antioksidan melawan radikal bebas meningkatkan daya tahan tubuh

Bagaimana Cara Manfaatkan Antioksidan Untuk Melawan Pandemi

Pandemi COVID-19 di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan, bahkan di lima provinsi – dengan Jawa Tengah tertinggi- mengalami penambahan kasus aktif hingga 2 kali lipat. Sementara vaksin diperkirakan baru akan tersedia awal tahun depan. Ini berarti kita diharuskan bergantung pada daya tahan tubuh untuk melawan pandemi ini.

Daya tahan tubuh yang optimal tidak bisa tercapai bila tubuh tidak sehat, demikian pula sebaliknya. Salah satu cara menjaga daya tahan tubuh adalah dengan antioksidan.

Antioksidan sejatinya merupakan senyawa/zat yang berkerja melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan radikal bebas. Setiap proses biologis tubuh seperti pencernaan, respirasi sel dan metabolisme, melalui proses oksidasi yang menghasilkan radikal bebas.

Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, MSi (Herbal), Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) menjelaskan, selain diproduksi secara alami, tubuh setiap saat juga terpapar radikal bebas dari lingkungan, antara lain dari polusi udara, asap rokok, radiasi ultraviolet, hingga konsumsi makanan yang mengandung zat kimia.  

Radikal bebas adalah atom / molekul yang kehilangan salah satu elektronya (menjadi tidak berpasangan). Elektron yang tidak berpasangan membuatnya sangat reaktif dan merusak sel, molekul lemak, enzim, protein hingga DNA.

Agar radikal bebas tidak merajalela, tubuh otomatis memroduksi antioksidan. “Antioksidan akan mendonasikan molekulnya ke radikal bebas, sehingga membuatnya stabil,” terang dr. Inggrid dalam peluncuran suplemen Herbatia Sari Imuno dan Herbatia Sari Oxyfit, Kamis (26/11/2020).

Tetapi kerap kali jumlah antioksidan yang diproduksi tubuh tidak cukup, sehingga membutuhkan asupan dari luar. Antioksidan alami berlimpah di sayur, buah, herbal dan rempah. Bahan-bahan tersebut mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, tannin, lignin, fenol, vitamin A, C dan E.

Di antara sekian banyak tanaman, ada tiga herbal yang menonjol mengadung antioksidan tinggi, antara lain kulit manggis, kulit delima dan temu kunci.    

Kulit menggis memiliki zat aktif yang disebut xanthone. “Ia adalah antioksidan yang bersifat multi organ-protektif, melindungi jantung, ginjal, otak dan organ penting lain,” imbuh dr. Inggrid. “Xanthone mampu menetralkan radikal bebas 5 kali lebih kuat dibanding vitamin A, C dan E.”

Manfaat kulit delima (pomegranate) sebagai antioksidan tidak kalah hebat. Kulit delima memiliki zat aktif yang disebut granatonine. Studi di Institut Pertanian Bogor menyatakan granotonine efektif mencegah kerusakan DNA.

Riset lain di Israel menemukan, pada populasi pria sehat jus delima menurunkan risiko oksidasi kolesterol “jahat” sampai 43%. 

Michael Aviram, ahli lipid dari Technion – Israel Institute of Technology, melihat antosianin dan tanin dalam buah delima dapat meningkatkan level enzim paraoxonase, yang bertugas memecah kolesterol teroksidasi.

Temu kunci (Boesenberdia pandurata) dengan zat aktif panduratin-nya bersifat antipenuaan dini; tidak hanya bermanfaat untuk kulit tetapi juga di organ tubuh lainnya.

Suplemen atau alami

Untuk memperoleh manfaat antioksidan dari tanaman/herbal bisa dikonsumsi dengan dua cara: secara alami atau dalam bentuk suplemen.

Dr. Hendra Gunawan, MBA, Managing Direktor PT. Tunggal Group, menjelaskan tidak salah jika masyarakat ingin mendapatkan manfaat antioksidan herbal tertentu dengan cara cara merebus (seperti jamu).

“Tetapi karena tidak ada proses pemurnian / ekstraksi zat aktifnya, maka dalam 1 gelas jamu kandungannya bisa berbeda-beda,” kata dr. Hendra.

Dr. Inggrid menambahkan “Untuk mendapatkan khasiat antioksidan dari sayur atau buah dibutuhkan dalam jumlah banyak, bisa satu troli (keranjang) belanja. Atau misalnya herbal kunyit, kita butuh sekitar 7 kg per hari. Itu tidak mungkin. Akan lebih efisien jika kita mengonsumsi suplemen antioksidan.”

Sejak sebelum pandemi COVID-19, imbuh dr. Inggrid, kita sudah menghadapi banyak stressor yang bisa menurunkan daya tahan tubuh. Pencemaran lingkungan, kurang olahrga, gizi tidak seimbang, tidur tidak teratur, semuanya menyebabkan radikal bebas di tubuh semakin banyak.

“Saya termasuk orang yang setuju konsumsi suplemen sebagai tambahan diet sehari-hari,” pungkasnya. (jie)