deteksi dini kanker payudara dengan sadari dan sadanis

Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI dan SADANIS

Kanker payudara masih menjadi momok bagi perempuan. Tak hanya di Indonesia, melainkan juga dunia. Diperkirakan, 1 dari 8 perempuan berisiko terhadap kanker invasif dalam hidupnya, dan 1 dari 37 perempuan di dunia meninggal akibat kanker payudara. Deteksi dini kanker payudara bisa menyelamatkan perempuan dari risiko kematian akibat kanker tersebut.

Kanker pada dasarnya penyakit akibat pertumbuhan sel yang abnormal dan tak terkendali. “Seluruh sel di tubuh kita mengikuti perintah. Tiap sel membelah secara teratur, terkontrol, dan seragam seusai jenis selnya. Namun pada kanker, pembelahan dan pertumbuhan sel tidak terkontrol, dan bentuknya tidak sama,” jelas Prof. Dr. dr. Noorwati Sutandyo, Sp.PD-KHOM, Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Link E-Sertifikat Webinar 5 November 2022 (Mohon segera diunduh)

Pada kanker payudara, pertumbuhan sel abnormal seringnya terjadi pada lobulus (kelenjar susu) dan duktus (saluran susu); ada juga yang tumbuh di sekitar puting. “Perlu diperhatikan, karena rongga payudara cukup besar, di stadium awal kadang kanker tersembunyi dan tidak teraba. Setelah ukuran melebihi 2 cm baru terasa ada yang mengganjal atau teraba benjolan, tutur Prof. Noorwati, dalam webinar yang diselenggarakan oleh OTC Digest bekerja sama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Lovepink, dan PT Yakult Indonesia Persada, Sabtu (5/11/2022).

Deteksi Dini Kanker Payudara

Mengobati kanker bukan hal yang mudah. “Meski tumor sudah diangkat, lalu dibunuh dengan kemoterapi, mungkin masih ada sel kanker yang tersisa sehingga bisa relaps atau kambuh. Kecuali bila ditemukan dalam stadium dini,” ujar Prof. Noor.

Deteksi dini menjadi kunci penting dalam mencegah kematian akibat kanker. Bila diemukan dalam stadium awal, angka keberhasilan pengobatan dan survival rate (harapan hidup) sangat baik.

Deteksi dini kanker payudara dilakukan dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) rutin dan SADANIS (Periksa Payudara Klinis). “SADARI perlu dilakukan rutin setiap bulan, pada hari ke-7 hingga ke-10 setelah menstruasi hari pertama,” ujar Prof. Noorwati. Pada saat inilah payudara berada dalam kondisi normal, tidak terpengaruh hormon estrogen yang membuat payudara lebih kencang dan membuat kelenjar susu aktif/bengkak. SADARI bisa mulai dilakukan sejak usia 20-an.

Adapun SADANIS, dilakukan oleh petugas kesehatan. Bisa dokter, perawat, ataupun bidan. Cukup dilakukan 2 tahun sekali pada perempuan usia 20-40 tahun, dan 1 tahun sekali pada usia 40 tahun ke atas. SADANIS juga bisa dilakukan setelah SADARI dan ditemukan adanya benjolan.

Peranan Bidan

Prof. Noorwati mengingatkan, bidan jangan hanya fokus pada organ reproduksi bagian bawah. “Bagian atas yaitu payudara, juga harus diperhatikan. Benjolan sekecil apapun jangan dianggap sepele,” tegasnya.

Hal tersebut diamini oleh Ketua Umum PB IBI Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes. Ia mengingatkan bahwa tugas bidan meliputi kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi perempuan, dan juga KB. “Kesehatan reproduksi dan seksualitas mencakup skrining dan deteksi dini kanker payudara, dengan melakukan SADANIS kepada pasien, serta memberi edukasi tentang SADARI,” tutur Emi.

Bidan merupakan garda terdepan dalam pelayanan kesehatan perempuan di seluruh pelosok Tanah Air, dan berperan sebagai mitra perempuan sepanjang hidup mereka. “Bidan punya kesempatan besar untuk mengedukasi perempuan melakukan SADARI secara rutin,” imbuhnya.

Lebih jauh, Emi menekankan pentingnya kolaborasi dengan tenaga medis lain, misalnya dokter. “Bila ada kecurigaan saat melakukan SADANIS, segera rujuk pasien ke dokter, untuk mendapatkan diagnosis yang pasti,” tandasnya.

