Terdapat hubungan erat antara diabetes dan gangguan saraf tepi (neuropati). Kadar gula darah yang tinggi, selain merusak pembuluh darah juga sistem saraf tepi.
Diabetes merupakan penyakit yang memiliki banyak komplikasi, seperti di jantung, mata atau ginjal. Komplikasi tersering lainnya ada di sistem saraf tepi (disebut neuropati). Saraf tepi merupakan saraf yang menjulur dari tulang belakang ke organ-organ tubuh, seperti tangan dan kaki.
“Dengan semakin banyaknya jumlah penderita diabetes, menurut penelitian, sekitar 70% penderita diabetes juga mengalami neuropati,” papar dr. Manfaluthy Hakim, SpS(K), Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat.
Diabetes menyebabkan perubahan sistem metabolisme yang mempengaruhi saraf. Tingginya kadar gula darah akan mengeluarkan produk-produk yang bersifat racun bagi sistem saraf. Selain itu glukosa darah yang tinggi juga akan mempengaruhi peredaran darah di sekitar saraf.
Kedua hal tersebut menyebabkan saraf mengalami kekurangan nutrisi, ditambah dengan keracunan metabolisme, sehingga lambat laun saraf mengalami kerusakan.
Struktur saraf tepi layaknya ‘kabel’ listrik, di mana dalam satu kabel terdapat 3 jenis saraf : sensoris, motorik dan otonom. Kerusakan saraf tepi bisa terjadi pada tiap-tiap jenis saraf secara berurutan, atau terjadi campuran.
Gejala awal neuropati ditunjukkan dengan kesemutan, baal atau kram di malam hari. Jika tetap dibiarkan akan timbul rasa nyeri seperti tertusuk /terbakar di kaki. Kemudian ada kelemahan otot motorik, kaku tangan/kaki karena hilangnya kontrol saraf. Semakin parah akan mengganggu saraf otonom yang mengatur pengeluaran keringat, sehingga kulit terlihat kering, mengkilat, bersisik.
“Dan yang paling ditakutkan pada pasien diabetes adalah berkurangnya rasa sensasi sakit,” tambah dr. Luthy. Ini berhubungan dengan risiko kejadian luka diabetes (telapak kaki tidak merasa sakit ketika menginjak benda tajam) yang berisiko pada amputasi.
Kerusakan saraf tepi yang parah (>50%) kecil kemungkinannya untuk dikembalikan normal. Namun kabar baiknya adalah penderita diabetes dengan gejala awal neuropati, fungsi sarafnya masih bisa dipertahankan.
“Caranya dengan kontrol gula darah teratur, dan mengonsumsi vitamin neurotropik (vitamin B1, B6, B12). Banyak studi mengatakan bahwa dengan pemberian vitamin neurotropik pada pasien diabetes bisa memperlambat terjadinya gejala awal neuropati,’ imbuh dr. Luthy dalam acara Kenali Gejala Neuropati dan Risiko Dampak Permanen pada Tubuh, di Jakarta (31/7/2018).
Idealnya saat seseorang terdiagnosa diabetes dilakukan juga pemeriksaan fungsi saraf. Pemberian obat antidiabetes, khususnya metformin diketahui akan menghambat penyerapan vitamin B. Vitamin neurotropik berfungsi untuk memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf, dan memberikan asupan yang dibutuhkan saraf supaya bekerja optimal.
“Jangan konsumsi metformin bersamaan dengan vitamin B. Jika metformin diminum pagi, vitamin B dikonsumsi siang atau sore hari,” tambah dr. Luthy.
Baca juga : Vitamin B Efektif Kurangi Gejala Kerusakan Saraf Neuropati
Vitamin neurotropik dosis tinggi diberikan untuk pengobatan mereka yang sudah menderita neuropati. Sementara sebagai pencegahan atau menghindari munculnya kembali gejala neuropati dengan dosis rendah. Dikonsumsi satu tablet sehari, atau sesuai petunjuk dokter.
Vitamin B adalah vitamin larut air. Sehingga konsumsi vitamin B yang berlebih akan segera dibuang tubuh lewat urin, tidak diolah di ginjal. (jie)