vaksin bcg membantu melawan covid-19

Vaksin BCG Mungkin Membantu Menahan COVID-19, Benarkah?

Penyebaran virus SARS-CoV-2 (COVID-19) belum memelan. Di Tanah Air angkanya terus bertambah sehingga pemerintah mengeluarkan peraturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sebagai upaya menahan infeksi virus corona. Di satu sisi penelitian menyatakan vaksin BCG bisa membantu menguatkan daya tahan tubuh melawan virus corona.

Dalam akun Twitternya, dr. Andi Khomeini Takdir, pendiri Junior Doctors Network (JDN) Indonesia, memberi saran pada pemerintah untuk membantu melawan pandemic COVID-19. Ia mengatakan setidaknya ada tiga cara untuk melawan virus SARS-CoV-2, yakni budayakan konsumsi probiotik, bagikan suplemen zinc kepada warga, dan beri vaksin BCG untuk memicu kekebalan adaptif.

“Kenapa probiotik? Karena kuman-kuman baik (bakteri baik) itu membentuk pertahanan mukosa bersama. Kenapa zinc? Diharapkan menekan replikasi virus. Lebih sedikit virus, lebih enteng,” tulisnya.

Bagaimana dengan penggunaan vaksin BCG? Dalam studi pendahuluan yang dipublikasikan di medrxiv.org, peneliti menemukan hubungan antara negara yang memberikan warganya vaksin BCG (bacillus Calmette-Guerin) dan penurunan kasus atau kematian akibat COVID-19.

Meskipun hanya sebuah korelasi, setidaknya para ahli di enam negara sedang menjalankan uji coba yang melibatkan pemberian vaksin BCG pada tenaga kesehatan dan lansia, untuk melihat apakah vaksin tersebut meningkatkan perlindungan terhadap virus corona.

Vaksin BCG

Vaksin BCG adalah vaksin yang diberikan untuk melindungi terhadap tuberkulosis (TB). Bayi yang baru lahir hingga berusia dua bulan adalah kelompok usia yang paling efektif untuk menerima vaksin ini. Orang dewasa juga diperbolehkan menerima vaksin BCG jika belum diberikan semasa anak-anak. Meski demikian, efektivitas vaksin ini pada orang dewasa akan lebih rendah, sehingga jarang dianjurkan.

Salah satu penelitian dilakukan oleh Gonzalo Otazu, asisten profesor di New York Institute of Technology. Ia memulai analisa setelah mengetahui rendahnya kasus COVID-19 di Jepang. Negara itu termasuk yang paling awal melaporkan kasus COVID-19 di luar China, dan belum melakukan karantina (lockdown) seperti yang dilakukan banyak negara lain.

Otazu mengatakan dia mengetahui tentang penelitian yang menunjukkan bila vaksin BCG juga memberikan perlindungan pada penyakit menular lainnya. Ia dan timnya mengumpulkan data tentang negara-negara yang memiliki kebijakan memberikan vaksin BCG dan kapan diberlakukannya.

Mereka kemudian membandingkan jumlah kasus dan kematian yang terkonfirmasi akibat virus corona untuk menemukan korelasi yang kuat.

Amerika Serikat dan Italia merekomendasikan vaksin BCG, tetapi hanya untuk orang-orang yang berisiko terkena TB, memiliki jumlah kasus positif COVID-19 yang tertinggi. Perancis, Iran, Spanyol dan Inggris pernah memiliki kebijakan ini –tetap sudah mengakhiri bertahun-tahun lalu – juga memiliki kasus virus corona yang tinggi.

China- tempat pandemi dimulai- memiliki kebijakan vaksin BCG tetapi tidak dipatuhi sebelum 1976. Sementara Jepang dan Korea Selatan yang terlihat mampu mengontrol penyebaran virus, hingga saat ini masih menerapkan kebijakan pemberian vaksin BCG secara umum.

Tetapi bagaimanapun, vaksin BCG seharusnya tidak menjadi satu-satunya alat untuk melawan COVID-19.

"Tidak ada negara di dunia yang berhasil mengendalikan pandemi ini hanya karena populasi dilindungi oleh BCG," kata Otazu. Physical distancing (menjaga jarak fisik), melakukan tes massal dan isolasi perlu diimplementasikan untuk mengelola penyebaran penyakit.

Probiotik

Konsumsi probiotik alias bakteri baik terbukti meningkatkan daya tahan tubuh; 80% sistem imun di bentuk di saluran cerna.

Probiotik meningkatkan sistem imun, dengan menstimulasi produksi dan aktivitas sel-sel imun di jaringan mukosal. Suatu jaringan yang melapisi saluran pencernaan, mulut, pernapasan dan saluran kemih. Ini disebut juga sistem imun mukosal, berfungsi sebagai lini pertama dalam melawan kuman.

Sebuah studi meneliti efek probiotik terhadap imunitas mukosal pada pelari jarak jauh profesional. Selama 4 bulan latihan intensif di musim dingin, 20 atlet diberi 3 kapsul probiotik 2x sehari atau plasebo (obat kosong).

Altet yang mengonsumsi probiotik mengalami gejala pernapasan selama 30 hari, dibandingkan 72 hari pada mereka yang mengonsumsi plasebo. Probiotik menggandakan interferon gamma (zat penting untuk melawan infeksi virus dan bakteri di dalam sel), serta meningkatkan imunitas sistemik dengan meningkatkan aktivitas sel T (bagian darif sel darah putih).  

Zinc

Riset menunjukkan zinc lebih efektif melawan infeksi virus dibanding vitamin C. Tim peneliti dari Harvard Medical School merekomendasikan konsumsi antara 15-25 mg zinc/hari. Mineral ini dapat mengganggu perkembangan rhinovirus, salah satu virus penyebab selesma. 

Studi pada tahun 2013 ini menganalisa 29 percobaan dan melibatkan >11.000 orang. Mereka menemukan subyek yang mendapatkan zinc mengalami kejadian selesma yang lebih pendek dan gejala yang lebih ringan. (jie)