Lansia rentan mengalami berbagai macam penyakit, penurunan imunitas dan kesehatan tulang adalah dua di antaranya. Selama ini kita menganggap bila asupan kalsium tercukupi maka bisa mencegah osteoporosis, ternyata pandangan ini tidak 100% benar. Tidak semua kalsium sama.
Sebagai informasi Indonesia saat ini menuju ke populasi lanjut (ageing population). Sensus penduduk tahun 2020 mencatat jumlah lansia di Indonesia adalah 26,82 juta jiwa, atau 9,92% dari total populasi. Diperkirakan tahun 2025 jumlah lansia naik menjadi 11,8% atau 33,7%.
Dr. Carlinda Nekawaty, medical expert PT Combiphar menjelaskan status gizi pada lansia terpengaruhi oleh metabolisme lansia yang menurun, aktivitas fisik berkurang, serta penyakit-penyakit yang diderita.
“Bahkan pada lansia yang sehat tetap mengalami defisiensi gizi. Asupan vitamin dan suplemen dapat meningkatkan respons sistem imun,” katanya dalam Seminar Kefarmasian yang diadakan secara daring, Jumat (28/5/2021).
Defisiensi gizi juga rentan menyebabkan tulang semakin rapuh – yang pada lansia kepadatannya sudah turun – berisiko menyebabkan patah tulang.
Dr. Aldo Fransiskus Marsetio, BMedSc, SpOT dari RS Omni Pulomas, Jakarta, menjelaskan tulang secara alamiah akan beregenerasi. Tetapi pada lansia proses penghancuran tulang (oleh sel osteoklas) lebih cepat dibanding pembentukan tulang (dilakukan sel osteoblas).
“Tulang terbentuk namun tidak padat,” tegas dr. Aldo. “75% pasien osteoporosis di atas usia 65 tahun. Kejadian patah tulang paling banyak di pinggang, area panggul dan pergelangan tangan.”
Perlu dicatat, walau sebagian besar kejadian osteoporosis terjadi pada wanita, pria berusia >70 tahun juga memiliki risiko yang sama besar.
Riset menyatakan risiko gabungan untuk terjadi patah tulang panggul, lengan dan punggung sebanding dengan risiko lansia terkena penyakit jantung. Data juga menyatakan bila terjadi patah tulang, risiko kematian sekitar 25%, dan risiko ini dapat meningkat sampai 5 tahun pertama.
“Terapi osteoporosis berfokus pada mencegah tulang untuk menjadi semakin keropos,” tukas dr. Aldo sembari menekankan salah satunya mengonsumsi suplemen kalsium, sebagai komponen utama pembentuk tulang.
Secara alamiah kalsium banyak terdapat pada susu dan produk turunannya (yogurt atau keju), sayuran hijau (bayam, brokoli dan kale), ikan dengan tulangnya, kacang kedelai / susu kedelai, telur dan sereal.
Tetapi masalahnya, biasanya nafsu makan lansia dan kemampuan tubuh untuk mencerna gizi dari makanan tidak lagi sebaik saat dulu. Itu sebabnya lansia membutuhkan suplemen.
Tidak semua kalsium sama
Kebutuhan kalsium lansia (baik pria atau wanita) adalah antara 1000 – 2000 mg/hari. Tetapi, tegas dr. Aldo, tidak semua kalsium itu sama.
“Ada kalsium fosfat, kalsium karbonat dan kalsium sitrat,” tukasnya.
Kalsium karbonat penyerapannya sangat tergantung dengan asam lambung, harus dikonsumsi bersamaan dengan makanan. Kalsium fosfat membutuhkan lebih sedikit asam lambung. Sementara kalsium sitrat adalah yang paling mudah diserap, dapat diminum saat perut kosong.
Efek samping yang mungkin terjadi adalah kalsium karbonat gampang menimbulkan gas dan konstipasi (sembelit). Kalsium fosfat lebih minimal menimbulkan gas dan konstipasi. Sedangkan kalsium sitrat tidak menyebabkan gas dan konstipasi.
“Suplemen kalsium fosfat tidak dianjurkan untuk mereka dengan gagal ginjal kronik (GGK) yang mengalami hiperfosfatemia (kadar fosfat terlalu tinggi dalam darah). Untuk pasien GGK, disarankan memilih kalsium karbonat dan kalsium sitrat,” tegas dr. Aldo.
Menunjang penguatan tulang dan imun
Kalsium sebagai nutrisi tulang tidak bisa berdiri sendiri. Penyerapan kalsium sangat dipengaruhi kadar vitamin D. Bahkan saat tubuh cukup vitamin D, kalsium yang bisa diserap sekitar 30-40%. Tubuh hanya mampu menyerap kalsium 10-15% bila kekurang vitamin D.
Sumber vitamin D paling mudah adalah dari paparan sinar matahari pagi dan sore hari. Selain itu bisa didapatkan dari konsumsi ikan (salmon, cod atau tuna), kuning telur, susu, yogurt dan suplemen 800-2000 IU per hari. Vitamin D selain untuk tulang, juga penting dalam membangun imunitas.
Mineral lain yang diperlukan adalah magnesium; 90% magnesium tubuh disimpan dan terdapat di tulang (63%) dan otot (27%). “Magnesium diperlukan sebagai kofaktor dalam lebih dari 300 fungsi enzim, termasuk enzim untuk mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya,” dr. Aldo menerangkan.
Sumber alami magnesium antara lain sayuran hijau, alpukat, pisang dan kacang-kacangan.\
Vitamin C dan A, yang biasa dikenal sebagai peningkat imunitas, juga diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium.
Demikian pula aktivitas fisik. Aktivitas fisik menstimulasi tulang membentuk sel tulang baru (meningkatkan kepadatan tulang) dan imun lansia.
“Sangat penting bagi lansia untuk tetap aktif. Olahraga ringan, berjemur di pagi hari, dan aktif kegiatan seperti berkebun atau membuat kerajinan,” terang dr. Carlinda.
Ia menambahkan, jaga pola tidur dengan durasi 7-8 jam sehari. Serta, kurangi minum banyak di malam hari. Terbangun malam hari untuk buang air kecil dapat mengganggu tidur, dan meningkatkan risiko terjatuh bagi lansia. (jie)
____________________________________________________
Ilustrasi: Background vector created by brgfx - www.freepik.com