pemberian obat demam pilek dan diare yang tepat untuk anak

Bagaimana Pemberian Obat Demam, Pilek dan Diare Yang Tepat Untuk Anak

Demam, pilek atau diare merupakan penyakit yang kerap menghinggapi anak kecil, dan tak jarang orangtua dibuat panik karenanya. Demam tinggi bisa menyebabkan anak kejang. Pemberian obat demam, pilek atau diare yang tepat penting untuk keamanan anak-anak.  

Dr. Luszy Arijanty,SpA dari RS Gading Pluit Jakarta, menjelaskan penting bagi orangtua untuk tetap tenang saat mendapati si kecil sakit.

“Kejang karena demam berlangsung cepat, sekitar satu menit, setelah itu berhenti sendiri. Kejang jenis ini tidak merusak otak atau mengganggu perkembangan anak,” tukas dr. Luszy.

Obat yang dianjurkan untuk anak adalah golongan asetaminofen (paracetamol). Hindari golongan ibuprofen atau metamizol karena berisiko menyebabkan iritasi lambung, mual, muntah dan diare. Ingat, organ anak belum matang. 

Baca : Pemberian Obat Yang Benar Pada Anak, Kapan Diberikan dan Bagaimana Dosisnya?

“Itu sih (iritasi lambung) masih bisa dicegah, misalnya minumnya tidak saat perut kosong. Yang paling berbahaya adalah bisa menyebabkan trombositopenia, atau trombositnya turun,” kata dr. Luszy.

Ini berbahaya, karena jika si kecil demam karena DBD berisiko menyebabkan perdarahan. Sebagai informasi kadar trombosit (keping darah/platelet) dalam darah baru bisa diketahui setelah 3 hari demam.

Obat hanya boleh diberikan pada saat demam, bukan sebagai pencegahan. Dosis maksimal adalah 5 x pemberian dalam 24 jam. 

Pada anak kejang demam kadang obat diberikan lewat anus, ini untuk meminimalkan risiko obat dimuntahkan kembali (jika diminumkan). Selain itu dalam anus terdapat lebih banyak saraf, sehingga penyerapan ke pembuluh darah untuk kemudian ke target organ lebih cepat.  

Yang tak kalah penting adalah amati adanya reaksi alergi. “Sebagian orang memang bisa alergi paracetamol. Pada kasus ini terpaksa diberi ibuprofen, tapi dengan pengawasan ketat,” ujar dr. Luszy.

Obat direkomendasikan untuk diberikan saat suhu badan mulai mencapai 38°C, atau sebelum 38°C dengan gejala loyo atau tidak aktif. Sebaliknya walau sudah mencapai suhu 38°C tapi jika anak masih aktif, pemberian obat dapat ditunda.

“Sambil dikompres dengan air hangat, tidak hanya di kepala, usapkan juga ke seluruh badan. Banyak minum, kenakan baju dan selimut tipis, AC tetap nyala agar suhu kamar tetap sejuk. Kalau sampai hari ke 3 masih panas bawa ke dokter,” saran dr. Luszy.

Obat batuk pilek

Pada kasus batuk- pilek pada anak-anak masalah terletak pada pengenceran lendir, sehingga direkomendasikan untuk batuk-pilek diberi obat yang sifatnya pengencer dahak (ekspektoran).

Batuk sesungguhnya merupakan reaksi tubuh untuk mengeluarkan benda asing, seperti lendir/dahak atau debu di saluran napas atas/bawah.

“Kalau lendirnya tidak keluar, masalahnya tidak akan selesai-selesai. Selain itu diberikan antihistamin untuk mengurangi rasa gatal di tenggorokannya,” tambah dr. Luszy. “Atau diberi inhalasi untuk kasus saluran napas yang kecil. Adanya lendir membuat saluran napas makin sempit, akibatnya napasnya bunyi. Ini aman untuk bayi.”

Hindari golongan antitusif dan kodein (golongan narkotika). Antitusif merupakan obat batuk yang bekerja dengan dua cara. Pertama, menurunkan sensitifitas reseptor batuk di paru. Kedua, menghilangkan batuk dengan menurunkan stimulus batuk.

Baik antitusif maupun golongan kodein efektif menekan batuk, tapi tidak direkomendasikan untuk anak.

Jika anak batuk terus-menerus disarankan menggunakan nasal spray (semprotan hidung). Caranya disemprotkan saat anak menarik napas dalam-dalam, kemudian dihisap sebanyak 10 kali, obat akan masuk ke saluran napas.

Obat diare

Yang terpenting dalam tatalaksana diare adalah keseimbangan cairan. Minuman tidak harus oralit. “Kadang rasa oralit malah bikin muntah. Beri dia teh hangat, susu encer atau minuman probiotik. Bakteri baik (probiotik) dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh,” kata dr. Luszy.

Beri juga zinc selama 10 hari penuh. Riset membuktikan pemberian zinc selama 10 hari, walau si kecil sudah tidak diare, dapat mencegah diare berulang sampai 3 bulan ke depan. Sebagian besar penderita diare akut akan sembuh dengan banyak minum (untuk mencegah dehidrasi), tanpa penanganan khusus.

Hindari pemberian obat golongan loperamide, obat ini untuk memampatkan diare dengan memperlambat gerak usus. Biasanya hanya tersedia dengan resep dokter, karena memberi efek samping kembung, sembelit, perut nyeri disertai mual muntah dan kehilangan nafsu makan. (jie)