidur

Waktu tidur remaja, terutama remaja wanita, yang awalnya sekitar 9 jam menjadi kurang dari 8 jam/hari. Mereka mengalami insomnia sedang atau terbangun di malam hari, akibat galau dengan masalah pertemanan, pekerjaan rumah, atau keluarga. Begitu kesimpulan peneliti the Study of Early Child Care and Youth Development dari University of Cincinnati, setelah mengamati perilaku 1.000 remaja usia 12-15 tahun.

Menurut peneliti, hubungan pertemanan – termasuk dengan orangtua – berkontribusi besar terhadap banyaknya waktu tidur. Sebagai contoh, remaja menjadi cukup tidur karena orangtua  melakukan kontrol.

Para remaja juga memiliki tidur malam yang baik, jika mereka bermain dan aktif di sekolah, serta memiliki teman-teman yang peduli terhadap tugas sebagai pelajar.

Memiliki hubungan pertemanan yang kuat dengan rekan yang berperilaku positif, akan mendorong sifat atau karakter seperti tidur tepat waktu. Penemuan ini dimuat dalam the Journal of Health and Social Behaviour baru-baru ini.

Secara normal seorang anak yang tumbuh menjadi remaja dan dewasa, akan semakin berkurang waktu tidur mereka. Penelitian menunjukkan, ketika mulai beranjak dewasa produksi hormon melatonin – hormon yang mempengaruhi rasa ingin tidur – semakin menurun.

Ini menjelaskan kenapa orang dewasa “terpaksa” begadang dan terlambat bangun tidur, sementara anak-anak /remaja lebih segar saat bangun pagi.  

Menurut Prof. David J. Maume, pemimpin penelitian, riset dilakukan untuk melihat cara menangani masalah susah tidur. Bagi orangtua yang  anak remajanya mengalami susah tidur, disarankan untuk mengubah kebiasaan agar jangan terlalu bergantung pada obat tidur.

Akan lebih baik bila orangtua menerapkan jam tidur bagi anak-anak mereka.  “Cara ini lebih aman dan murah,” ujar Prof. David.

Tidur dan pembuangan kotoran otak

Penelitian lain tentang tidur yang dilakukan oleh ahli dari University of Rochester Medical Center (URMC) menunjukkan, tidur dibutuhkan oleh otak untuk membuang racun.

Penelitan yang dipublikasikan dalam the Journal Science Translation Medicine 2012 juga menemukan, sel-sel otak “menyusutkan diri” hingga 60% saat tidur agar pembuangan “sampah” sel lebih efektif.

Penelitian yang dilakukan oleh dr. Maiken Nedergaard, dkk., ini melihat, proses pembuangan racun itulah yang menyebabkan walau dalam keadaan tidur, manusia tetap menggunakan banyak energi seperti saat bangun.

Tidur dikenal memiliki fungsi sendiri, seperti regenerasi sel dan penyimpanan memori. Inilah penelitian pertama yang membahas mengenai pembuangan kotoran dari otak.  (jie)