Bayi prematur berisiko tinggi menjadi stunting

15% Bayi di Indonesia Lahir Prematur, Risiko Tinggi Stunting

Prevalensi kelahiran prematur di Indonesia masih tinggi, demikian juga angka stunting. Dua kondisi ini saling berhubungan. Bayi prematur berisiko tinggi menjadi stunting. Perlu upaya ekstra untuk mengejar ketertinggalan tumbuh kembang sekaligus mencegah stunting. 

Fakta mengejutkan diungkapkan dokter anak konsultan neonatologi Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K): sekitar 15% bayi di Indonesia lahir permatur. 

“Bayi-bayi kecil berpotensi untuk stunting jauh lebih besar,” katanya dalam webinar Kontribusi Rumah Sakit Dukung Aksi Integrasi Percepatan Penurunan Prevalensi Tengkes, Senin (20/2/2023). 

Kelahiran prematur adalah semua bayi yang lahir dengan usia gestasi < 37 minggu. Ia lahir dengan berat badan rendah (BBLR: < 2500 gram). Semakin kecil usia kehamilan semakin banyak masalah, karena organ yang belum matang. 

Penelitian Danaei G, et al, di 137 negara berkembang menemukan bila 32,5% kasus tengkes (stunting) disebabkan oleh kelahiran prematur. 

Dr. dr. Lies Dina Liastuti, SpJP(K), MARS, FIHA, Direktur Utama RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, menambahkan bayi prematur berarti belum cukup bulan, organnya belum sempurna. 

“Waktu lahir proses ia mengolah makannya juga tidak bagus, daya tahannya tidak bagus gampang sakit, penyerapan makanannya juga tidak baik,” terang dr. Lies. 

“Makanan seharusnya digunakan untuk tumbuh, tetapi karena ia gampang sakit maka lebih banyak dipakai untuk melawan penyakit, bukan tumbuh. Jadilah stunting.”

Cegah prematur cegah stunting

Pencegahan stunting dilakukan bahkan sebelum kehamilan. Caranya dengan memastikan status gizi ibu tercukupi dengan baik. Kemudian, selama masa kehamilan pemeriksaan berkala wajib dilakukan. 

Baca: Menilai Pertumbuhan Janin

Periode emas tumbuh kembang janin/bayi adalah 1000 hari pertama kehidupan (0-2 tahun pertama). Ini berarti, “Ibu hamil juga harus mendapat nutrisi yang bagus. Pada 24-36 minggu pertumbuhan janin luar biasa. Nanti disambung dengan 3 bulan pertama (pascakelahiran),” terang Prof. Rina. 

Jika bayi lahir prematur, prinsipnya bayi baru lahir tidak boleh dipuasakan. “Bayi prematur kadang mulut atau perutnya tidak siap menerima makanan, tetapi tidak boleh dipuasakan,” lanjut Prof. Rina. “Dalam 24 jam pertama diberikan ASI sedikit saja untuk membasahi bibirnya atau menstimulasi enzim. Yang paling utama adalah makanan parenteral (melalui infus).”

ASI donor – terutama dari sesama ibu dengan bayi prematur -  diperlukan karena kebutuhan protein bayi prematur lebih tinggi. Sangat mungkin ASI dikombinasikan dengan susu formula. 

Jangan skip timbang bayi 

Karena bayi prematur berisiko tinggi menjadi stunting, pemeriksaan tiap bulan dalam 1 tahun pertama diperlukan untuk mengevaluasi terapi yang diberikan. 

Penilaian berdasarkan grafik pertambahan berat dan tinggi badan, serta lingkar kepala (volume otak anak saat 2 tahun harus sudah berkembang menjadi 83% volume otak orang dewasa).

“Kalau bayi prematur sampai 9 bulan tidak tumbuh, berat atau tingginya mandek, nanti IQ-nya pasti lebih rendah (rata-rata berkurang 2,71 poin pada usia 8 tahun). Riset lain golden period-nya bahkan hanya 8 minggu. Jangan anggap sepele, kita harus cepat,” Prof Rina menekankan. “Bila grafiknya mulai lurus, harus hati-hati. Apalagi turun.”

Pemerintah sudah menyediakan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai panduan grafik tumbuh kembang bayi. Untuk lebih memudahkan lagi, saat ini telah dibuat aplikasi PRADINI untuk bayi prematur dan BBLR, yang bisa diunduh di Google Play dan App Store. (jie)