Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terjadi kenaikan 10% kasus COVID-19 baru secara global dalam seminggu, terutama dipicu oleh penambahan kasus yang massif di Amerika Serikat dan Eropa. Di Indonesia penambahan kasus harian lebih dari 6.000.
Dalam laporan update mingguannya, Rabu (17/3/2021), WHO menjelaskan jumlah kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai puncaknya pada awal Januari (hampir 5 juta kasus), tetapi kemudian turun menjadi sekitar 2,5 juta per minggu pada pertengahan Februari 2021.
Badan kesehatan milik PBB ini mencatat minggu lalu merupakan minggu ketiga berturut-turut terjadi kenaikan kasus baru secara global, setelah minggu-minggu sebelumnya mengalami penurunan.
Mereka mengatakan kasus COVID-19 di Amerika dan Eropa terhitung lebih dari 80% dari total kasus baru dan kematian dalam seminggu.
Di Eropa, WHO mengatakan kasus baru yang terkonfirmasi naik hingga 6%, sementara jumlah kematian konsisten berkurang. Dikatakan angka tertinggi tercatat di Perancis, Italia dan Polandia.
Ironinya lonjakan kasus yang tercatat di lebih dari selusin negara, sebagian besar di Eropa, bersamaan dengan penangguhan vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca terkait laporan kejadian pembekuan darah.
WHO dan European Medicines Agency (EMA) mengatakan tidak ada bukti hingga saat ini vaksin AstraZeneca terkait dengan pembekuan darah dan manfaatnya lebih besar (melebihi) risiko efek samping.
6.000 kasus dalam sehari
Sementara di dalam negeri, berdasarkan laporan harian Satgas COVID-19 per Kamis (18/3/2021), ada penambahan kasus sebanyak 6.570 dalam sehari; terkonfirmasi melalui pemeriksaan RT-PCR/TCM dan rapid antigen. Ini menjadikan total kasus COVID-19 tembus di angka 1.443.853.
Terdapat 5 provinsi dengan angka penambahan kasus positif harian tertinggi. DKI Jakarta menambahkan 1.719 kasus, Jawa Barat menambahkan 1.261 kasus dan Jawa Tengah dengan 658 kasus.
Selanjutnya Jawa Timur bertambah 339 kasus dengan angka kumulatifnya 135.803 kasus, serta Kalimantan Timur menambahkan 328 kasus dan kumulatifnya 60.868 kasus.
Jumlah orang yang diperiksa dalam satu hari sebanyak 35.943 orang. Angka positivity rate harian sebesar 18,28%. Sementara rekomendasi WHO <5% sebagai syarat pandemi COVID-19 terkendali di suatu wilayah.
Libur panjang akhir pekan naikkan tingkat kematian
Sementara itu, mobilitas peduduk saat libur panjang akhir pekan terbukti berdampak buruk bagi penanganan pandemi.
Pandemictalks (platform info & data tentang COVID-19 Indonesia dari spektrum sains, kesehatan dan sosial melalui Instagram) mencatat dalam periode bulan Juli 2020 - Februari 2021 terdapat empat kali libur panjang akhir pekan. Di mana 10-14 hari setelahnya angka kematian COVID-19 naik rerata 42%. Padahal rerata pertambahan kematian COVID-19 tiap 2 pekan di Indonesia – di luar periode libur panjang akhir pekan – hanya 10%.
Hal tersebut didasarkan dari data Kementerian Kesehatan. Dalam data tersebut terlihat pada libur tanggal 15-22 Agustus 2020 (10 hari setelahnya) peningkatan kematian sebesar 70%. Libur tanggal 29 Oktober – 1 November 2020 (12 hari setelahnya) terjadi peningkatan 26%.
Demikian juga di libur akhir tahun 2020, 12 hari setelahnya ada peningkatan kasus kematian 42%. Dan di tanggal 12-14 Februari 2021 lalu, 10 hari setelahnya jumlah kematian naik 21%.
Hal tersebut patut menjadi catatan bersama, mengingat adanya wacana tetap diperbolehkannya mudik lebaran tahun ini. (jie)