Terapi Tambahan untuk Kanker

Terapi Tambahan untuk Kanker

Keberhasilan pengobatan kanker telah dibuktikan secara ilmiah. Terapi komplementer yang bersifat tambahan, dapat membantu mempercepat penyembuhan.

 

Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebutkan, kanker merupakan 1 dari 4 penyebab kematian utama di dunia, akibat penyakit tidak menular. Menurut data GLOBOCAN, ada >14 juta kasus baru kanker dan >8,2 juta kematian akibat kanker di dunia pada 2012. Diperkirakan, angkanya meningkat hingga 70% dalam 2 dekade mendatang.

Di Indonesia, menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013, ditemukan rerata kanker 1,4 per 1.000 penduduk berdasar diagnosis dokter. Di DI Yogyakarta, angkanya jauh melebihi rerata: 4,1.

Kemunculan kanker tidak bisa diprediksi,  menimbulkan derita fisik dan psikhis luar biasa bagi pasien dan keluarga. Pengobatannya memunculkan masalah lain. Operasi, kemoterapi dan radiasi, dampaknya sangat tidak nyaman bagi tubuh. Banyak yang mentalnya down saat divonis kanker, kemudian mencari pengobatan alternative yang belum teruji efektivitas dan keamanannya.

Kanker adalah tumor ganas. Sel tubuh yang awalnya normal berubah sifat; membelah tak terkendali, menciptakan pembuluh darah baru untuk memasok nutrisi dan oksigen. Ukuran kanker makin membesar dan menginvasi jaringan tubuh di sekelilingnya. Fungsi organ yang ditempeli kanker terganggu, hingga akhirnya rusak. Sel-sel jahat ini bisa masuk aliran darah dan hinggap di bagian tubuh lain; disebut metastasis atau penyebaran sel kanker.

Pengobatan kanker perlu dengan cara yang secara medis sudah terbukti. Operasi berguna untuk mengangkat massa sel kanker. Untuk mematikan sel-sel kanker di jaringan di sekitarnya, dilakukan radiasi. Kemoterapi diberikan untuk membasmi sel-sel kanker di seluruh tubuh. Pilihan terapi baru seperti terapi target dan imunoterapi, bersifat tambahan. Demikian halnya dengan terapi alternatif dan komplementer (complementary and alternative medicine/CAM), seperti dilakukan di Tiongkok. Pengobatan dengan herbal dan lain-lain ditujukan sebagai terapi suportif, bukan yang utama.

Propolis termasuk zat yang juga bisa digunakan dalam terapi suportif. Propolis adalah zat lengket, yang dihasilkan lebah dari getah tanaman, kemudian dicampur dengan enzim dari tubuh lebah. Propolis digunakan lebah untuk membangun sarang agar steril dan terlindung dari kuman.

Seema Patel (2015) mengulas berbagai studi, yang menelaah manfaat propolis sebagai terapi tambahan untuk kanker. Disimpulkan, komponen antitumor pada propolis berasal dari kandungan CAPE (caffeic acid phenethyl ester), chrysin, artepillin C, nemorosone, galangin dan cardanol. Manfaat antikanker merupakan hasil kumulatif dari antioksidan, antiradang, imunomodulator, antiproliferatif (menghambat pertumbuhan sel kanker) dan kemampuan untuk memicu apoptosis (program pematian sel) kanker.

Terapi CAM seperti propolis bersifat tambahan, yang dapat membantu mempercepat penyembuhan. Informasikan kepada dokter mengenai CAM yang dijalani, agar bisa dipantau efeknya. (nid)