Dalam dua penelitian terbaru di jurnal medis terkenal disebutkan bila penyitas COVID-19 berisiko mengalami kenaikan kadar kolesterol, baik pada mereka yang tua atau muda.
Kejadian penyakit jantung koroner tercatat naik selama pandemi COVID-19 memuncak dan beberapa waktu setelahnya. Peneliti melihat juga adanya peningkatan kejadian kolesterol pasca infeksi COVID-19.
Riset pertama - diterbitkan di jurnal The Lancet Diabetes & Endocrinology – dilakukan pada lebih dari 51 ribu orang pasien COVID-19 (rata-rata usia 60 tahun). Data diambil dari database Department of Veterans Affairs pemerintah Amerika Serikat.
Evan Xu, et al, menemukan peningkatan kadar LDL (low-density lipoprotein; kolesterol jahat), trigliserida dan total kolesterol. Serta, penurunan HDL (high-density lipoprotein; kolesterol baik) pada penyintas COVID-19, dibandingkan kelompok kontrol (negatif COVID-19).
Kolesterol paling tinggi terjadi pada mereka dengan infeksi paling parah dan memerlukan perawatan intensif. Terpantau penyintas COVID-19 mengalami kolesterol tinggi bahkan setelah satu tahun pasca infeksi.
“Mereka sebelumnya tidak pernah memiliki masalah kolesterol,” kata Dr. Ziyad Al-Aly, salah satu peneliti, melansir NBCNews. “Sekarang, tiba-tiba, mereka mulai mengalami masalah berminggu-minggu dan berbulan-bulan setelah COVID-19.”
Peneliti mencatat terjadi kenaikan risiko hingga 24% bagi para penyintas usia tua ini untuk kena kolesterol tinggi.
Studi kedua - dipublikasikan di jurnal The Lancet Infectious Disease pada akhir Desember 2022 – menunjukkan hasil yang mirip, meskipun dilakukan pada kelompok orang yang jauh lebih muda.
Peneliti membandingkan kadar kolesterol 177 anggota militer Swiss yang positif COVID-19 dengan 251 tentara lainnya yang negatif. Usia rata-rata peserta adalah 21 tahun.
“Pada kelompok penyintas COVID-19 didapati tingkat kolesterol yang lebih tinggi,” kata Patricia Schlagenhauf, profesor di departemen kesehatan global dan masyarakat, di University of Zurich.
Mereka juga memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang lebih tinggi setelah COVID. Artinya mereka juga cenderung mengalami kenaikan berat badan.
“Fakta bila anak-anak muda ini memiliki kolesterol tinggi dan kenaikan LDL yang signifikan, serta penambahan IMT menandakan gangguan metabolisme,” ujarnya.
Penyebab belum dipastikan?
Kenapa virus saluran napas, seperti COVID-19, bisa menyebabkan kolesterol tinggi masih belum jelas. Peradangan yang masih terjadi pasca infeksi mungkin ada hubungannya.
Bukti eksperimental menunjukkan bahwa respon imun dan inflamasi (peradangan) setelah infeksi awal dapat mengubah metabolisme lipoprotein di hati.
Studi juga menunjukkan adanya perubahan mikrobioma di usus dan mulut, serta metabolisme individu yang terinfeksi SARS-CoV-2 yang dapat bertahan jauh melampaui fase akut dan berkotribusi pada perubahan profil lipid (kolesterol).
Hal lain yang disoroti adalah sebagian besar partisipan di kedua studi tersebut sakit selama COVID-19 gelombang pertama. Juga ada fakta di mana mereka tetap berada di rumah selama beberapa saat.
“Perubahan perilaku ini, termasuk diet dan kurang olahraga, bisa menjadi faktor kolesterol tinggi,” kata Dr. Glenn Hirsch, ahli jantung di National Jewish Health, Denver yang tidak terlibat dalam riset tersebut.
Ia menceritakan melihat banyak penyintas COVID-19 yang mengalami kenaikan IMT atau sindrom metabolik, termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular dan gangguan ginjal.
Melihat fakta penyintas COVID-19 berisiko kolesterol tinggi, penting untuk melakukan pengecekan kadar kolesterol berkala, menjaga pola makan dan mulai rutin berolahraga. (jie)