Pada dasarnya, bila ditemukan pada stadium awal, kanker masih bisa diobati dengan hasil yang baik. Termasuk limfoma, kanker darah pada sistem limfatik (getah bening). “Secara umum, kesintasan pasien limfoma cukup baik. Kalau menjalani pengobatan dengan benar, 60% lebih berhasil dengan baik,” ujar dr. Ronald. A. Hukom, MHSc, Sp.PD, KHOM, FINASIM dari Perhimpunan Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin).
Kemoterapi merupakan pilihan utama untuk pengobatan limfoma. Bila diperlukan, radioterapi juga bisa diberikan. Kemoterapi lini pertama untuk limfoma non-Hodkin (LNH) dikenal sebagai CHOP-R, yang merupakan kombinasi antara kemoterapi dengan terapi target rituximab dan steroid prednisone. CHOP-R adalah akronim dari nama keempat obat yang digunakan.
Baca juga: Benjolan yang Patut Dicurigai Limfoma atau Kanker Getah Bening
Namun sayangnya, pengobatan dengan CHOP-R tidak bisa diberikan pada orang dengan gangguan jantung. Inilah yang terjadi pada pendiri Dexa Group Rudy Soetikno (alm). Sahabat alm. Rudi Soetikno yang juga onkolog di Jerman mengungkapkan, pengobatan yang dibutuhkannya yakni B-R (bendamustine – rituximab). “Tapi obat ini tidak ada di Jakarta atau Singapur, cuma ada di Eropa. Maka berangkatlah mertua saya ke sana,” ujar Presiden Direktur PT Ferron Par Pharmaceuticals Krestijanto Pandji, di acara Peringatan Hari Peduli Limfoma Sedunia bersama Ferron Par Pharmaceuticals dan Cancer Information and Support Center (CISC) Indonesia, di Jakarta, 15 September 2018.
Setelah 6 siklus pengobatan dengan BR, benjolan yang disebabkan oleh limfoma hilang. “Tidak ada keluhan rambut rontok dan mulut kering,”imbuh Pandji. Alm. Rudy Soetikno bertekad, obat ini harus dibuat di Indonesia, agar bisa membantu pasien LNH di Tanah Air. Pak Rudy sendiri tutup usia pada 30 Juli 2015 akibat serangan jantung, di usia 82 tahun.
Bendamustine kini sudah diproduksi oleh PT Ferron Par Pharmaceuticals. “Sedang kami usahakan agar masuk BPJS, tapi perjalanan belum selesai. Semoga bisa segera masuk,” imbuhnya. (Baca juga: Obat Kanker Limfoma yang Diproduksi Lokal dan Bisa Diakses Pasien BPJS)
Menurut dr. Ronald, memang umumnya obat-obatan kemo menimbulkan berbagai efek samping, seperti rambut rontok dan lain-lain. Karena obat kemo tidak hanya membunuh sel kanker, tapi ikut merusak sel yang sehat. “Tapi, ada beberapa obat yang pengaruhnya terhadap rambut tidak begitu besar,” ucapnya.
Hingga kini, belum ada obat yang menjami pasien kanker sembuh 100%. “Namun sekarang kita memiliki lebih banyak pilihan pengobatan. Dulu, untuk limfoma, pilihan obat hanya satu-dua macam saja,” ujar dr. Ronald. Rituximab yang bekerja sebagai terpai target, efektif melawan limfoma yang berasal dari sel B. Obat ini sudah ditanggung oleh BPJS.
Sekadar informasi, 90% limfoma adalah yang jenis LNH. Pada LNH, 85%-nya merupakan jenis sel B. Rituximab bisa digunakan pada LNH indolen maupun yang tipe agresif.
“Kena limfoma bukanlah akhir hidup. Masih ada harapan; obat-obatan baru makin canggih,” pungkas Pandji. (nid)
__________________________________
Ilustrasi: Designed by Rawpixel.com