Rutin konsumsi buah hari akan meningkatkan asupan serat dan antioksidan yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan fisik. Ternyata bukti terbaru juga menjelaskan bila jika kita rutin mengonsumsi buah dalam jumlah banyak membantu mencegah depresi di kemudian hari.
Studi di Singapura tahun ini mengungkapkan bahwa orang dewasa yang mengonsumsi lebih banyak buah memiliki risiko depresi yang lebih rendah di usia tua.
Riset yang diterbitkan di The Journal of Nutrition, Health and Aging ini memantau hampir 14 ribu partisipan selama 20 tahun. Temuan ini bisa sangat membantu untuk mencegah munculnya depresi, yang banyak dialami oleh mereka yang sudah lanjut usia.
“Penelitian di seluruh dunia memperkirakan bahwa prevalensi depresi di usia lanjut berkisar antara 17 – 34%, dan di antara mereka dengan gejala depresi ringan, 8-10 persennya dapat berubah menjadi depresi berat setiap tahun,” ujar Woon Puay Koh, MBBS, PhD, salah satu peneliti dari National University of Singapore.
“Hal ini dikaitkan dengan penurunan kualitas hidup dan peningkatan risiko morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian).”
Angka statistik tersebut mendorong Prof. Koh dan koleganya melakukan penelitian tentang bagaimana pola makan di usia paruh baya akan berpengaruh pada kesehatan mental.
Hubungan konsumsi buah dan depresi
Riset ini dimulai dari data tahun 1993-1998. Pada periode tersebut 13.738 orang dewasa (rerata usia 52,4 tahun) ditanya terkait konsumsi buah dan sayur mereka. Lebih dari dua dekade berikutnya, dalam wawancara lanjutan tahun 2014 – 2016, ketika rerata usia mereka 72,5 tahun, mereka dievaluasi menggunakan Skala Depresi Geriatri.
Semakin banyak buah yang dikonsumsi dalam kuisioner tahun 1990-an, semakin rendah kemungkinan mereka mengalami depresi 20 tahun kemudian.
Prof. Koh menjelaskan bahwa peserta yang mengonsumsi setidaknya 3 porsi buah sehari, dibandingkan yang kurang dari 1 porsi sehari, risiko depresi terkait penuaan berkurang setidaknya 21%.
Di antara 14 jenis buah yang biasa dikonsumsi masyarakat Singapura, buah seperti jeruk, jeruk keprok, papaya, pisang dan semangka, secara khusus dihubungkan mampu menurunkan risiko depresi.
Penyebab pasti kenapa konsumsi buah di usia 40 atau 50 tahunan akan meningkatan kesehatan mental belum diketahui pasti, Prof. Koh menambahkan, tetapi mungkin terkait beberapa faktor.
“Stres oksidasi dan neuroinflamasi adalah dua jalur (depresi) yang sudah diketahui,” katanya, mengutip Health.com. Buah-buahan bermanfaat mencegah masalah ini.
“Buah umumnya mengandung antioksidan dan zat anti-inflamasi tingkat tinggi, seperti vitamin C, karotenoid dan flavonoid. Zat gizi ini telah terbukti mengurangi stres oksidasi dan menghambat proses inflamasi (peradangan) tubuh.”
Sementara sayuran – juga dievaluasi dalam riset tersebut – tidak memiliki dampak signifikan pada depresi di kemudian hari. Menurut Prof. Koh, hal ini mungkin disebabkan, walau sayuran juga kaya antioksidan, proses memasak (pemanasan) dapat mengurangi manfaat anti-inflamasinya.
“Buah-buahan biasanya dimakan mentah sebagai camilan sepanjang hari, sedangkan sayuran dimasak untuk makan,” katanya. “Memasak diketahui bisa merubah bioavailabilitas dan aktivitas nutrisi dalam sayuran, dengan demikian mambatasi efek perlindungan nutrisi ini terhadap depresi.”
Kapan waktu yang tepat mengonsums buah?
Walau temuan ini terkait konsumsi buah di usia paruh baya, para peneliti menjelaskan bukan berarti usia paruh baya adalah waktu terbaik untuk makan lebih banyak buah.
“Penelitian lain juga menemukan manfaat konsumsi buah-buahan dengan kesehatan mental yang lebih baik pada anak-anak dan kaum muda,” terang Prof. Koh. Dengan alasan ini, ia menyarankan konsumsi buah sedini mungkin.
Berapa porsi yang direkomendasikan? Mayoritas orang dewasa 3 – 4 porsi buah per hari (1,5 hingga 2 cangkir) sudah cukup. Konsumsi buah yang terlalu banyak dapat menyebabkan masalah pencernaan, seperti sakit perut. (jie)