Seiring penuaan terjadi perubahan struktur dan fungsi tubuh, menyebabkan perubahan kebutuhan gizi. Lansia memerlukan nutrisi spesifik, termasuk kebutuhan protein yang lebih tinggi, untuk mempertahankan fungsi tubuh.
Perubahan struktur dan fungsi tubuh, kemampuan kognitif maupun status mental, hingga perubahan saluran cerna menyebabkan penurunan efektivitas penggunaan zat gizi, sehingga dapat menyebabkan permasalahan gizi yang khas pada lansia.
Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, M. Epid, FINASIM, Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PB Pergemi) menjelaskan selain perlu mencukupi gizi seimbang, kebutuhan protein lansia lebih tinggi untuk menjaga kualitas otot dan kesehatan tubuhnya.
Ini disebabkan lansia rawan mengalami kondisi yang disebut sarkopenia, hilangnya massa dan kekuatan otot terkait penuaan.
Sebagai catatan penurunan massa otot wajar terjadi pada orang yang tidak aktif secara fisik. Mereka akan kehilangan massa otot sebanyak 3-5% setiap 10 tahun setelah usia 30 tahun. Melewati usia tersebut penurunan massa otot akan terus terjadi, tidak hanya karena gaya hidup sedentari tapi juga penuaan.
Hal ini sering dianggap sebagai perubahan fisiologi biasa akibat proses penuaan dan sering tidak mendapatkan perhatian. Faktanya, sarkopenia merupakan pintu masuk awal dari semua penyakit yang ditakuti.
Sarkopenia meningkatkan risiko kejadian osteoporosis, diabetes, penyakit jantung koroner, hipertensi bahkan kanker. Hal ini dimungkinkan karena otot memiliki hubungan secara sistemik dengan seluruh organ tubuh kita.
Kebutuhan protein lansia
Sangat penting bagi lansia untuk mempunyai gaya hidup sehat, termasuk aktivitas fisik teratur, konsumsi makanan seimbang – bahkan suplemen – untuk memenuhi gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan gizi mikro (vitamin, mineral). Juga berinteraksi sosial.
“Protein menjadi sesuatu yang ‘agak’ primadona harus dipenuhi lebih tinggi,” ujar dokter yang akrab disapa Prof. Ati, dalam peringatan Hari Lansia Nasional, yang diadakan Nestlé Health Science (NHS), Jumat (24/6/2022).
Berdasarkan satu penelitian dari kelompok studi PROT-AGE, lansia sehat dianjurkan mendapatkan jumlah protein lebih tinggi daripada dewasa muda, yaitu sebesar 1-1,2 gram protein/kgBB/hari.
Kebutuhan protein akan meningkat bila lansia sedang sakit, masa penyembuhan, atau sedang dirawat di rumah sakit. Pasalnya, manfaat protein untuk membantu membangun dan memperbaiki otot, jaringan tubuh, sel-sel tubuh yang rusak, melancarkan aliran oksigen, dan melawan infeksi.
Menurut Food and Nutrition Board rekomendasi asupan protein harian untuk lansia adalah:
50-175 gram/hari (pria yang tidak aktif bergerak) dan 40-140 gram/hari (wanita yang tidak aktif bergerak).
Sumber protein tersebut bisa didapat dari ikan, telur, ayam, daging sapi, seafood, serta susu. Begitu pula protein nabati dari kacang-kacangan seperti tahu, tempe. Atau, konsumsi susu yang mengadung whey protein.
Whey protein adalah protein berkualitas tinggi yang umumnya berasal dari susu dan produk olahannya, seperti keju. “Whey protein dibutuhkan untuk merangsang sintesis otot. Dikombinasikan dengan olahraga, otot kuat (sehingga lansia) tidak mudah jatuh, tulang kuat tidak mudah patah,” terang Prof. Ati.
Produk whey protein biasanya digunakan oleh olahragawan untuk membentuk otot, tapi bukan berarti tidak boleh dikonsumsi lansia.
Manfaat whey protein
Dalam kesempatan yang sama Marketing Manager Nestlé Health Science (NHS), dr. Yulia Megawati, menjelaskan whey protein memiliki banyak manfaat selain meningkatkan massa otot.
Berikut ini beberapa manfaat whey protein yang sudah diketahui:
- Menambah massa otot
- Manambah berat badan
- Mempercepat penyembuhan luka
- Memperkuat daya tahan tubuh
- Mengurangi kolesterol dan tekanan darah
“Whey protein bermanfaat untuk memelihara/pembentukan jaringan tubuh. Asam aminonya yang lebih tinggi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Menurunkan kejadian diare dan mempercepat pengosongan lambung,” terang dr. Yulia. (jie)