gejala kanker kandung kemih
deteksi dini kanker kandung kemih

Deteksi Dini Kanker Kandung Kemih: Waspadai Perubahan Warna Urin

Apakah warna urinmu berbeda dari biasanya? Jangan abaikan. American Cancer Society menyatakan adanya darah pada urin (hematuria) merupakan gejala paling umum kanker kandung kemih (bladder). 

Berdasarkan data dari Global Cancer Incidence, Mortality, and Prevalence (GLOBOCAN), terdapat 614.298 kasus kanker kandung kemih di dunia pada tahun 2022. Sedangkan, di Indonesia terdapat 7.381 kasus baru di tahun 2022, dengan angka kematian mencapai 3.207 jiwa, masing-masing menduduki peringkat ke-13 untuk angka kejadian dan ke-15 untuk angka kematian

Kanker kandung kemih terjadi ketika sel-sel di dalam kandung kemih mulai tumbuh secara tidak terkendali. Gejalanya sendiri dapat bervariasi antara satu individu dengan yang lain, salah satu yang paling umum adalah adanya darah pada urin, menyebabkan perubahan warna urin. 

Gejala-gejala yang muncul kerap terjadi pada kondisi yang tidak terlalu serius.  Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa setiap gejala merupakan tanda peringatan yang tidak boleh diabaikan, sekecil apapun gejala yang dialami.

Ditandai dengan perubahan warna urin (air kencing) menjadi merah, pink (merah muda), orange atau coklat. Segera temui dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut, lewat deteksi dini yang tepat, pengobatan bisa segera dilakukan, meningkatkan kemungkinan kesembuhan dan harapan hidup. 

Dr. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM (Konsultan Hematologi-Onkologi Medik), menjelaskan adanya perubahan warna urin (hematuria) bisa disertai dengan: 

  1. Rasa nyeri saat buang air kecil
  2. Perubahan frekuensi buang air kecil
  3. Nyeri punggung bawah di satu sisi
  4. Nyeri perut
  5. Pembengkakan di kaki

“Kadang hanya dianggap infeksi saluran kencing (ISK). Konsultasikan dengan dokter jika mengalami gejala yang mengkhawatirkan, karena deteksi dini dapat menyelamatkan hidup,” terang dr. Andhika, dalam seminar Waspadai Kanker Kandung Kemih: Tingkatkan Kesadaran, Bangun Harapan, 11 Mei 2024 lalu.  

Kanker kandung kemih dapat terdiagnosis pada usia berapa pun. Namun, risikonya bisa meningkat seiring bertambahnya usia (>55 tahun). Walau sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki, namun bukan berarti wanita tidak berisiko. 

Kanker kandung kemih merupakan kanker ke-4 tersering dialami oleh laki-laki. Laki-laki berisiko 3 kali lebih besar, dibanding perempuan. Namun, dari 614.298 kasus baru di seluruh dunia tahun 2022, sekitar 23%-nya terjadi pada wanita, dr. Andhika menambahkan. 

Oleh karena itu, penting untuk melakukan skrining, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi terkena kanker kandung kemih. 

Faktor risiko kanker kandung kemih

Mengingkatnya risiko kanker kandung kemih disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pernah menderika kanker kandung kemih sebelumnya, ada riwayat keluarga menderita kanker, mengalami cacat lahir tertentu pada kandung kemih, dan sering terpapar bahan kimia tertentu (seperti cat, pewarna, logam atau produk minyak bumi) di tempat kerja. 

Demikian juga mereka yang kerap mengonsumsi suplemen atau obat-obatan herbal yang mengandung asam aristolochic, dan iritasi/infeksi kandung kemih kronis (jangka panjang). 

Selain faktor-faktor di atas, merokok ada di urutan paling atas penyebab utama kanker kandung kemih.

“Tidak ada cara pasti mencegah kanker kandung kemih. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menurunkan risikonya seperti hindari merokok, minum banyak cairan, konsumsi banyak buah dan sayuran, juga batasi paparan bahan kimia di tempat kerja,” pungkas dr. Andhika. (jie)

Baca juga: Lakukan Ini Untuk Menjaga Kesehatan Kandung Kemih