anak_pendek_faktor_kekurangan_nutrisi

Di Indonesia, Anak Pendek Paling Banyak Karena Faktor Nutrisi

Pemenang Asia’s Next Top Model siklus 3 asal Indonesia, Ayu Gani, sempat dipandang sebelah mata oleh salah satu juri karena tingginya ‘hanya’ 173 cm; di bawah rerata ideal model 176 cm. Menurut ukuran Indonesia, Ayu sebenarnya termasuk tinggi. Namun, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, persentase anak pendek dan sangat pendek usia balita di Indonesia mencapai 37,2%; meningkat dari Riskesdas 2010 (35,6%).

Banyak faktor yang bisa menyebabkan anak pendek. Kabar baiknya, pendek akibat sebab tertentu bisa dikoreksi bila ditemukan dini. Lebih jauh mengenai pertumbuhan tinggi badan anak, Hanida Syafriani dari OTC Digest mewawancara dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A (K), dokter spesialis anak yang banyak menangani masalah endokrin.

 

Apa yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi badan?

Banyak. Nutrisi hanya salah satu faktor. Faktor lain misalnya berat badan bayi saat lahir rendah (BBLR), genetik, epigenetik, penyakit kronik, konsumsi obat tertentu, hormon dan sebagainya.

Ya, ada yang tampak normal. Ada yang tidak tampak normal. Yang tidak normal dari awal sudah terlihat: kepala besar, tangan pendek, kaki bengkok. Mungkin karena sindrom tertentu, pengaruh hormon (kurang hormon pertumbuhan, tiroid atau seks), atau kelainan tulang. Bisa karena faktor pubertas.

Yang tampak normal, salah satunya terkait nutrisi. Sebagai variasi normal, tentu akan mengikuti tinggi orangtuanya. Ada populasi yang gennya pendek; satu kampung semuanya pendek selama beberapa generasi. Misalnya suku Pigmi di Indonesia. Bila orangtua atau salah satu orangtua pendek akibat faktor nutrisi atau penyakit, belum tentu anaknya akan pendek.

Harus dilihat apa penyebab anak pendek, dicari tahu hingga rekam medis lengkap sekeluarga. Pemeriksaan dan deteksi dirujuk terhadap kondisi spesifik. Terapi disesuaikan dengan penyebabnya. Bisa nutrisi, suplementasi, anti-inflamasi, endokrin (hormon pertumbuhan, hormon tiroid). Misal, anak kekurangan hormon pertumbuhan. Tanda-tandanya: usia 13-14 tahun tinggi hanya 110 cm. Perut gendut, mikropenis pada anak lelaki, dan biasanya pertumbuhan gigi terhambat; giginya cuma satu-dua. Bila seperti ini, bisa disuntik hormon. Namun tidak semua anak pendek butuh konsultasi khusus, terapi endokrin atau pemberian nutrisi.

Disebut stunting bila anak pendek disebabkan kurang asupan nutrisi. Harus dibedakan mana yang stunting, mana yang pendek; tidak semua anak pendek stunting. Penyebab pendek multifaktor. Di Indonesia, pendek paling banyak disebabkan faktor nutrisi.

 

Kapan harus mencurigai pertumbuhan anak tidak normal?

Antara lain bila tinggi badan di bawah target, kecepatan tumbuhnya kurang dari 5 cm/tahun dari usia 3 tahun sampai puber, dan kurva pertumbuhan menyilang ke bawah setelah usia 18 bulan. Orangtua perlu konsultasi ke dokter sejak awal, dan belajar membuat kurva pertumbuhan. Tidak sulit. Ukur tinggi badan, berat badan hingga lingkar kepala anak. Ukur setiap bulan sejak anak lahir hingga usia 9 bulan. Lalu tiap tiga bulan, hingga ia berusia 3 tahun. Selanjutnya minimal setiap tahun sampai usia 5 tahun.

Dengan kurva bisa dilihat perkembangan anak. Bila kurva tinggi dan berat badan turun,  itu stunting. Bila perkembangan berat badannya normal, maka dia normal, hanya pendek saja. Bukan stunting. Anak ini tidak akan bertambah tinggi meski status nutrisinya diperbaiki. Bila semua anak pendek disama- ratakan, diberi makan banyak, anak malah jadi obesitas, hipertensi, diabetes dan lain-lain.

