Seorang ibu paruh baya mencuri cokelat di Alfamart Sampora, Cisauk, Tangerang Selatan. Kasusnya menjadi viral setelah videonya muncul di medsos. Menurut suami dan anaknya, ibu tadi kadang tanpa sadar mengambil barang milik orang lain. Kecurigaan kleptomania pun mencuat di kalangan netizen. Banyak pula yang bertanya-tanya, apa penyebab kleptomania.
Kasus ini sempat ramai karena si ibu menuntut karyawati Alfamart yang memvideokan kasus pencurian coklat itu untuk meminta maaf, dan akan mengadu ke polisi karena melanggar Undang-undang ITE.Manajemen Alfamart tak tinggal diam. Lewat pengacara kondang Hotman Paris Hutapea, dibuat dua pengaduan ke polisi. Pertama kasus pencurian, kedua kasus pengancaman.
Beruntung, kasus yang terjadi beberapa waktu lalu itu berakhir dengan damai. Pihak keluarga menyatakan, ibu tadi mengidap penyakit aneh, yakni kadang tanpa sadar mengambil barang milik orang lain. Dunia medis menyebut penyakit atau gangguan ini sebagai kleptomania.
Dorongan untuk Mencuri
Kleptomania adalah gangguan kontrol impuls (impulse control disorder), ditandai dengan sulitnya menahan dorongan untuk mencuri. Dorongan muncul bukan karena yang bersangkutan menginginkan barang tertentu. Bukan pula karena tidak mampu membeli. Dalam kasus di Alfamat Cisauk, kendaraan si Ibu adalah mobil Mercy.
Pencurian dilakukan dengan alasan yang tidak bisa dijelaskan. Pelaku sadar, apa yang dilakukan salah, namun tidak bisa menahan diri untuk tidak mencuri. Beruntung bila pihak yang dirugikan memiliki tenggang rasa. Kalau terjadi main hakim sendiri, pelaku bisa terluka parah.
Penyebab Kleptomania
Penyebab kleptomania belum diketahui pasti. Penyebab utamanya, dikutip dari bertbagai sumber, karena terjadi ketidakseimbangan bahan kimia otak atau neurotransmitter. Ketidak seimbangan ini memunculkan masalah, berupa cara otak merespons suatu dorongan tertentu.
Kondisi stres, apalagi stres berat, secara tidak langsung bisa menjadi penyebab kleptomania. Stres berdampak negatif pada pengendalian impuls dan dapat memperburuk keadaan.
Faktor Risiko
Gangguan kleptomania sering diderita remaja atau dewasa muda, meskipun bisa juga dialami orang dewasa. Mereka biasanya yang memiliki kecenderungan mengalami gangguan mental lain, misalnya bipolar, gangguan kecemasan atau gangguan kepribadian. Faktor gen ikut berpengaruh. Bila dalam keluarga ada yang memiliki kecenderungan kleptomania, gangguan obsesif-kompulsif, konsumsi alkohol atau menggunakan obat terlarang, risiko kleptomania bisa meningkat.
Gejala Kleptomania
Gejala bisa berupa ketidakmampuan menahan dorongan kuat untuk mencuri; merasakan ada ketegangan, kecemasan, atau gairah ingin pencurian; merasakan senangan, lega atau puas saat mencuri. Setelah itu timbul rasa bersalah, menyesal, membenci diri sendiri, malu dan takut ditangkap karena sadar mencuri salah secara hukum.
Kleptomania dapat menyebabkan masalah emosional, hubungan dalam keluarga, di pekerjaan, dan memunculkan masalah hukum. Terlebih kalau yang dicuri adalah barang-barang berharga. Untungnya, pengidap kleptomania umumnya hanya mencuri benda yang secara ekonomi “murah”, dalam arti yang bersangkutan sangat mampu membelinya. Benda atau barang yang dicuri biasanya tidak dimanfaatkan atau digunakan sendiri. Bisa diberikan ke orang lain, keluarga, teman, atau diam-diam dikembalikan ke tempat asal barang itu dicuri. Dorongan untuk mencuri bisa datang dan pergi, dari waktu ke waktu.
Kleptomania, bisakah Disembuhkan?
Pastinya, penyandang kleptomania tidak bisa mengatasi diri sendiri. Secara teori, kleptomania tidak bisa disembuhkan. Namun terapi dan pengobatan dapat dilakukan, dan umumnya perlu waktu panjang dan berkelanjutan.
Sayangnya belum ada standar baku bagi pengobatan kleptomania. Para peneliti sejauh ini masih mencoba memahami, terapi mana yang pas. Dokter dapat memberikan obat-obatan dan psikoterapi; yang paling umum diterapkan untuk penyandang kleptomania yaitu terapi perilaku kognitif. Terapi biasanya melibatkan kehadiran psikolog dan psikiater, karena penyebab kleptomania menyangkut masalah kejiwaan. (sur)