Ibu menyusui yang telah divaksin COVID-19 bisa memberikan antibodi pelindung kepada bayi mereka. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association (JAMA) menemukan bahwa vaksinasi COVID-19 mendorong keluarnya antibodi pelindung yang kuat dalam ASI hingga 6 minggu setelah vaksinasi.
Danelle Fisher, dokter anak dan ketua pediatri di Providence Saint John’s Health Center, California, menyatakan ini penemuan yang menggembirakan bawa antibodi ditemukan pada bayi beberapa minggu setelahnya.
“Kami mulai dengan memberikan ibu perlindungan yang diharapkan bertahan lama dan bisa diteruskan ke bayi mereka. Dan tampaknya ini yang sedang terjadi,” kata Fisher, melansir Healthline.
Antibodi terlihat sejak vaksinasi pertama
Riset ini dilakukan di Israel antara 23 Desember 2020 hingga 15 Januari 2021. Walau ibu menyusui tidak diikutsertakan dalam uji coba vaksin, mereka tetap didorong untuk divaksinasi.
Peneliti ingin mengetahui jika antibodi SARS-CoV-2 juga disekresikan (dikeluarkan) ke dalam ASI. Studi melibatkan 84 wanita yang menerima 2 dosis vaksin Pfizer.
Mereka mengumpulkan sampel ASI sebelum dosis vaksin pertama. Kemudian, setelah dua minggu pascadosis pertama, peneliti mulai mengumpulkan sampel seminggu sekali, selama enam minggu.
Hanya dua minggu setelah vaksinasi pertama, ada peningkatan signifikan kadar antibodi spesifik anti COVID-19. Terlihat lonjakan lagi tingkat antibodi setelah vaksin kedua.
Peneliti juga menyelidiki kejadian ikutan pascavaksinasi di antara ibu dan bayinya. Beberapa ibu mengalami efek samping dan empat bayi menderita demam, batuk dan sesak napas setelah ibunya divaksinasi.
Tiga kasus selesai tanpa pengobatan, satu bayi diobati dengan antibiotik.Tidak seorangpun, baik ibu dan bayinya, yang mengalami efek samping serius selama riset.
“Hasil penelitian ini menggembirakan,” terang Fisher. “Ini adalah salah satu studi pertama yang dilakukan dari awal hingga akhir, tidak hanya mengambil sampel acak, tetapi benar-benar melacak wanita yang menjadi partisipannya. Riset ini dibangun, dipikirkan dan dilakukan dengan baik.”
Yang perlu Anda ketahui jika menyusui
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), vaksin COVID-19 tidak dianggap berisiko bagi bayi selama periode kehamilan atau menyusui.
Dr. Fisher mengungkapkan, mendapatkan vaksin bahkan kalau manfaatnya hanya sedikit, itu lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
“Terlebih belum ada vaksin untuk bayi saat ini. Dan kita tahu betapa ASI sangat berharga. Anda tidak bisa mendapatkan perlindungan semacam ini dari susu formula,” imbuhnya.
Dalam riset ini, hanya menggunakan vaksin COVID-19 produksi Pfizer. “Kami mungkin dapat mengekstrapolasi hasilnya ke vaksin Moderna karena vaksin Pfizer dan Moderna sangat mirip dalam cara mereka memberikan perlindungan,” kata Fisher. Baik vaksin Pfizer atau Moderna adalah vaksin mRNA.
“Saya dapat mengatakan kepada pasien dengan yakin bahwa saya sangat merekomendasikan vaksin untuk semua orang, terutama ibu hamil dan menyusui,” tambahnya. “Tetapi untuk vaksin Johnson & Johnson, saya pikir masih harus menunggu karena mekanisme aksinya berbeda.”
Sebagai informasi, seberapa lama antibodi COVID-19 di bayi akan bertahan masih menjadi pertanyaan para ahli.
“Peserta dalam studi Pfizer asli masih diambil darahnya secara berkala setelah divaksinasi. Kami belum tahu apakah akan membutuhkan booster dalam 1, 2 atau 5 tahun,” pungkas Fisher. (jie)