satu lagi alasan kenapa harus sarapan ternyata bisa cegah stroke

Satu Lagi Alasan Kenapa Harus Sarapan: Ternyata Bisa Cegah Stroke

Sarapan adalah waktu makan terpenting dalam sehari. Ternyata penelitian menunjukkan satu lagi alasan kenapa harus sarapan: ternyata bisa mencegah stroke di kemudian hari.

Sarapan menjadi waktu makan terpenting karena memberi ‘suntikan’ bahan bakar untuk beraktivitas. Khusus untuk otak, riset menunjukkan sarapan meningkatkan daya konsentrasi dan kemampuan memecahkan masalah.

Perlu dipahami bahwa, setelah kita makan malam, cadangan energi (glikogen) dan glukosa darah akan digunakan untuk aktivitas organ saat kita istirahat / tidur selama 6-8 jam. Setelah kita bangun dan kehabisan glikogen, tubuh akan memberikan sinyal lapar.

Bila tidak direspon, untuk mempertahankan gula darah normal, tubuh akan menggunakan lemak, bahkan protein. Penurunan glukosa darah ini dapat menyebabkan pusing, kurang konsentrasi, atau mengantuk.

Penelitian terbaru bahkan menunjukkan hubungan sarapan dengan kejadian stroke di kemudian hari.  Studi di Jepang menunjukkan kebiasaan tidak sarapan meningkatkan risiko stroke sampai 30%.

Kesimpulan itu didapati setelah ilmuwan dari Osaka University mengamati 82.772 pria/wanita berusia 45-74 tahun. Para partisipan tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau kanker. Riwayat medis responden diikuti dari tahun 1995 sampai 2010.

Hasilnya didapati bahwa responden yang dalam seminggu sarapan kurang dari 2 kali mengalami peningkatan risiko perdarahan otak. Dalam 15 tahun pengamatan tercatat 3.772 partisipan mengalami stroke; 1.051 di antaranya stroke hemoragik (pecah pembuluh darah). Sementara 870 lainnya mengalami serangan jantung.

Hipertensi di pagi hari

Riset yang dimuat dalam jurnal stroke ini menyimpulkan, sarapan 3 kali seminggu atau kurang bisa meningkatkan risiko perdarahan otak sebesar 36%. Stroke hemoragik sebagian besar disebabkan karena tekanan darah tinggi.

“Tekanan darah umumnya meningkat sesaat setelah seseorang bangun tidur dan memuncak pada 2-3 jam berikutnya seperti ritme sirkadian,” papar Prof. Hiroyasu Iso yang memimpin penelitian tersebut. “Mereka yang sarapan tiap hari memiliki tekanan darah tak setinggi yang hanya sarapan 3 kali seminggu.” Ini sejalan dengan riset lain yang menyatakan kebanyakan stroke hemoragik terjadi di pagi hari dan tensi darah justru turun setelah sarapan.

Sebagai informasi, normalnya tekanan darah akan sedikit melonjak saat pagi hari. Ini sesuai ritme sirkardian tubuh atau siklus 24 jam, yang mempengaruhi pola tidur/bangun, serta rasa lapar. Di pagi hari, tubuh melepaskan hormon seperti adrenalin untuk memberikan suntikan tenaga, sekaligus meningkatkan tekanan darah, umumnya terjadi antara pukul 06.00 – 12.00.

Bagi sebagian orang, tekanan darah mereka terlalu tinggi di pagi hari, yang disebut morning hypertension. Yakni berada di atas 135/85 mmHg dalam 1-2 jam setelah bangun tidur. 

Penelitian menunjukkan, pasien hipertensi yang spesifik memiliki morning hypertension berisiko lebih tinggi terhadap stroke, dibandingkan pasien hipertensi tanpa morning hypertension.

Morning hypertension juga meningkatkan risiko terhadap gangguan jantung dan pembuluh darah lain. Hal ini berhubungan dengan perubahan pada irama dan ukuran jantung, yang bisa menyebabkan serangan jantung atau gagal jantung.

Sarapan dan kegemukan

Risiko stroke juga dapat dipicu dari kegemukan/obesitas. Di satu sisi riset sudah membuktikan hubungan antara sarapan dan obesitas. American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan anak dan remaja yang teratur sarapa mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih rendah (lebih langsing) dibanding anak yang tidak pernah / jarang sarapan. 

Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc., dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memaparkan jika seseorang tidak sarapan, sebagai kompensasi, saat makan siang porsi makan menjadi berlebih. Perilaku ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan obesitas.

“Padahal obesitas itu dekat sekali dengan diabetes, darah tinggi dan stroke,” tambah Prof. Saptawati. (jie)

Baca juga : Sebutir Telur Sehari, Diabetes Menjauh