Vonoprazan Efektif Menekan Asam Lambung, Harapan Baru bagi Penderita GERD dan Infeksi H. Pylori

Vonoprazan Efektif Menekan Asam Lambung, Harapan Baru bagi Penderita GERD dan Infeksi H. Pylori

Penyakit yang berkaitan dengan asam lambung atau ARD (acid-related disease) banyak dijumpai di masyarakat. Dua di antaranya yang jadi “primadona”, apa lagi kalau tukak lambung dan GERD (gastro-esophageal reflux disease). Namun, tak jarang pengobatan penyakit asam lambung belum memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini tentu sangat menurunkan kualitas hidup.

Diungkapkan oleh Prof. Dr. dr. Marcellus Simadibrata K, Sp.PD, KGEH, FACC, FASGE, FINASIM, angka GERD terus meningkat belakangan ini. Tak hanya menimbulkan keluhan heartburn, GERD juga kerap menimbulkan berbagai gejala lain yang sangat mengganggu. “Selain gejala di esofagus, juga ada manifestasi di luar saluran cerna. Misalnya batuk-batuk, faringitis, asma, gigi berlubang, hingga bronkhitis dan pneumonia,” ujar Prof. Marcel, dalam Vonoprazan Expert Meeting 2023 di Jakarta, Sabtu (18/3/2023).

Tujuan pengobatan GERD yaitu mencegah terjadinya berbagai komplikasi, sekaligus memperbaiki kualitas hidup. Misalnya ulkus, perdarahan, penyempitan esofagus (kerongkongan), hingga kanker. “Bila tidak diobati, GERD bisa menimbulkan kanker esofagus,” terang Prof. Marcel.

Selama ini, pengobatan GERD dilakukan dengan obat-obatan PPI (proton-pump inhibitor). “Memang cukup efektif, tapi masih ada beberapa kekurangan. Antara lain tingkat kekambuhan yang cukup tinggi; tak jarang terjadi relaps setelah 6 bulan,” jelas Prof. Marcel. Pengobatan dengan PPI juga kerap menimbulkan nocturnal acid breaktrough, di mana pH asam di dalam lambung <4 di malam hari.

Selain itu, pasien juga tidak nyaman dengan jadwal yang dikaitkan dengan waktu makan. “Penyerapan PPI sangat dipengaruhi oleh makanan. Bila obat diminum terlalu dekat dengan waktu makan, biasanya yang masuk ke tubuh untuk mengurangi asam lambung jadi berkurang,” papar Prof. Marcel.

Ki-ka: Yohannes Sinaga; Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD KGEH, MMB, FINASIM, FACP, FACG; Prof. Dr. dr. Marcellus Simadibrata K, Sp.PD, KGEH, FACC,

FASGE, FINASIM; Dr. dr. Kaka Renaldi, Sp.PD-KGEH; dr. Hasan Maulahela, Sp.PD-KGEH; dr.Saskia Aziza Nusyirwan Sp.PD, KGEH / dok. OTC Digest.

 

Dispepsia akibat Infeksi H. pylori

Kasus infeksi bakteri H. pylori di Jakarta sudah menurun, tapi di daerah-daerah tertentu masih tinggi. “Kalau ada lima pasien dyspepsia, kemungkinan satu pasien H. pylori positif. tapi ada faktor risiko etnik. Pada suku Batak, Bugis, dan Papua, angka H. pylori lebih tinggi 30-40%, sedangkan di Jakarta sekarang <5%,” papar Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD KGEH, MMB, FINASIM, FACP, FACG.

Sebagian besar pasien infeksi H. pylori datang dengan keluhan gastritis, bisa dengan atau tanpa disertai ulkus. Salah satu ciri klinis infeksi H. pylori yaitu ditemukannya ulkus tunggal dalam pemeriksaan endoskopi. “Kalau ketemu ulkus tunggal, 95% kemungkinan H. pylori,” ucap Prof. Ari. 

Tujuan pengobatan infeksi H. pylori yaitu eradikasi kuman tersebut. Pengobatan dilakukan dengan 2 jenis antibiotik dan 1 PPI. Dulu, pengobatan cukup dilakukan selama 5 hari. Namun seiring waktu, terjadi resistansi, yang membuat waktu pengobatan jadi lebih panjang. “Kita berkejaran dengan resistansi. Resistansi tak melulu karena antibiotik, tapi juga turut dipengaruhi oleh asam lambung. Itu sebabnya, diberikan PPI untuk menekan asam lambung,” tutur Prof. Ari. Sekarang, menurut konsensus terbaru, pengobatan infeksi H. pylori dilakukan selama 14 hari.

