Legenda bulu tangkis Indonesia Markis Kido, meninggal dunia tadi malam (14/6/2021), di usia 36 tahun. Ia terjatuh di lapangan usai bermain setengah set di GOR Petrolin, Tangerang. Markis Kido memang rutin bertemu atau bermain bulu tangkis bersama rekan-rekan pebulu tangkis tiap Senin. Pebulu tangkis Chandra Wijaya yang bermain bersama Markis Kido, dan rekan-rekan mencoba memberi pertolongan pertama dengan memompa jantung Markis, tapi sayang nyawanya tidak tertolong. Peraih emas di Olimpiade Beijing 2008 itu diduga meninggal akibat serangan jantung. Bisa jadi, kondisi mematikan itu merupakan komplikasi hipertensi yang memang dimiliki Markis Kido.
Hipertensi disebut juga silent killer karena sering kali tidak bergejala. Banyak penderita hipertensi yang tidak sadar bahwa dirinya memiliki penyakit ini. Tahu-tahu, muncul komplikasi mematikan. Seseorang disebut menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi bila tekanan darah sistoliknya 140 mmg atau lebih, dan diastolik 90 mmHg atau lebih (>140/90 mmHg).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 34,11% pada penduduk >18%. Itu artinya, 1 dari 3 orang Indonesia usia dewasa menderita penyakit ini.
Waspadai komplikasi hipertensi
Yang dikhawatirkan dari hipertensi adalah komplikasinya. Tekanan tinggi pada pembuluh darah bisa merusak organ-organ vital tubuh. termasuk otak, jantung, ginjal, mata, hingga pembuluh darah tepi. Berikut ini 5 komplikasi hipertensi, yang bisa mengancam jiwa.
1. Penyakit jantung
Hipertensi membuat jantung bekerja ekstra keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Lama kelamaan jantung bagian kiri menebal, dan hal ini meningkatkan risiko untuk serangan jantung, gagal jantung, hingga kematian akibat henti jantung mendadak. Hipertensi juga bisa membuat pembuluh koroner menyempit dan rusak, sehingga darah tidak bisa mengalir lancar ke jantung. Muncullah nyeri dada (angina), denyut jantung tak beraturan, atau serangan jantung. Bisa pula terjadi gagal jantung karena tekanan darah yang tinggi bisa membuat otot-otot jantung melemah, hingga lama kelamaan jantung kewalahan dan tidak lagi berfungsi normal.
Baca juga: Hipertensi bisa Sebabkan Gagal Jantung, Bagaimana Mengelolanya di Masa Pandemi?
2. Stroke dan gangguan lain di otak
Pembuluh darah di otak bisa rusak dan pecah akibat hipertensi, dan terjadilah stroke. Bisa pula terjadi stroke ringan (TIA) karena hipertensi membuat arteri di otak mengeras, atau terjadi gumpalan darah, sehingga suplai darah ke otak terganggu. Selain itu, penyempitan atau sumbatan pada arteri otak yang mengurangi pasokan darah ke organ vital ini juga bisa menimbulkan demensia atau kepikunan. Sebelum demensia vakular muncul, bisa didahului dengan gangguan kognitif ringan.
Baca juga: Hipertensi, Faktor Risiko Demensia
3. Penyakit ginjal
Ginjal berfungsi menyaring cairan dan zat sisa dari darah. Tekanan darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah pada ginjal dan sekitarnya. Akhirnya bisa terbentuk jaringan parut pada ginjal (glomerusklerosis), yang mengurangi fungsi ginjal dalam menyaring darah dan zat sisa. Lambat laun cairan dan racun menumpuk dalam tubuh dan terjadilah gagal ginjal kronis. Ini adalah salah satu komplikasi hipertensi yang paling ditakutkan.
4. Kerusakan mata
Hipertensi juga busa merusak pembuluh darah halus yang memasok darah ke mata, sehingga bisa muncul berbagai gangguan pada mata. Antara lain retinopati, kerusakan saraf mata, hingga penumpukan cairan di bawah retina (choroidopathy).
5. Gangguan fungsi seksual
Hipertensi bisa mengganggu fungsi seksual, baik pada laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki, bisa terjadi disfungsi ereksi, lantaran tekanan darah yang tinggi bisa menyumbat aliran darah ke penis. Adapun pada perempuan, berkurangnya aliran darah ke area vagina akibat hipertensi, bisa menurunkan gairah seksual, menyebabkan vagina kering, atau sulit mencapai orgasme. (nid)