Walau pandemi COVID-19 telah berlangsung lebih dari setahun, peneliti masih mempelajari berbagai gejala infeksi virus ini dan mutasinya. Baru-baru ini dalam laporan kasus yang ditulis The National Institute of Health di AS, beberapa pasien COVID-19 diketahui mengalami gejala baru.
Salah satunya berupa gejala mulut kering, disebut juga xerostomia, yang mungkin muncul di hari pertama infeksi. Gejala mulut kering bisa dialami selama beberapa hari, kemudian disusul dengan demam, radang tenggorokan atau gejala lain yang sudah diketahui.
“Untuk kasus mulut kering, tubuh tidak mampu memroduksi air liur yang fungsinya untuk melindungi mulut dari patogen lain dan membantu proses pencernaan. Pasien akan merasakan kekeringan atau lengket di mulut, dan ludah menjadi lebih kental.”
“Sesuai penelitian, xenostomia terjadi ketika virus menyerang lapisan mulut dan serat otot,” kata Dr. Samrat Shah, konsultan penyakit dalam di Bhatia Hospital, Mumbai, India, dilansir dari Indian Express.
Sejumlah penyakit diketahui bisa menyebabkan mulut kering, termasuk diabetes tipe 1, hipertiroidisme, penyakit autoimun, gagal ginjal atau kurang vitamin. Namun belakangan ini, ada sejumlah kasus mulut kering terkait COVID-19 yang menjadi perhatian peneliti.
“Penelitian telah menunjukkan selain organ umum, ACE2 atau angiotensin-converting enzyme 2 ada di berbagai jaringan mukosa mulut, jadi, rongga mulut dianggap jalur potensial masuknya virus COVID-19. ACE2 adalah protein yang menjadi pintu masuk bagi virus corona menginfeksi berbagai sel manusia,” terang Dr. Shah.
Seperti mulut kering, gejala baru yang terdeteksi lainnya adalah lidah kering – disebut juga lidah COVID - adalah manifestasi ketika tubuh gagal memroduksi air liur. Gejala lidah kering kerap disertai dengan perubahan sensasi lidah, serta nyeri otot saat mengunyah akibat tukak (luka) yang terus-menerus.
Namun pada banyak kasus, kelainan ini disebabkan oleh adanya perubahan kualitas air liur, sedangkan kuantitasnya tidak berbeda jauh.
Pasien yang mengalami mulut kering dan lidah COVID mungkin juga mengalami kesulitan mengunyah makanan dan berbicara. Reseptor ACE2 sebagian besar terlihat di lidah dan dasar mulut, di antara area lainnya.
Penelitian telah menunjukkan bila reseptor ini juga terdeteksi di sel kelenjar ludah yang diyakini sebagai salah satu sel target pertama virus corona.
Karena xerostomia dapat terjadi sebelum gejala umum lain yang sudah diketahui, kondisi ini bisa digunakan untuk diagnosa dini, sehingga individu bisa segera melakukan upaya pencegahan penularan.
Namun, dalam beberapa kasus, penelitian juga menunjukkan bahwa gejala mulut kering dimulai secara bersamaan, atau sedikit setelah timbulnya gejala COVID-19.
Untuk saat ini, penting untuk diketahui bahwa COVID-19 bukan sekadar infeksi saluran pernapasan. Selain paru-paru, penyakit ini juga mempengaruhi pembuluh darah dan organ tubuh lainnya, sehingga dapat bermanifestasi dalam gejala yang bahkan tidak diketahui oleh para ahli. (jie)