vaksin covid-19 dosis ketiga belum diperlukan
vaksin covid-19 dosis ketiga belum diperlukan

Vaksin COVID-19 Dosis Ketiga Belum Diperlukan, Peneliti Menjawab

Pemerintah menyatakan bila tenaga kesehatan (nakes) akan mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis ketiga sebagai booster, alias penguat. Lantas apakah masyarakat awam juga perlu? Ada sebuah penelitian yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (13/7/2021) mengatakan bila vaksinasi dosis ketiga bagi nakes akan dimulai minggu ini, menggunakan vaksin Moderna.

Sebelumnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memita pemerintah untuk memberikan vaksinasi booster atau dosis ketiga pada nakes karena masih banyak tenaga medis yang meninggal walau telah divaksin.

Menkes Budi Gunadi menjelaskan alasan lain vaksin hanya diberkan pada tenaga kesehatan adalah karena masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan dosis vaksin pertama.

Selain itu penelitian menegaskan hingga saat ini vaksin COVID-19 dosis ketiga untuk awam belum diperlukan. Sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal the BMJ (29 Juni 2021) menjelaskan hanya dengan menunda (memperpanjang) pemberian dosis kedua akan memicu antibodi yang lebih kuat.

Peneliti dari University of Oxford menjelaskan penundaan jadwal, antara dosis pertama dan kedua, hingga 45 minggu mampu memicu kadar antibodi yang lebih tinggi. Vaksin yang dipakai adalah AstraZeneca.  

Mereka melaporkan pada kelompok dengan jadwal vaksinasi dosis kedua ditunda 8-12 minggu, rata-rata kadar antibodi yang terdeteksi (dalam 28 hari setelah suntikan kedua) adalah 923 tlgG EU.

Pada mereka dengan interval dosis kedua 15-25 minggu, rerata antibodi yang terdeteksi adalah 1860 tlgG EU. Dan pada interval 44-45 minggu antibodi tercatat adalah 3738 tlgG EU.  

Enam bulan setelah dosis kedua, tingkat antibodi tetap secara signifikan lebih tinggi pada kelompok dengan interval 15 -25 minggu, dibanding kelompok dengan interval 8-12 minggu. Data belum tersedia untuk interval 44-45 minggu.

Tim peneliti menambahkan, bahwa titer antibodi IgG pada empat varian virus corona yang diuji (D614G, Alfa, Beta dan Delta), secara signifikan lebih besar setelah pemberian dosis kedua.

Booster dosis ketiga

Dalam studi tersebut juga diberikan booster dosis ketiga vaksin AstraZeneca. Mereka melaporkan bahwa tingkat antibodi 28 hari setelah dosis ketiga secara signifikan lebih tinggi dibanding dosis kedua.

Tetapi dalam pertemuan Science Media Center, Andrew Pollard, pemimpin penelitian dan direktur dari Oxford Vaccine Group, mengatakan, “Hingga saat ini tidak ada indikasi bila kita memerlukan booster. Ini adalah sesuatu di mana kita perlu terus melihat data dan membuat keputusan seiring berjalannya waktu.”

Pollard menambahkan, “Kita memiliki negara-negara yang menghadapi gelombang besar pandemi saat ini dengan sebagian besar populasi belum divaksinasi. Itu adalah situasi di mana mendapatkan dosis pertama untuk lebih banyak orang sesegera mungkin adalah prioritas yang paling mendesak.”

“Sebelum dosis ketiga diberikan, kita harus berusaha memastikan semua orang yang rentan (lansia dan orang dengan komorbid) di seluruh dunia terlindungi. Itu hal yang paling mendesak untuk dilakukan.” (jie)