Anak-anak, seperti juga dewasa, juga bisa mengalami penyakit yang berhubungan dengan tiroid. Beberapa merupakan gangguan sejak lahir, sementara lainnya mungkin dialami ketika mereka lebih besar.
Penyebabnya mulai dari penyakit lain yang mendasari, operasi atau pengobatan untuk kondisi medis lain. Meskipun sebagian besar gangguan tiroid ini tidak bisa disembuhkan, pengobatan yang tepat – disertai perubahan gaya hidup – sangat membantu mengendalikan gejalanya.
Tiga gangguan tiroid yang lebih sering dialami anak-anak, meliputi penyakit Graves, tiroiditis Hashimoto dan nodul tiroid.
Penyakit Graves
Kondisi ini kurang lazim terjadi pada anak-anak, dibanding dewasa, namun menurut studi tahun 2023, ia menjadi penyebab terbanyak hipertiroid pada remaja.
Penyebab pastinya belum diketahui, para ahli mempercayai dipicu oleh gabungan antara faktor genetik, lingkungan dan sistem imun.
Penyakit graves bisa terjadi kapan saja, tetapi lebih umum saat anak memasuki usia remaja. Gejalanya khas hipertiroidisme, antara lain:
- Takikardia (detak jantung cepat)
- Gondok (pembesaran kelenjar tiroid)
- Diare
- Nafsu makan meningkat dengan atau tanpa penurunan berat badan
Dr. Karen Gill, spesialis anak dari Departemen Pediatrik di Woodland Memoriam Hospital, California (AS), menjelaska diperlukan pengujian kadar FT4 dan FT3 bebas, serta kadar hormon perangsang tiroid (TSH) dalam darah untuk menegakkan diagnosis.
“Tergantung pada hasilnya, anak mungkin perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya, melansir Healthline.
Terapi yang diberikan sangat bergantung pada usia, keparahan, preferensi personal dan ukuran gondok (jika ada). Pilihan pengobatannya termasuk obat antitiroid, tiroidektomi dan radioiodine.
Tiroiditis Hashimoto
Kondisi ini paling sering menyebabkan gangguan hipotiroid pada anak-anak. Kerap terjadi pada anak-anak yang sudah memiliki gangguan autoimun, seperti diabetes tipe 1 atau penyakit celiac.
Beberapa faktor penyebabnya antara lain genetik, lingkungan dan masalah hormonal. Seperti halnya penyakit Graves, tiroiditis Hashimoto bisa berkembang kapan saja, tetapi paling kerap di usia remaja.
Gejalanya bisa menyerupai kondisi medis lain, meliputi:
- Gondok
- Pertumbuhan tinggi badan lambat
- Tidak tahan dingin
- Kenaikan berat badan tanpa sebab jelas
- Siklus menstruasi tidak teratur
- Bradikardia (detak jantung lambat)
- Warna kulit pucat atau kekuningan dengan wajah bengkak (miksedema)
Namun, anak-anak dengan tiroiditis Hashimoto bisa tidak menunjukkan gejala sama sekali. Diagnosis dokter dilakukan melalui pemeriksaan fisik, menanyakan gejala, serta melakukan tes darah untuk melihat status hormon tiroid.
“Dari tes darah, dicari kadar TSH yang lebih tinggi (>10 mIU/L) dengan atau tanpa kadar T4 dan T3 yang rendah,” terang dr. Karen. “Namun, tes-tes ini terkadang menunjukkan fungsi tiroid yang normal (eutiroidisme). Tes tambahan mungkin diperlukan dalam kasus ini.”
Perlu tidaknya pengobatan sangat bergantung pada kadar tiroid anak. Jika diperlukan, dokter mungkin merekomendasikan terapi hormon, seperti levotiroksin, untuk membantu menjaga kadar tiroid normal. Terapi ini kemungkinan besar dibutuhkan seumur hidup.
Nodul tiroid
Risiko munculnya nodul tiroid meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, kemungkinan kondisi ini terjadi pada anak relatif rendah, sekitar 1-2%.
Nodul tiroid biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, riset tahun 2018 memperkirakan bahwa sekitar 19% bisa bersifat kanker, terutama jika memiliki karakteristik tertentu.
Dr. Karen menjelaskan, anak dengan nodul tiroid memiliki benjolan keras di kelenjar tiroidnya, terletak di leher depan. Tetapi, beberapa nodul terlalu kecil untuk dilihat/dirasakan melalui pemeriksaan fisik.
Nodul tiroid jarang menimbulkan gejala lain. Jika muncul, gejalanya mungkin meliputi:
- Suara sesak
- Kesulitan menelan (disfagia)
- Kesulitan bernapas
Sebagian besar penyakit ini didiagnosis berdasarkan adanya massa di leher yang terlihat/teraba. Dalam beberapa kasus, pencitraan radiologis dapat mendeteksi adanya massa tersebut.
USG digunakan untuk memastikan keberadaan nodul (jika dicurigai adanya nodul). Biopsi mungkin dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kanker.
“Jika nodul tidak menunjukkan gejala pertumbuhan atau jinak (nonkanker), pengobatan mungkin tidak diperlukan. Nodul akan dipantau melalui pemeriksaan rutin dan USG,” imbuh dr. Karen.
Operasi pengangkatan nodul kerap kali menjadi pengobatan lini pertama jika nodul bersifat/berpotensi kanker (>3 cm), menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid, atau mengurangi kualitas hidup anak. (jie)