probiotik turunkan gula darah pada pendertia diabetes

Konsumsi Probiotik Pada Penderita Diabetes Bantu Turunkan Gula Darah

Konsumsi probiotik selama ini identik untuk meningkatkan sistem imun dan mencegah diare. Ternyata beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa probiotik juga bermanfaat untuk penderita diabetes, mampu membantu menurunkan gula darah.

Probiotik merupakan bakteri baik di saluran cerna, dalam jumlah memadai mampu memelihara keseimbangan mikrobiota dalam tubuh serta bermanfaat untuk kesehatan. Probiotik umumnya berasal dari golongan bakteri asam laktat, seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium.

Tahukah Anda apa yang kita konsumsi berpengaruh terhadap kesehatan saluran cerna? Hipocrates (460 -370 SM) sudah mengatakan bila “Kesehatan seseorang ditentukan oleh mikrobiota di usus (health is determined by the microbiota in our gut).” 

Dr. dr. Indra Wijaya, M.Kes, SpPD-KEMD, FINASIM, dari RS Premier Bintaro menjelaskan konsumsi gula dan lemak berlebih juga bisa mengganggu ekosistem mikrobiota usus.

“Terjadi peningkatan peradangan usus hingga menyebabkan resistensi insulin,” katanya dalam Webinar Kesehatan Probiotik untuk Diabetes, Jumat (6/8/2021).

Ia menambahkan ada 11 patologi yang berkaitan dengan peningkatan gula darah. Selain akibat gangguan produksi insulin oleh sel beta pankreas dan resistensi insulin, juga disebabkan oleh ketidakseimbangan mikrobiota usus.

“Ketidakseimbangan mikrobiota usus menyebabkan gangguan permeabilitas usus (keutuhan sel epitel usus), sehingga terjadi keracunan metabolik (endotoxemia metabolic). Ini mengganggu secara sistemik, di hati menyebabkan resistensi insulin dan membuat gula darah susah dinormalkan,” terang dr. Indra. 

Dengan konsumsi probiotik, terjadi peningkatan antioksidan, peningkatan sensitifitas insulin dan penurunan inflamasi usus.

Sebuah meta-analisis (data diambil dari 32 penelitian) di jurnal Scientific Report 2020 menunjukkan manfaat probiotik tidak hanya pada perbaikan gula darah tetapi juga profil metabolisme lainnya, seperti HDL (kolesterol baik), total kolesterol dan tekanan darah.

Riset lain oleh Firouzi et al, pada 136 orang usia 30-70 tahun yang diberikan terapi probiotik selama 12 minggu menunjukkan perbaikan HbA1c (kadar gula rata-rata selama 3 bulan) dan gula darah puasa.

“Studi di Indonesia (Universitas Udayana) menilai pemberian probiotik pada orang obesitas. Pada pasien obes ada peningkatan peradangan di usus, penurunanan hormon GLP (glucagon like peptipe) -1 dan  komposisi Bifidobacterium. Ini akan menurunkan sensitifitas insulin dan toleransi glukosa. Susah untuk kontrol gula.

“Sementara pada yang tidak gemuk peradangannya ringan, hormon GLP-1 cukup dan Bifidobacterium cukup. Pemberian probiotik dan prebiotik akan memperbaiki mikrobiota usus. Akhirnya menurunkan inflamasi usus, dan meningkatkan sensitivitas insulin,” terang dr. Indra.

Manfaat asam lemak rantai pendek

Ni Putu Desy Aryantini, S.KM, M.AFH, PhD, selaku PR Science PT Yakult Indonesia Persada, menjelaskan konsumsi probiotik akan membantu meningkatkan fermentasi serat oleh bakteri baik  yang hidup di usus besar (misalnya dari grup bifidobacteria) menjadi asam lemak rantai pendek (SCFA).

SCFA selain menghambat pertumbuhan bakteri jahat di usus dan menstimulasi sistem imun, ia juga penting dalam pengaturan fungsi beberapa hormon.

“Kalau kita mengonsumsi probiotik dibarengi konsumsi serat yang cukup, maka produksi SCFA di pencernaan juga optimal. Asam propionat (salah satu SCFA) di dalam usus akan meningkatkan produksi hormon GLP-1, yang memberi rangsangan rasa kenyang dan membantu meningkatkan sensitivitas insulin.”

“SCFA lainnya, yakni asam asetat akan memberikan sinyal ke sistem saraf pusat dan mempengaruhi pengeluaran insulin dari pankreas,” urai Desy. “Jadi konsumsi probiotik dan serat yang cukup akan membantu meregulasi sistem hormonal yang berpengaruh pada metabolisme energi di tubuh kita.” 

Tentang ketidakseimbangan mikrobiota pada usus penderita diabetes mellitus. “Setelah konsumsi susu fermentasi yang mengandung LcS (Lactobacillus casei Shirota strain) selama 16 minggu, terlihat adanya peningkatan keragaman dan jumlah bakteri seperti pada orang sehat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa LcS mampu membantu memperbaiki permeabilitas usus sehingga dapat menjaga keseimbangan komposisi mikrobiota yang terganggu pada penderita diabetes mellitus” imbuh Desy. 

Disamping itu, hasil penelitian juga menunjukkan LcS dapat meningkatkan populasi bakteri baik seperti bifidobacteria yang diikuti dengan peningkatan produksi SCFA di usus besar. Pada subjek penelitian yang mengkonsumsi LcS, mereka memiliki profil metabolisme seperti sensitivitas insulin dan kadar HDL yang lebih baik dibandingkan grup kontrol.   Selain itu angka kejadian hipertensi juga ditemukan lebih rendah.

Berapa banyak harus konsumsi probiotik?

Probiotik dapat ditemukan pada produk pangan olahan, yaitu makanan/minuman fermentasi dan dalam bentuk suplemen kesehatan. Beberapa diantaranya adalah yogurt, buttermilk, susu, produk susu pasteurisasi, kefir, kimchi, tempe, miso, dll.

Walau konsumsi probiotik dalam bentuk alami lebih baik, bukan berarti kita harus menghindari suplemen, misalnya produk susu fermentasi. “Alasannya, dalam kemasan susu fermentasi sudah tertulis jelas jumlah bakteri baik di dalamnya,” kata dr. Indra.

“Yang saya sarankan konsumsi 1-2 botol (65 ml) susu fermentasi per hari untuk orang normal. Sementara pada penderita diabetes, baik yang menggunakan obat oral atau bahkan insulin, cukup 1 botol per hari. Tetapi ingat, penderita diabetes tetap harus menjaga pola makan dan olahraga,” tutup dr. Indra. (jie)

_______________________________________________________________

Ilustrasi: Background photo created by xb100 - www.freepik.com