Dampak Kekurangan Zat Besi terhadap 5 Potensi Prestasi Anak

Dampak Kekurangan Zat Besi terhadap 5 Potensi Prestasi Anak

Kekurangan zat besi pada anak tak hanya menyebabkan anemia. Fungsi zat besi bagi tumbuh kembang anak sangatlah krusial. “Pertama, zat besi merupakan pembentuk mielin saraf otak,” ujar dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, Sp.GK, Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik FKUI. Mielin adalah selubung akson sel otak, yang terdiri dari protein dan lemak. Pertumbuhan jaras atau persambungan sel-sel otak anak sangat pesat pada usia 6 bulan hingga 2 tahun. “Pembentuk jaras-jaras ini adalah mielin,” terangnya. Selain itu, zat besi membantu pembentukan dan fungsi neurotransmitter di otak, serta merupakan kofaktor enzim dan transporter serotonin, dopamine, dan norepinefrin.

Zat besi juga dibutuhkan membentuk hemoglobin (Hb) dan mioglobin. Hb adalah protein dalam darah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh termasuk otak, sedangkan mioglobin yakni protein yang menyediakan oksigen bagi sel-sel otot. Bila anak kekurangan zat besi, maka fungsi-fungsi tadi pun akan terganggu.

“Transmisi oksigen ke otot terganggu sehingga anak lebih malas bergerak. Akibatnya, perkembangan motoriknya pun terganggu,” jelas dr. Nurul, dalam diskusi daring bertajuk Kekurangan Zat Besi jadi Ancaman Serius Generasi Emas 2045 Indonesia bersama Danone, Kamis (17/12/20). Sudah pasti kecerdasan anak pun terhambat, perkembangan perilaku dan emosi anak pun bisa terganggu.

Secara lebih detil, kekurangan zat besi bisa menghambat 5 potensi prestasi anak, seperti dijelaskan berikut ini.

Berpikir cepat

Berpikir cepat adalah kemampuan anak untuk mengolah informasi secara mendalam, kritis, cerdas, dan kreatif. Apa yang terjadi bila potensi ini tidak tercapai akibat kekurangan zat besi? “Anak jadi sulit fokus, dan perhatiannya mudah teralihkan. Ia pun jadi pelupa, lambat paham, mudah tertipu, dan pikirannya tertutup; tidak mau terbuka terhadap ide-ide lain,” papar psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si, atau Nina, dalam kesempatan yang sama.

Tumbuh tinggi

Tumbuh tinggi tak sekadar tubuh yang tinggi, tapi juga kuat, sigap, fleksibel, lincah dan terampil, sehingga koordinasi motorik kasar maupun halus baik. “Ini adalah salah satu kunci awal dari kemampuan konsentrasi yang baik,” ungkap Nina. Bila prestasi ini tidak tercapai, tubuh anak jadi kaku, gerakannya tidak luwes, atau malah lemas. Sikapnya juga canggung, koordinasi tubuh tidak seimbang, mudah capel, dan ujungnya, konsentrasi anak pun bermasalah.

Hal ini senada dengan pendapat dr. Nurul. Menurutnya, anak yang kekurangan zat besi akan mengalami penurunan fungsi motorik. “Anak jadi lebih malas, cepat capek, dan tidak secekatan anak teman-teman seusianya,” ujarnya.

Percaya diri

Ini bukan melulu soal anak suka tampil, melainkan keyakinan anak tentang kemampuan dirinya. “Dia percaya dia baik, bisa melakukan sesuatu, serta bagaimana kemampuannya mengatur emosinya agar tidak meledak-ledak,” tutur Nina.

Anak dengan percaya diri yang baik lebih berani untuk bereksplorasi, mencoba hal-hal baru, lebih produktif, lebih santai dalam menghadapi masalah, dan lebih bahagia. Sebaliknya bila potensi prestasi ini tidak tercapai, anak menjadi pencemas, ragu-ragu, banyak terhambat, dan banyak masalah.

Tangguh

Tangguh berarti kemampuan anak mengatasi stres dalam situasi yang menantang. Di masa pandemi, ini merupakan aspek yang penting seklai untuk dicermati. Ya, bukan hanya orang tua yang mengalami stres saat pandemi ini, tapi juga anak-anak. Anak yang tangguh akan memiliki motivasi, mengalami keberhasilan, dan memiliki banyak prestasi, bahkan di situasi pandemi sekalipun.

Apa yang terjadi bila potensi prestasi ini tidak tercapai hanya karena masalah sepele kekurangan zat besi? “Anak menemui banyak kegagalan, banyak masalah yang tidak selesai, dan ke depannya nanti makin banyak hambatan yang dihadapinya,” ujar Nina.

Aktif bersosialisasi

“Aktif bersosialisasi adalah kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, dengan menampilkan ketrampilan sosialnya,” lanjut Nina. Mulai dari cara ia berkenalan, mengantre, berbagi, hingga menyelesaikan masalah dengan teman.

Anak yang aktif bersosialisasi memiliki banyak teman, banyak dukungan, dan banyak kesempatan yang terbuka. Saat dewasa nanti, ia lebih mudah mendapat pekerjaan karena punya banyak akses dari kenalannya. Sebaliknya saat potensi prestasi ini tidak tercapai, anak menjadi minder, sulit beradaptasi, dan dulit mendapat peluang baik dari sekelilingnya.

Agar potensi prestasi si Kecil berkembang optimal, tentu nutrisinya harus dilengkapi, dan kekurangan zat besi harus segera diatasi. “Cukupi kebutuhan zat gizi anak dari daging merah, hati, unggas, ikan, maupun sumber zat gizi nabati seperti sayuran hijau,” ujar dr. Nurul Makanan mapun minuman yang difortisikasi zat besi juga bisa diberikan, untuk mencegah kekurangan zat besi.

“Tak kalah penting, stimulasi yang tepat juga harus diberikan,” ucap Nina. (nid)

___________________________________________

Ilustrasi: School photo created by jcomp - www.freepik.com