bayi di singapura lahir dengan antibodi covid-19

Bayi Di Singapura Lahir Dengan Antibodi COVID-19

Ketika Caline Ng-Chan hamil 10 bulan, ia terdiagnosa COVID-19. Sebelum itu, pada Maret 2020, belum banyak yang memahami bila virus corona bisa mempengaruhi kehamilan dan janin.

Tetapi saat guru privat di Singapura itu, melahirkan anaknya Aldrin di awal November, berita tersebut menggembirakan banyak ibu yang tertular COVID-19 ketika hamil.

Aldrin bebas COVID-19 dan tampaknya memiliki antibodi pelindung setidaknya untuk sementara dari COVID-19. Ng-Chan tidak positif COVID-19 selama persalinan.

Dilansir dari Science Alert, Ng-Chan mengatakan, “Kehamilan dan persalinan saya berjalan mulus meski didiagnosis COVID-19 pada trimester pertama, yang merupakan tahap paling tidak stabil dalam kehamilan.”

“Saya sangat diberkati memiliki Aldrin dan dia lahir dengan sangat sehat. Saya merasa lega akhirnya perjalan COVID-19 saya berakhir sekarang.”

Kisah bayi lahir dengan antibodi COVID-19 ini menambahkan data bahwa penularan COVID-19 dari ibu ke bayi jarang terjadi, dan bahwa bayi lahir dari ibu yang pernah menderita COVID-19 mungkin terlindung untuk sementara waktu.

Antibodi COVID-19 tampaknya bisa melewati plasenta

Riset skala kecil menyatakan bila ibu dengan COVID-19 bisa menurunkan antibodi IgG – jenis antibodi yang menunjukkan pemulihan – melawan infeksi virus ke janin mereka di dalam rahim.

Dalam makalah di bulan Maret 2020 disebutkan dari enam wanita yang positif SARS-CoV-2 saat melahirkan, ditemukan lima bayi memiliki peningkatan kadar antibodi IgG. Tidak ada bayi mereka yang menderita COVID-19.

Semua wanita tersebut memakai masker, melahirkan bayi mereka melalui operasi caesar di ruang isolasi bertekanan negatif, dan diisolasi dari bayi-bayi mereka segera setelah melahirkan; sesuatu yang menurut penelitian terbaru tidak diperlukan.

Laporan kasus Oktober 2020 juga menggambarkan bayi yang lahir dari ibu dengan COVID-19 tanpa gejala memiliki antibodi IgG tetapi negatif tes COVID-19, menunjukkan ‘kekebalan pasif’ melalui plasenta.

Dr. Jessica Madden, spesialis anak dan direktur medis di Aeroflow Breastpumps mengatakan, dalam beberapa hal itu diharapkan, karena antibodi IgG terhadap bakteri dan virus diketahui melindungi janin dan bayi baru lahir dari penyakit menular.   

“Ini adalah alasan kenapa vaksin tertentu, seperti pertusis dan flu, direkomendasikan selama kehamilan,” katanya. “Antibodi IgG meningkat pada janin di akhir kehamilan, terutama setelah kehamilan 36 minggu.”

Tetap dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana keparahan penyakit berefek pada level antibodi, bagaimana waktu infeksi selama kehamilan berperan, dan seberapa kuat / lama imunitas yang dimiliki bayi.

Satu riset di Wuhan, China, yang melibatkan 24 wanita hamil positif COVID-19 menunjukkan kekebalan pada bayi baru lahir berkurang dengan cepat.

Antibodi dalam ASI

ASI dari ibu yang baru saja terinfeksi COVID-19 juga dipercaya memberikan perlindungan untuk bayi. Satu studi di bulan September 2020 menunjukkan dari 37 sampel ASI, tidak ada yang terdeteksi dengan virus corona, tetapi semuanya memiliki antibodi untuk menetralisir COVID-19.

Ini juga tidak mengherankan karena beberapa antibodi ASI diketahui membantu melindungi bayi dari berbagai penyakit, seperti campak saat mereka masih terlalu muda untuk menerima vaksin.

Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention), manfaat tersebut lebih besar daripada risiko menyusui dengan COVID-19, selama ibu mengambil tindakan pencegahan seperti memakai masker dan mencuci tangan dan payudara sebelum menyusui. (jie)