mengurangi risiko Penyakit jantung

Penyakit Jantung Menurun dengan Perubahan Pola Hidup, Angka Global Naik karena Usia Harapan Hidup Meningkat

Penyakit jantung tidak datang secara tiba-tiba. Aterosklerosis yakni menebal dan mengerasnya dinding arteri besar dan sedang, berlangsung dengan sangat perlahan. Hal itu sudah dimulai sejak masa anak-anak. Berpuluh tahun kemudian, ketika seseorang berusia di atas 50 tahun, gejala klinis baru dirasakan. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung koroner dan stroke saat ini masih menduduki peringkat pertama dan kedua, penyebab kematian di dunia. Di Indonesia, kondisinya tidak jauh berbeda. 

Menurut Sekjen PP Perki (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular) dr. Oktavia Lilyasari, SpJP(K), FIHA, “Sebesar 80 persen penyakit jantung dan pembuluh darah dapat dicegah.” Masyarakat  Amerika Serikat pernah membuktikan. Di negara industri itu, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah angkanya jauh lebih tinggi dibanding di Jepang dan negara-negara sekitar Laut Tengah (Portugal, Spanol, Italia, Yunani).

Diketahui, mereka ternyata mengonsumsi lebih sedikit daging dan lemak hewani. Sebaliknya, mereka lebih banyak mengonsumsi ikan, minyak nabati, sayuran dan buah-buahan. Tahun 1961, pemerintah Amerika Serikat membuat gerakan untuk melakukan prevensi (pencegahan) penyakit jantung dan pembuluh darah. Menurut Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja -- keduanya apoteker -- dalam buku “Obat-Obat Penting”, dilakukan kampanye secara nasional. 

Masyarakat AS disarankan menjauhi semua faktor risiko, menjalani pola hidup sehat dan melakukan diet. Termasuk menjauhi rokok dan meningkatkan aktivitas fisik. Deteksi dini dan pengobatan hipertensi digalakkan. Dilakukan kampanye untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat, dengan cara mengurangi asupan lemak hewani, meningkatkan asupan ikan, sayuran dan buah-buahan.

Dalam satu dekade, menurut Drs. Tan dan Drs. Kirana, angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah turun drastis. Dan sekitar 45 tahun kemudian (tahun 2006) angka kematian turun sampai sekitar 50%. Sejumlah negara di Eropa melakukan langkah yang mirip. Departemen Kesehatan Belanda juga melaporkan, jumlah kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah turun karena perubahan pola hidup. 

Kondisi saat ini

Setelah beberapa dekade mengalami penurunan angka kematian akibat penyakit jantung dan hipertensi yang stabil di AS, belakangan kematian akibat penyakit kardiovaskular dilaporkan kembali meningkat. Misalnya, ada 840.678 kematian pada 2016, sedangkan tahun sebelumnya (2015) angkanya 836.546. 

Prof. Dr. Gregory Roth, ahli kardiologi di University of Washington, Seattle, AS, menyatakan kasus penyakit jantung di dunia mengalami peningkatan karena pertumbuhan populasi dan meningkatnya usia harapan hidup. (sur)