Seorang perempuan dari New London, Connecticut, Amerika Serikat (AS) dilaporkan meninggal dunia karena digigit kutu. Perempuan berusia 90-an tahun itu meninggal 17 Mei 2022, setelah dirawat di rumah sakit selama sekitar dua minggu. Menurut pihak berwenang, melalui gigitannya kutu mematikan itu membawa virus Powassan.
"Ada pasien lain di Massachusetts yang dinyatakan positif terkena virus Powassan, dalam tiga minggu terakhir melalui laboratorium kami," tulis TickReport dalam unggahan media sosialnya.
Perempuan lanjut usia itu awalnya digigit kutu berkaki hitam (kutu rusa) sekitar pertengahan April 2022 lalu. Dua minggu kemudian, sekitar awal Mei 2022, ia mulai menampakkan gejala dan dirawat di rumah sakit setempat. "Pasien dirawat di rumah sakit karena demam, sakit kepala, kedinginan, kaku, nyeri dada, mual dan mengalami perubahan status mental," ujar seorang pejabat Departemen Kesehatan Masyarakat Connecticut, seperti dilansir CBS News.
Tes laboratorium menunjukkan, pada tubuh pasien ditemukan antibodi virus Powassan. Dua minggu berikutnya, kondisi pasien memburuk. Pasien tidak mampu merespons apapun dan pada 17 Mei 2022, ia dinyatakan meninggal dunia.
Pasien lain, seorang laki-laki usia 50 tahun asal Connecticut terinfeksi virus Powassan bulan Maret 2022. Pasien ini menjalani perawatan intensif di rumah sakit, karena mengalami gangguan pada sistem saraf pusat. Beruntung, ia berhasil diselamatkan.
Sebelumnya di New York
Tahun 2019, di New York seorang laki-laki dewasa dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit otak langka karena terinfeksi virus Powassan. Menurut Ulster County Department of Health, laki-laki yang namanya dirahasiakan itu meninggal akhir Juli 2019. Peristiwa ini tercatat sebagai kematian pertama karena kasus Powassan, di negara bagian New York.
"Penting bagi penduduk New York untuk mengambil langkah-langkah pencegahan melawan penyakit yang disebarkan kutu, terutama saat melakukan aktivitas di luar ruangan," ujar Carol Smith, Ulster County Commissioner of Health and Mental Health, seperti dilansir Gizmodo.
Kutu Rusa dan Hewan Pengerat
Nama Powassan berasal dari lokasi pertama virus ini ditemukan, yaitu di Powassan, Ontario, Kanada, tahun 1958. Infeksi virus Powassa/tahun. Infeksi ditularkan lewat gigitan kutu yang terinfeksi, yang menempel pada tupai, tikus, atau hewan pengerat lain.
Dikutip dari laman CDC, virus ini tidak ditularkan dari manusia ke manusia. Penularan antar-manusia jarang terjadi, kecuali pada kasus transfusi darah. Ada tiga jenis kutu yang menyebarkan virus Powassan. Kutu umumnya ditemukan di bagian timur Amerika Serikat. Ada Ixodes cookei (kutu babi tanah), Ixodes marxi (kutu tupai), Ixodes scapularis (kutu rusa atau kutu kaki hitam). Dari ketiga jenis kutu ini, kutu rusa paling sering menggigit manusia. Kutu sering menempel pada bagian tubuh, di area yang sulit dilihat seperti selangkangan, ketiak, dan kulit kepala.
Kasus meninggal akibat gigitan kutu, sedikit banyak mengingatkan kita kepada Justin Bieber. Penyanyi yang namanya melejit lewat lagu Baby ini juga pernah sakit akibat gigitan kutu. Pada 2020 lalu, ia menderita penyakit Lyme, yang disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi. Seperti virus Powassan, bakteri tersebut juga ditularkan melalui gigitan kutu berkaki hitam (kutu rusa).
Masa Inkubasi 1-3 Minggu
Masa inkubasi virus kutu kaki hitam atau kutu rusa sekitar 1-3 minggu, sampai kemudian muncul gejala:
demam, sakit kepala, muntah, lemas, kebingungan, sulit berbicara, dan pada beberapa kasus terjadi kejang. Awalnya tidak menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti, tapi pada beberapa kasus bisa memicu sakit parah seperti meningitis.
Infeksi virus Powassan mengakibatkan ensefalitis (radang otak) dan meningitis (radang selaput otak dan sumsum tulang belakang). Sekitar 50 persen mengalami masalah saraf, 10 persen kasus ensefalitis berakibat fatal. Sejauh ini, belum ada obat atau vaksin untuk penyakit ini. (sur)
____________________________________________
Ilustrasi: Nature animal photo created by wirestock - www.freepik.com