Hipertensi berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular, khususnya stroke. Penyakit kardiovaskular hingga sekarang masih menjadi penyebab kematian pertama karena penyakit tidak menular.
Gangguan fungsi endotel berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi, yang akhirnya memicu penyakit kardiovaskular.
Endotel merupakan sel yang melapisi permukaan dalam pembuluh darah, membentuk antarmuka antara darah yang bersirkulasi di dalam dinding pembuluh darah. Fungsi sel endotel meliputi penyaringan cairan, membantu proses relaksasi/kontraksi pembuluh darah, mencegah kebocoran/perdarahan (hemostasis), dan terlibat dalam lalu lintas hormon.
Endotel berperan penting dalam mengendalikan tekanan darah, kelancaran aliran darah dan keutuhan pembuluh darah. Disfungsi endotel disebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor-faktor relaksan (seperti nitrit oksida/NO) dengan faktor-faktor pemicu kontraksi pembuluh darah.
Secara khusus, nitrit oksida merupakan gas relaksan yang hebat untuk otot-otot pembuluh darah vaskular. Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, dari Divisi Kardiologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI menjelaskan,“NO sekaligus berperan sebagai neurotransmitter, vasodilator (pelebar pembuluh darah) dan bakterisida (pembunuh bakteri).”
Aktivitas nitrit oksida akan menekan pertambahan abnormal sel otot polos pembuluh darah yang salah satunya menyebabkan aterosklerosis (penumpukan plak di pembuluh darah). Selanjutnya diikuti dengan melemaskan otot vaskular, meningkatkan fungsi endotel dan mengurangi peradangan.
Di satu sisi pada kondisi hipertensi terjadi penurunan produksi NO, memicu reaksi berantai berupa penurunan kemampuan membesarkan pembuluh darah. Kemudian terjadilah hipertensi.
Studi lain oleh Rossi R (Journal of the American College of Cardiology 2004) berusaha melihat hubungan antara fungsi endotel dan risiko hipertensi. Dilakukan pada 952 wanita sehat usia >44 tahun, dengan tekanan darah normal. Diikuti selama 3,6 tahun.
Hasilnya 112 responden mengalami hipertensi. Pada kelompok yang menderita hipertensi menunjukkan mereka mengalami gangguan fungsi endotel 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Obat pelebar pembuluh darah
Obat hipertensi seperti golongan β-blocker selain efektif untuk menurunkan tensi, juga berperan sebagai vasodilatasi atau melebarkan pembuluh darah.
Studi yang dilakukan oleh Chantal Dessy, Julie Saliez, dkk., menjelaskan Nebivolol (salah satu β-blocker) mampu memperlebar pembuluh darah arteri mikro untuk melepaskan nitirit oksida, dan mendorong terjadinya angiogenesis (terbentuknya pembuluh darah baru).
Penelitian lain dalam the European Heart Journal 2005 disebutkan dari 1067 lansia dengan gagal jantung kronis yang mendapatkan Nebivolol hanya 5% yang mengalami serangan jantung dalam 30 bulan. Sementara kelompok plasebo, yakni dari 1061 lansia 10%-nya mengalami serangan jantung. (jie)