Suntik Silikon Tidak Ada dalam Dunia Kedokteran
suntik_silikon

Suntik silikon Tidak Ada dalam Bedah Plastik

Suntik silikon sudah banyak menelan korban. Sebenarnya, suntik silikon tidak ada dalam prosedur bedah plastik.  Yang boleh digunakan adalah silikon dalam bentuk implan, dan harus medical grade. “Secara medis, tidak boleh menggunakan implan yang bukan medical grade; apalagi silikon yang disuntikkan. Tidak ada bahan silikon yang boleh disuntikkan ke dalam tubuh,” tegas dr. Elida Sari Siburian dari RS Pondok Indah, Jakarta.

Implan medical grade berisi campuran silikon padat dan cair, atau saline (cairan infus) yang dibungkus kantung silikon. Biasa digunakan untuk implan payudara. Untuk hidung atau pipi digunakan implan silikon padat.

Implan non medical grade isinya adalah silikon untuk keperluan industri. Angka kebocorannya tinggi, dan risiko bagi pasien juga tinggi.” Ini dialami oleh Lindsey Easeman, prempuan berkebangsaan Inggris. Implan pada payudara kanannya meletus, menimbulkan radang dan benjolan. Ia akhirnya menjalani operasi pengangkatan payudara dan memasang implan yang medical grade, untuk memperbaiki bentuk payudaranya.

 

Dampak suntik silikon

Silikon untuk keperluan industri  – biasa digunakan untuk cetakan kue, peralatan dapur atau menambal aquarium – disuntikkan langsung ke tubuh manusia. Bayangkan akibatnya!  Awalnya memang, suntik silikon bisa membuat bagian tubuh tertentu jadi berbentuk. Bisa pula menambah kecantikan: hidung mancung, bentuk bibir, pipi dan dagu indah, payudara seksi. Namun lama kelamaan muncul benjolan/gumpalan keras yang disebut silikonoma, atau tumor akibat penyuntikan cairan silikon. “Silikon cair dianggap benda asing. Tubuh menolak dan membentuk mekanisme pertahanan, timbullah peradangan,” papar dr. Sari.

Dalam waktu berapa lama silikonoma terbentuk, berbeda pada tiap individu. “Dipengaruhi oleh berapa banyak silikon cair yang disuntikkan, dan cara memasukkannya apakah ada infeksi atau tidak,” terang dr. Sari. Jaringan yang rusak akibat silikon cair, perbaikannya sangat sulit.

Mpok Atiek misalnya, harus menjalani operasi berkali-kali. Kulit wajahnya ‘dibuka’ untuk membersihkan silikon dan peradangan. Kemungkinan, silikon tidak bisa dibersihkan sempurna. Sisanya bisa menimbulkan peradangan di kemudian hari. Belum lagi, rasa nyeri akibat peradangan, dan stres yang ditimbulkannya.

Jikapun tidak terjadi silikonoma karena tubuh tidak merespon dengan reaksi penolakan, silikon cair lama-lama akan turun, sesuai hukum gravitasi. Silikon yang disuntikkan di batang hidung, pipi dan dagu, akan tertarik ke bawah, membuat wajah bergelayut. “Dari segi penampilan jelek. Ditambah lagi dengan masalah kesehatan yang muncul,” tutur dr. Amaranila Lalita Drijono, Sp.KK,  dari Perempuan Clinic, Jakarta.

Saat disuntikkan ke dalam tubuh, silikon layaknya air yang dituang ke tanah; menyebar ke mana-mana, dan sulit dikontrol. “Bila masuk ke pembuluh darah, silikon bisa menciptakan sumbatan di organ vital seperti otak, jantung atau paru.

Risiko yang lebih berat, kanker. “Silikon cair yang bersarang selama bertahun-tahun dalam tubuh, bisa berubah menjadi ganas. Itu teori kanker,” ujar dr. Amaranila. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: People photo created by pressfoto - www.freepik.com