terlalu_banyak_gula_tingkatkan_risiko_depresi

Awas Terlalu Banyak Konsumsi Gula Tingkatkan Risiko Depresi

Selama ini kita mengetahui konsumsi gula yang berlebihan berhubungan dengan risiko kegemukan, diabetes dan penyakit kardiovaskular. Tetapi penelitian terbaru juga menghubungkannya dengan kesehatan mental, yakni depresi.

Menurut riset yang dipublikasikan dalam jurnal Medical Hypotheses, konsumsi sejumlah besar gula tambahan juga mempengaruhi jalur pensinyalan hormon, terutama dopamin.

Peneliti menganalisis berbagai riset tentang efek psikologis dan fisiologis dari konsumsi gula, termasuk sebuah penelitian besar, seperti Women’s Health Initiative Observation Study (Studi Observasi Inisiatif Kesehatan Perempuan), yang diikuti hampir 70.000 perempuan selama tiga tahun.

Mereka mencari hubungan antara konsumsi gula dan kesehatan. Didapati, perempuan yang paling banyak mengonsumsi gula tambahan (added sugar), berisiko 23% lebih besar mengalami depresi, dibanding mereka yang mengonsumsi gula paling sedikit.

Gula tambahan (added sugar) merupakan gula yang ditambahkan dalam makanan / minuman, terutama makanan/minuman kemasan, seperti kue, soda, es krim, biskuit, dll.  

Riset lain yang juga dipublikasikan di Medical Hypotheses menemukan insiden depresi pada orang dewasa di Australia, China, Amerika Latin dan Iran cenderung tinggi pada mereka yang kerap minum minuman manis, seperti soda.

Dan semakin banyak Anda konsumsi, semakin buruk hasilnya, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah / iklim dingin karena kurang terpapar sinar matahari yang bisa menurunkan asupan vitamin D.

“Menyebabkan terjadinya ‘lingkaran’ yang akan semakin memburuk bila Anda mengalami depresi, karena ada karakteristik hawa dingin membuat seseorang ingin mengonsumsi manis,” terang penulis penelitian Stephen Ilardi, PhD, dari Department of Psychology di University of Kansas, AS.

Harus menghindari gula?

Lantas apakah ini berarti kita harus menghindari kue ulang tahun di kantor, atau harus menolak segala macam makanan penutup? Tidak semuanya, ungkap Ilardi, tetapi kewaspadaan terhadap berapa banyak gula yang kita makan/minum itu penting.

Konsumsi gula, bahkan gula ‘sederhana’ yang cepat menaikkan glukosa, bila hanya sesekali tidak akan menciptakan efek perubahan suasana hati, dalam hal ini depresi.

Tetapi konsumsi gula tambahan jangka panjang, imbuh Ilardi, akan mempengaruhi energi dan mood, akibat efek balik ketika pankreas melepaskan insulin dalam jumlah besar. Ini akan menyebabkan efek sugar blues, yang mirip dengan depresi.

Dan bila Anda mengonsumsi gula tambahan tiap hari, dan berlangsung selama beberapa bulan, akan menjadi cerita yang berbeda. “Rata-rata orang Amerika mengonsumsi 22 sendok teh gula tambahan per hari,” terang Ilardi. “Konsumsi dalam dosis tinggi seperti itu meningkatkan risiko seseorang berkembang menjadi depresi klinis.”

Jika merujuk pada rekomendasi WHO, dianjurkan asupan gula dari semua sumber makanan/minuman yang kita konsumsi tidak melebihi 50 gram (4 sendok makan) per hari untuk dewasa, dan 30 gram (6 sendok teh) per hari untuk anak-anak. Ini artinya kurang dari 10% dari total asupan energi. (jie)