Anak Juga Bisa Katarak, Ketahui Penyebab dan Penanganannya | OTC Digest

Anak Juga Bisa Katarak, Ketahui Penyebab dan Penanganannya

Katarak, penyakit yang identik terjadi pada orang tua ini sekarang “turun kelas” dapat menyerang pada mereka yang muda, bahkan anak-anak. Katarak pada anak-anak disebut sebagai katarak kongenital dan infantil.

Katarak kongenital adalah gambaran lensa yang keruh yang muncul saat kelahiran. Lensa yang keruh ini berkembang selama tahun pertama kehidupan yang disebut katarak infantil. Kabar baiknya adalah, katarak pada anak termasuk penyakit yang dapat dideteksi sejak dini untuk mencegah kebutaan.

Saat ini, dari setiap 10.000 bayi yang lahir di negara maju setiap tahunnya, tiga anak didiagnosis memiliki kongenital/infantil dalam tahun pertama mereka. Lebih banyak lagi didiagnosis memiliki katarak dalam rentang waktu hingga berumur 15 tahun.

Jumlah tersebut diperkirakan lebih tinggi pada negara berkembang di mana penyebab spesifiknya seperti infeksi rubella semasa kehamilan atau penyakit genetik yang diturunkan.  Penyebab lain adalah kelainan sistemik pada usia dini dan idiopatik (tidak diketahui).

Katarak berarti ada kekeruhan pada lensa mata, akibatnya menghalangi cahaya yang masuk ke mata dan berakibat gambar yang “tercetak” pada retina tidak jelas/kabur. Biasanya mata anak dengan katarak terlihat seperti ada bintik putih di pupil (bagian tengah mata).

“Selain itu menunjukkan gejala silau pada cahaya matahari dan perkembangan penglihatan yang lambat dibandingkan anak dengan penglihatan normal,” papar dr. Ni Retno Setyoningrum, SpM(K), MMedEdu, dari RS Jakarta Eye Center. 

Ia menambahkan orangtua perlu awas mendeteksi adanya katarak pada anak/bayi. Caranya adalah  dengan memerhatikan bagian tengah mata si kecil, terdapat bintik putih atau tidak. Atau adakah bola mata yang suka bergerak tanpa kontrol/ tremor kecil (nistagmus).

Sebelum melakukan tindakan, dokter biasanya menyarankan untuk dilakukan USG mata, ini untuk memastikan penyebab bintik putih. Apakah karena katarak atau sebab lain, misalnya tumor mata (retinoblastoma).

Satu-satunya cara untuk menghilangkan katarak tersebut adalah dengan operasi – mengikis lapisan keruh dan mengganti lensa mata. Dapat dilakukan bahkan sejak dari bayi. Namun dengan catatan, bintik putih di pupil berdiameter >3mm.

Spesialis oftalmologi anak tersebut menjelaskan, “Dengan ukuran diameter > 3 mm bintik putih sudah benar-benar menghalangi masuknya cahaya. Tapi jika ukurannya < 3 mm, hanya akan diberi kacamata, penderita masih bisa melihat normal. Langkah ini sekaligus memberi kesempatan mata untuk berkembang.”

Kembali normal?

Sebagai informasi, fungsi penglihatan akan berkembang pesat sampai anak berusia 2 tahun (anak sudah dapat melihat seperti orang dewasa), kemudian perkembangannya melambat hingga usia 12 tahun.

Pasca-operasi masih terdapat sedikit ‘pekerjaan rumah’, yakni melatih otot mata agar dapat melihat optimal. Ini disebabkan otot-otot mata tidak berkembang maksimal selama adanya katarak. Ibarat anak belajar berjalan antara anak normal yang sudah dapat lari, mereka dengan katarak masih ditetah.

“Pada mereka ini, pasca-operasi mengalami sindrom mata malas. Untuk itu perlu dirangsang penglihatannya untuk setidaknya mendekati normal. Di sini peranan orangtua penting untuk mau mendorong anaknya latihan mata dan rutin kontrol,” tegas dr. Retno.  (jie)