peranan probiotik dalam mengatasi ibd

Probiotik Spesifik Ini Terbukti Bermanfaat Untuk Radang Usus

Jangan sepelekan penyakit radang usus. Komplikasinya bisa menjadi serius, menyebabkan mulai dari anemia dan kurang nutrisi, perdarahan hebat, hingga toxic megacolon yang membahayakan jiwa.

Penyebab pasti radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD), masih belum diketahui. Satu atau kombinasi beberapa faktor memicu sistem imun memproduksi reaksi radang di saluran cerna yang berlanjut tanpa kontrol. Akibatnya, dinding usus rusak dan terjadi nyeri perut dan diare berdarah.

Faktor infeksi, imunologis dan psikologis, ikut berpengaruh pada terjadinya IBD. Dari kerumitan penyebab yang dicurigai, para ahli mengetahui bila komposisi (jumlah dan jenis) bakteri di usus berperan dalam perkembangan penyakit ini.

Komposisi bakteri usus (mikroflora) pasien IBD sangat berbeda dibandingkan orang sehat. Penelitian Favier C, Colombel JF, dkk, membuktikan bila mikroflora pasien IBD menjadi menyimpang, dibanding orang sehat.  Jumlah dan jenis bakteri baik seperti bifidobacterium dan lactobacillus sedikit, sementara bakteri patogen atau yang potensial berbahaya meningkat.

Penyimpangan mikroflora usus ini berperan dalam perkembangan penyakit radang usus melalui beberapa cara yang rumit. Tetapi tim peneliti di Universitas North Carolina dan Institut Teknologi California, AS, menyimpulkan ada pengaruh dari paparan antigen bakteri terhadap bagian tertentu pada sistem imun di mukosa usus, dan/atau perubahan respon imun terhadap bakteri komensal (normal).

Studi awal menunjukkan bahwa pemberian probiotik bermanfaat untuk kolitis ulseratif (salah satu bentuk IBD).  Asupan probiotik akan menyeimbangkan komposisi bakteri usus yang menyimpang pada pasien IBD dan memperkuat berbagai lini pertahanan usus.

Caranya dengan menghambat pertumbuhan bakteri patogen, merangsang respon imun epitel (jaringan pelapis) usus dan sel imun mukosa, hingga penguraian antigen patogen luminal.

Sung-Il Ahn dan tim dari Department of Animal Science, Jeonbuk National University, Korea Selatan, melakukan meta-analisa dari 30 penelitian tentang manfaat suplemen probiotik (menggunakan beberapa tipe bakteri baik) pada pasien IBD. 

Panjang usus besar, transforming growth factor beta (TGF-β; protein yang berperan di banyak fungsi sel), IL-10, superoksida dismutase (antioksidan intrasel) dan glutathione (antioksidan alami) menjadi parameter positif.

Tim menyimpulkan bila suplementasi probiotik efektif meringankan gejala IBD. Khusus probiotik dari keluarga Lactobacillus casei efektif untuk panjang usus besar.   Riset ini diterbitkan di Journal of Dairy Science (2020).

Pada penelitian Keiichi Mitsuyama, dkk (2008), 10 pasien kolitis ulseratif derajat ringan-sedang mendapat terapi tambahan susu fermentasi mengandung L. casei Shirota strain, di samping terapi konvensional, selama 8 minggu.

Sebagai kelompok kontrol, 9 orang dengan sejarah kolitis ulseratif hanya menerima terapi konvensional. Dibanding kelompok kontrol, kelompok probiotik memiliki skor aktivitas indeks yang membaik secara signifikan setelah 4, 6 dan 8 minggu. Skor indeks aktivitas klinis adalah nilai yang menunjukkan status pasien kolitis ulseratif.

Penelitian oleh Matsumoto S, dkk (2009) menunjukkan efek positif L. casei Shirota strain terhadap IBD dan CAC (colitis-associated cancer atau kanker yang terkait dengan kolitis).

Pada IBD, pemberian L. casei Shirota strain memperbaiki ileitis (radang di perbatasan usus kecil dengan usus besar). Efek ini tidak terlihat pada probiotik jenis lain.

Pada kasus CAC, perawatan dengan L. casei Shirota strain menunjukkan efek supresif terhadap tumor, ini juga tidak terjadi pada strain lain. Disimpulkan, komponen polisakarida spesifik pada L. casei Shirota strain berperan penting dalam mekanisme antiradang pada kelainan radang usus.

Bukan masalah usus biasa

IBD merupakan peradangan kronis pada permukaan mukosa (selaput lendir) usus. Utamanya ada dua tipe IBD: kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.

Kolitis ulseratif hanya terjadi di usus besar, menyebabkan usus besar mengalami borok (ulser). Sementara penyakit Chron terjadi di sepanjang saluran cerna, dari mulut sampai anus. Tetapi paling sering ditemukan di usus halus dan/atau kolon (usus besar).

Gejala IBD antara lain diare berat dengan feses disertai lendir dan/atau darah, nyeri pada seluruh bagian perut yang bisa menyebabkan kram atau terjadi secara persisten; kadang disertai mual dan muntah.

Gejala bisa meluas ke bagian tubuh lain. Beberapa pasien mungkin mengeluhkan radang sendi seperti rematik, yang menyebabkan nyeri dan gerakan terhambat.

IBD – khususnya penyakit Crohn - bisa menyebabkan kekurangan nutrisi bila radang terjadi di usus halus. Proses penyerapan nutrisi terganggu, akibatnya penderita bisa kehilangan berat badan secara signifikan.

Penyakit radang usus ini bersifat kronis, atau berlangsung lama. Ada saat di mana penyakit berada dalam stadium aktif (kambuh). Namun ada waktunya penyakitnya berkurang atau hilang; disebut masa remisi.

Namun yang perlu dipahami adalah IBD dapat kambuh sewakti-waktu. Konsumsi probiotik dari grup lactobacillus, seperti L. casei Shirota strain dapat membantu meringankan kondisi IBD. Selain itu, probiotik juga bisa membantu mencegah kekambuhan. (jie)

________________________________________________________

Ilustrasi: Woman photo created by cookie_studio - www.freepik.com