“Panas dalam” kerap dianggap remeh. Pada kasus tertentu ia adalah penanda awal adanya peradangan di tubuh.
Istilah “panas dalam” sebenarnya tidak dikenal dalam dunia kedokteran, namun tenar di tengah masyarakat. Tak semua yang menderita “panas dalam”, mengalami demam. Terkadang, temperatur tubuh yang bersangkutan normal-normal saja. Ini mungkin karena peningkatan suhu atau panas hanya terjadi pada satu organ tubuh tertentu, misalnya di usus kecil. Penyebabnya bisa karena infeksi virus atau bakteri. Rasa panas muncul sebagai reaksi sistem imun melawan infeksi tersebut.
Tapi “panas dalam” bisa juga merupakan gejala awal dari peradangan yang terjadi pada salah satu organ tubuh, dan menunjukkan bahwa tubuh kita terserang penyakit tertentu. Peradangan sendiri merupakan cara alami yang dilakukan oleh tubuh, sebagai reaksi terhadap infeksi, iritasi atau luka. Jika tenggorokan terinfeksi bakteri, misalnya, maka terjadi peradangan yang ditandai peningkatan suhu tubuh, pembengkakan di tenggorokan dan timbul rasa nyeri.
Dr. Ari F. Syam, Sp.PD, ahli penyakit dalam RSCM / Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyarankan, bila menderita “panas dalam” sebaiknya waspada. Perhatikan, seberapa berat gejala yang muncul. Jika demam terjadi secara berulang lebih dari tiga hari, meski sudah mengonsumsi suplemen, konsultasi ke dokter merupakan langkah terbaik. Sebab, bisa jadi demam itu merupakan gejala awal gangguan kesehatan. Misal ada peradangan di hati, ginjal dan usus, yang terkadang juga ditandai dengan adanya kram di perut disertai diare.
Tanda dan Gejala Peradangan
“Gejala peradangan biasanya ditandai timbulnya kemerahan, pembengkakan, dan nyeri pada bagian tubuh yang mengalami peradangan,” ujar dr. Ari. Bisa juga berupa peningkatan suhu, nyeri persendian atau rasa kaku pada sendi.
Ada gejala yang mirip flu seperti demam, kedinginan, rasa lelah, pusing, hilang selera makan dan otot kaku. Jika peradangan di usus muncul dalam bentuk diare atau konstipasi, perut terasa penuh, muntah atau kembung. Peradangan di hati, gejala yang muncul berupa mual, urin kecoklatan seperti air teh, muntah, diare, penurunan berat badan yang tidak normal dan sebagainya.
Pada orang usia lanjut, gejala biasanya berbeda. Gejala klasik infeksi yaitu demam, tidak selalu timbul. Adakalanya, gejala yang muncul berupa kurang nafsu makan, lemas atau kesadaran menurun. Ini karena sistem kekebalan tubuh lansia menurun.
Kelelahan adalah tanda paling utama bila kita menderita “panas dalam”. Lelah berarti tubuh minta agar kita istirahat dan makan makanan bergizi. Suplemen peredak “panas dalam” bisa dikonsumsi. Bila gejala tak juga mereda, apalagi kalau kondisi terasa kian memburuk, segeralah ke dokter. (vit)