“Dulu, obat dipakai selama 5 hari, meningkat jadi 7 hari, kemudian meningkat lagi jadi 10 hari. Lalu pada 2020, studi-studi dalam 2-3 tahun sebelumnya menyebutkan bahwa pengobatan selama 10 hari saja, angka resistansi sudah cukup tinggi. Artinya, kita berkejaran,” tutur Prof. Ari.

Vonoprazan, Obat Penekan Asam Lambung Terbaru

Sejak 1980, usaha untuk mencari alternatif baru untuk memenuhi unmet need dari pasien-pasien penyakit terkait asam lambung, terus dilakukan. “Dan setelah tiga dekade, akhirnya hadirlah P-CAB, produk baru yang dipercayai mungkin bisa menggantikan PPI, hadir,” ungkap Country Head Wellesta CPI Indonesia, Yohannes Sinaga.

Di Jepang dan beberapa negara lain, P-CAB (potassium-competitive acid blocker) sudah menjadi alternatif untuk menggantikan PPI. Obat ini sebenarnya sudah tersedia sejak sekitar 5 tahun lalu. “Sekarang baru masuk Indonesia, karena memang prosesnya cukup panjang. Vonoprazan adalah obat golongan P-CAB pertama yang masuk Indonesia,” ujarnya.

Vonoprazan bekerja secara kompetitif dan reversible dengan tempat ion K+ pada proton pum, sehingga tidak terjadi pertukaran ion H+. Pada akhirnya, asam lambung pun tidak terbentuk.

Keunggulan vonoprazan, tidak membutuhkan aktivasi asam. “Bisa langsung menghambat proton pump untuk menekan sekresi asam lambung. Absorbsinya tidak tergantung makanan,” ujar Prof. Marcel. Selain itu vonoprazan memiliki permulaan kerja cepat, waktu paruh lebih baik dibandingkan PPI, permulaan kerja cepat, waktu paruh >7 jam, dan stabil dalam kondisi asam.

Obat dari golongan P-CAB ini juga mengendalikan nocturnal acid breaktrough lebih baik dibandingkan PPI. Studi oleh Sakurai Y, dkk (2015) menemukan bahwa vonoprazan memberikan supresi asam nocturnal yang berkelanjutan, dibandingkan dengan esomeprazole dan rabeprazole.

Selain itu, dosisnya stabil. “Sejak pemberian dosis pertama dan seterusnya, dosis tidak perlu ditingkatkan. Sedangkan PPI, makin lama dosisnya makin meningkat,” terang Prof. Marcel. Hal ini ditunjukkan dalam studi yang dilakukan oleh Richard Hunt dan Carmelo Scarpignato (2018).

“Vonoprazan menurunkan asam lambung lebih baik daripada PPI, serta memperbaiki gejala refluks pada pasien GERD dengan refraktori yang menggunakan PPI,” ucap Prof. Marcel. Vonoprazan telah direkomendasikan oleh PGI (Perhimpunan Gastroenterologi Indonesia) sebagai pilihan pertama untuk terapi GERD, berdasarkan Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia 2019.

Terkait penggunaan vonoprazan untuk terapi infeksi H. pylori, Prof. Ari menyatakan hal senada. “Bersama dengan Prof. Yeong Yeh Lee dari Malaysia, kami melakukan studi metaanalisis. Dari studi tersebut, vonoprazam menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan PPI,” terang Prof. Ari. Studi metaanalisis meliputi 19 studi, dengan total 7.023 pasien. Ditemukan bahwa angka eradikasi H. pylori lebih tinggi secara signifikan dengan vonoprazan dibandingkan terapi lini pertama PPI.

Di beberapa konsensus, sudah disebut lebih baik memperbaiki kondisi asam, daripada pusing memikirkan antibiotiknya apa dan bagaimana resistansinya. Di Indonesia, vonoprazan sudah masuk Konsensus Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi H. pylori.  "Memang belum menggantikan PPI sebagai terapi lini pertama untuk H. pylori, tapi telah disebutkan sebagai salah satu pilihan untuk menekan asam lambung,” pungkas Prof. Ari. (nid)