bahaya merokok usia balita

Duh… Usia 3 Tahun Sudah Merokok, Bahaya Kematian Mendadak Mengintai

Dodi (sebut saja begitu) mengisap sebatang rokok. Kemudian ia keluarkan asap dari hidung dan mulutnya. Ini pemandangan biasa, sebenarnya. Menjadi tidak biasa, karena Dodi masih balita. Bocah Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta ini baru berusia 3 tahun. Ya, tiga tahun. Kata orangtuanya, Dodi seringnya minta jatah rokok sore menjelang magrib.

Awalnya si kecil Dodi gemar memungut puntung dekat rumahnya. Rokok yang tinggal sepotong kecil itu dia isap. Tampaknya, ia merasa ada kenikmatan. Tak puas hanya mengisap puntung rokok, ia minta diberi rokok. Orangtua tentu kaget, Dodi yang masih balita bukan minta dibelikan permen, kerupuk atau jajanan anak-anak lainnya. Dia minta rokok. Seperti umumnya anak-anak, ia menangis kalau permintaannya tidak dituruti. 

Anak-anak, menurut pakar psokologi, adalah peniru ulung. Apa yang orangtua lakukan, ia berniat meniru. Bagus, tentu, bila yang ditiru hal yang baik atau positip. Merokok? Ini masalah. Orang dewasa pun sebaiknya menghindari rokok, karena dapat mengganggu kesehatan. Dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke dan kanker paru.

Orang dewasa bisa membedakan baik buruk. Untuk urusan rokok, sepertinya tidak. Bagi para pecandu, peringatan di bungkus rokok bahwa “Rokok membunuhmu”, tidak membuat gentar. Kadang bahkan dijadikan bahan meme dan olok-olok.

Rokok sebabkan kematian mendadak

Indonesia adalah surganya perokok. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Di negeri ini, cukai yang dikumpulkan dari pabrik rokok, jumlahnya sangat signifikan. Dan para pembayar cukai rokok, umumnya mereka yang berpenghasilan minim. Upaya pemerintah menghambat jumlah pecandu dengan berbagai cara, tidak menampakkan hasil. Jumlah perokok aktif terus naik. 

Yang mengkuatirkan, usia perokok di Indonesia semakin muda. Makin banyak remaja dan anak di bawah umur -- seperti Dodi -- sudah mengenal dan mengisap rokok. 

Asap rokok mengandung banyak zat beracun: nikotin, karbon monoksida dan zat karsinogen (pemicu kanker). Asap rokok dapat memicu gangguan kesehatan di banyak organ tubuh: jantung, ginjal, pembuluh darah, alat reproduksi, tulang, otak dan kanker paru-paru.

Penelitian lain menyebutkan, paparan asap rokok meningkatkan risiko iritasi mata, alergi, asma, bronkitis, pneumonia dan meningitis. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes menyatakan, bayi dan anak-anak yang terpapar asap rokok, berisiko mengalami SIDS (Sudden Infant Death Syndrome), kematian bayi secara mendadak.

Risiko anak perokok

1. Paru-paru tidak berkembang

Paru-paru adalah organ tubuh yang paling berisiko mengalami kerusakan akibat asap merokok. Merokok di usia dini, dapat memengaruhi dan menghambat perkembangan paru-paru. Zat berbahaya pada rokok, bisa membuat pertumbuhan dan perkembangan paru-paru terhambat. 

Paru-paru anak-anak dan remaja perokok, berisiko berhenti tumbuh. Kondisi ini dapat menimbulkan masalah serius saat anak beranjak dewasa. Kanker paru-paru menjadi ancaman serius, yang sebaiknya disadari. 

2. Gigi rusak 

Merokok merupakan penyebab utama gangguan kesehatan gigi dan mulut pada anak dan remaja. Risiko lain yang dapat terjadi: infeksi, karies, plak dan gangguan gusi. 

3. Kekuatan otot dan tulang menurun

Kebiasaan merokok pada anak dan remaja, bisa memicu gangguan otot dan tulang; terutama tulang belakang, leher, tangan dan kaki. Sebuah penelitian menunjukkan, remaja perokok kepadatan tulangnya cenderung rendah, dibanding remaja seusia yang tidak merokok. Merokok juga menyebabkan pertumbuhan tulang terhambat, bahkan berhenti. 

Cara terbaik menghindari semua risiko “sederhana”: stop dan jauhkan anak dari paparan asap rokok. (sur)