Sejarah Suntik Silikon yang Penuh Kontroversi
sejarah-suntik-silikom

Sejarah Suntik Silikon yang Penuh Kontroversi

Sejarah suntik silikon dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia II. Masyarakat yang merasa jenuh pada perang, tertarik mencoba hal baru. Kala itu Marilyn Monroe menjadi semacam ikon kecantikan. Tak terkecuali di Jepang, yang masyarakatnya menunjukkan gairah baru dengan berakhirnya perang. Ketika itu, banyak prajurit Amerika di Jepang. Pekerja seks komersil (PSK) ingin memikat prajurit dengan payudara yang berisi. Sejumlah dokter pun mulai bereksperimen dengan menyuntikkan silikon cair kepada para PSK.

Digunakan silikon industri, yang biasa digunakan untuk memoles furniture dan mesin mobil. Banyak kasus komplikasi seperti kista, borok, pembengkakan payudara disertai nyeri. Ada yang sampai terpaksa menjalani mastektomi (operasi pengangkatan payudara) karena payudaranya rusak akibat suntik silikon. Tiga perempuan meninggal karena silikon cair merusak pembuluh darah dan paru-paru.

Baca juga: Kasus Fatal akibat Suntik Silikon, Ada yang Sampai Meninggal

 

Sejarah suntik silikon berlanjut, penuh kontroversi

Sejarah suntik silikon terus dipenuhi kontroversi. Tahun 1950-an, seorang dermatolog (dokter ahli kulit) di New York, dr. Norman Orentreich, mempelopori penggunaan silikon cair dalam jumlah kecil untuk mengatasi keriput. Suntikan ini populer di kalangan selebritis. Salah satu yang menjalani yakni Helen Gurley Brown, editor majalah perempuan ternama Cosmopolitan.

Tahun 1992, Badan Pengawas Makanan dan Obat AS (FDA) melarang penggunaan silikon cair. “Hingga kini, tidak ada silikon cair yang disetujui FDA untuk prosedur bedah plastik,” ujar dr. Elida Sari Siburian dari RS Pondok Indah, Jakarta.

Tahun 1997, FDA menyetujui silikon cair, Silikon 1000, untuk memperbaiki retina mata yang terlepas. Diam-diam, beberapa ahli kulit menggunakan silikon cair untuk mengatasi keriput dan bekas jerawat, atau menambah volume bibir dan pipi.

Dermatolog yang melakukan praktik suntik silikon berpendapat, silikon untuk mengatasi keriput dan/atau bekas jerawat, lebih baik ketimbang filler kolagen dan restylane (gel yang terbuatdari hyaluronic acid). Kedua filler ini perlu diulang secara berkala, karena terbuat dari bahan alami, yang akan hancur.

Sebaliknya, silikon bersifat permanen; cukup sekali untuk ‘meratakan’ keriput atau bekas jerawat. Ketika disuntikkan, silikon merangsang tubuh memproduksi kolagen, untuk ‘membungkus’ benda asing tersebut. Kolagen terbentuk, kulit menjadi terisi. Itu ‘positifnya’. Negatifnya, bila terjadi komplikasi, efeknya akan permanen karena silikon tidak bisa dibuang oleh tubuh.

Baca juga: Implan Silikon Sebabkan Kanker Darah Langka

Silikon sebenarnya, merupakan material yang bisa diterima tubuh tanpa ada reaksi serius. Sifatnya stabil, tidak mengalami perubahan kimia, dan tidak terpengaruh suhu tubuh. Karenanya, silikon banyak digunakan untuk kepentingan medis, misalnya protesis katup jantung. Namun yang digunakan adalah implant atau silikon padat, dengan bahan yang medical grade, sehingga aman. Ini yang harus digarisbawahi.

Tak jarang dr. Sari mendapati pasien yang ngotot minta suntik silikon. “Dokter bedah plastik tidak ketinggalan informasi. Tiap tahun ada pertemuan untuk menambah pengetahuan, prosedur apa yang bisa dilakukan dan hasilnya bagus. Sejauh ini, yang paling aman adalah implan. Suntik silikon tidak disetujui untuk bedah plastik,” tuturnya.

Pengalaman dr. David M. Duffy, dermatolog di Torrance, California, AS, sangat menarik sekaligus mengerikan. Ia menemukan bahwa silikon cair menimbulkan masalah, meski diberikan oleh ahli sekalipun. Selama 20 tahun lebih, ia sudah mengobati 4.000-an pasien akibat efek buruk silikon. Komplikasi serius, misal wajah pasien bengkak dan berwarna ungu akibat peradangan, dan muncul benjol-benjol. Efek buruk silikon cair seperti silikonoma, bisa baru muncul 25 tahun kemudian.

Baca juga: Suntik Silikon Tidak Ada dalam Bedah Plastik

Maka, jangan mudah tergoda rayuan klinik kecantikan, salon, spa, atau “ahli kecantikan” yang tidak jelas latar belakangnya. Iming-iming murah dan praktis memang menggoda. Sebagai perbandingan, biaya operasi plastik untuk hidung (rhinoplasty) sekitar Rp.6-10 juta. Suntik silikon di klinik atau salon, hanya ratusan ribu rupiah.

Kata-kata “praktis, tanpa operasi” juga cukup menggoda. Kata“operasi” terdengar menakutkan. Padahal, “Rasa tidak enak usai operasi, hanya beberapa hari,” ujar dr. Sari.

Terlalu mahal untuk mempertaruhkan kesehatan, demi kecantikan instan /semu dari silikon cair. Bila hendak melakukan operasi plastik untuk estetika, sebaiknya berkonsultasi ke dokter bedah plastik terpercaya. “Dan, sebaiknya lakukan setelah dewasa,” ujar dr. Sari. Keputusan yang diambil di usia matang sudah dipikirkan dan dipertimbangkan melalui berbagai pertimbangan. Bentuk tubuh sudah maksimal, sehingga operasi tidak mengganggu pertumbuhan.

Sejarah suntik silikon memang penuh kontroversi sejak awal. Di beberapa negara, suntik silikon untuk prosedur estetik termasuk ilegal. Di Indonesia, suntik silikon belum diatur dengan tegas. Kita sendiri yang harus cermat memilih dan memutuskan. (nid)

___________________________________________

Ilustrasi: Hand photo created by senivpetro - www.freepik.com