Perhatikan vitamin D. Dari penelitian saya di SD di Jakarta, hanya 9,2% yang kadar vitamin D-nya normal, dan 16,7% kekurangan kalsium. Vitamin D bisa dari sinar matahari. Secara genetik kita berbeda dari orang asing (ras kaukasian /bule). Kulit mereka cukup terpapar matahari selama 30 menit, 3x seminggu. Jadi, saat mereka mendapat matahari selama 3-6 bulan di musim semi dan panas, sudah cukup. Orang Indonesia butuh 5x lipatnya. Jadi, bila mereka cukup dengan paparan sinar matahari 90 menit/minggu, kita butuh 450 menit. Anak sekarang jarang yang bermain di luar, sehingga kekurangan vitamin D.

 

Apakah pendek berhubungan dengan kecerdasan?

Bila pendek karena nutrisinya terganggu, berpengaruh. Itu sebabnya perlu mengukur lingkar kepala, sehingga bila kepalanya tidak berkembang bisa segera diketahui. Namun faktor yang paling berpengaruh pada intelektual adalah hormon tiroid. Satu dari 2.000-2.500 anak yang lahir memiliki hipotiroid (hormon tiroid di bawah normal). Anak seperti ini selain pendek, kecerdasannya kurang. Bila diintervensi (dengan hormon tiroid), tinggi badan bisa diperbaiki, tapi kecerdasannya tidak. Terapi selewat 6 bulan saja, IQ-nya tidak sampai 80; kecerdasannya tidak akan bisa mengejar anak lain.

 

Terkait pubertas?

Ada anak yang pubernya terlambat. Waktu kecil tampak pendek tapi karena usia pubernya lama, hasil akhirnya bisa sama dengan anak yang dari awal pertumbuhannya cepat tapi pubernya lambat. Sering pasien datang saat sudah haid, atau yang lelaki saat ingin masuk AKMIL (akademi militer) tapi tinggi badan kurang dan minta dikoreksi.

Pubertas meliputi beberapa aspek. Yang pertama awal kejadiannya, lalu progresnya. Ini  berlangsung 4-5 tahun; bila pubertas selesai dalam 2 tahun, ia rugi karena kuota pertumbuhannya cepat selesai. Kuota pertumbuhan sangat berkurang sejak masa pubertas. Usia pubertas berkisar usia 8-13 tahun (perempuan) dan 9-14 tahun (laki-laki). Ada kecenderungan pubertas lebih cepat akibat pola makan dan lain-lain.

Pubertas pada perempuan dimulai sejak payudara mulai tumbuh. Setelah itu 2,5-3 tahun kemudian ia haid dan setelah 2 tahun haid, pertumbuhan tinggi badan berhenti. Perempuan tumbuh 85-90% saat puber, sehingga tinggi badan sangat dipengaruhi berapa tinggi badannya saat puber. Setelah puber, tingginya hanya bisa bertambah rerata18-23 cm. Meski kita usahakan, nutrisi diperbaiki, hanya tersisa 10-15%. Bila ia puber cepat atau progres pubernya berlangsung cepat, maka ia akan pendek. Jadi bila tingginya saat puber sekitar 130 cm, setelah dewasa tingginya tidak akan sampai 160 cm.

Lelaki agak berbeda. Awal pubertas sulit dilihat karena harus diukur dari pertumbuhan buah zakarnya. Di akhir masa pubertas, cepat bertambah tinggi; kebalikan dari perempuan. Orangtua kadang tidak tahu kapan anak lelakinya puber. Tahu-tahu usia 14 tidak bertambah tinggi karena pubertasnya sudah selesai.

Agar tidak ‘kecolongan’, orangtua harus sering ngobrol dengan anak, sehingga dapat mengetahui perkembangannya. Dari awal harus tahu ketika payudara anak perempuan mulai sakit, atau anak lelaki mulai tumbuh rambut kemaluannya.