Diagnosis kanker payudara ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan. Pertama yaitu pemeriksaan fisik dan wawancara (anamnesis). Dilanjutkan dengan pemeriksaan USG payudara (semua usia), dan mamografi pada usia 35 tahun ke atas. Bila benjolan mengarah ke kecurigaan kanker, selanjutnya akan dilakukan biopsi atau pengambilan contoh jaringan.

Madelina Mutia dan Lovepink

Madelina Mutia, Co-Founder Lovepink dan penyintas kanker payudara, berbagi cerita. “Saya beruntung mendapat fasilitas check-up rutin dari kantor. Saat pemeriksaan rutin itulah ditemukan benjolan pada payudara kanan,” ujarnya.

Muti, begitu ia disapa, menjalani pemeriksaan USG, mamografi, dan diperkuat dengan biopsi. Diagnosis ditegakkan: ia memiliki kanker payudara stadium 2B, pada 2010. Muti sangat bersyukur memiliki support system yang begitu luar biasa. Almarhum suami, keluarga, dan para sahabat betul-betul menguatkannya.

Muti lalu menjalani mastektomi (operasi pengangkatan payudara). “Dilanjutkan dengan kemoterapi 8x setiap 3 minggu, dan radioterapi 25x setelah kemo selesai,” ucap Muti. Diketahui bahwa kankernya memiliki reseptor hormon estrogen dan progesteron positif. Ia pun mendapat terapi hormon untuk menghambat kerja hormon, dengan minum obat tamoxifen selama 5 tahun.

Menjalani pengobatan kanker tentu bukan hal mudah. “Banyak ups and downs. Setelah kemo keempat saya hampir menyerah, tidak mau lanjut lagi. Tapi kemudian saya berpikir, orang lain saja mau saya sembuh, masak saya sendiri tidak mau?” kenangnya. Hal inilah yang menguatkan tekadnya untuk menjalani pengobatan sampai selesai.

Selama pengobatan, ia bertemu dengan pejuang kanker lain yang kemudian menjadi sahabatnya, Shanti Persada. “Awalnya berbagi semangat dan berbagi perasaan tidak enak. Bercerita dengan sesama pejuang kanker ternyata dampaknya sangat kuat,” tuturnya. Akhirnya pada 2012, Muti dan Shanti mendirikan Lovepink, sebagai wadah bagi para pejuang dan penyintas kanker payudara untuk sharing dan saling menguatkan. Dari komunitas kecil, Lovepink berkembang menjadi yayasan pada 2014. Sekarang Lovepink ada di beberapa kota di Indonesia.

Peranan Probiotik

Siapa sangka, kanker ternyata turut berhubungan dengan profil mikrobiota usus. terganggunya keseimbangan mikrobiota usus bisa membuat sel NK (Natural Killer) pada sistem imun yang bertugas membasmi sel kanker, jadi tidak optimal. “Penelitian menemukan, mereka dengan aktivitas sel NK rendah memiliki risiko kanker yang jauh lebih tinggi,” ungkap Ni Putu Desy Aryantini, S.KM, M.AFH, Ph.D dari PT Yakult Indonesia Persada.

Probiotik berperan untuk mengembalikan keseimbangan mikrobiota usus. Namun manfaatnya tak sebatas itu saja. Penelitian telah membuktikan manfaat probiotik dengan kandungan L. casei Shirota strain untuk mencegah kanker “Misalnya dalam penelitian di Jepang, dalam studi kasus-kontrol berbasis populasi pada kanker payudara,” ujar Desy.

Penelitian tersebut melibatkan 306 pasien kanker payudara dan 662 kontrol berusia 40-55 tahun. Mereka mengisi kuisioner dan wawancara untuk dinilai bagaimana pola makan, gaya hidup, dan faktor risiko kanker payudara. “Ditemukan bahwa mereka yang mengonsumsi L. casei Shirota strain empat kali atau lebih dalam seminggu, memiliki risiko kanker payudara yang lebih rendah,” ungkap Desy.

Di dalam usus, L. casei Shirota strain tak hanya mengembalikan dan memelihara keseimbangan mikrobiota usus. “Penelitian menunjukan, ia juga mengurangi zat-zat berbahaya, merestorasi sistem imun, dan mengaktivasi sel NK,” papar Desy.

Untuk menikmati kebaikannya, Yakult perlu dikonsumsi secara rutin dan kontinyu, 1-2 botol sehari. Selain itu, kini telah hadir Yakult Light, yaitu variasi baru dari Yakult Original dengan kandungan gula dan kalori yang lebih sedikit serta diperkaya dengan vitamin D dan E yang dibutuhkan oleh tubuh. (nid)

________________________________________________

Ilustrasi: https://www.freepik.com/free-photo/breast-cancer-awareness-pink-ribbon-w...