Sebuah riset terbaru yang mengejutkan kembali dirilis. Dinyatakan orang langsing berisiko meninggal 2 x lebih tinggi dibanding mereka yang obesitas akibat perlemakan hati non alkohol (nonalcoholic fatty liver disease/NAFLD).
Pada riset yang dilakukan selama 12 tahun, pasien NAFLD yang langsing (dengan indeks massa tubuh (IMT) <25 kg/m²) memiliki angka kematian sebanyak 28%, dibanding 14% pada kelompok obesitas.
Anna Christina Dela Cruz, MD, dari the University of Kentucky in Lexington, Amerika Serikat, mengatakan, “Orang kurus memiliki fenotipe (struktur biokimiawi) yang berbeda dibandingkan kelompok gemuk dan obesitas.”
Penemuan ini mengejukkan tim peneliti karena anggapan selama ini mereka yang langsing memiliki harapan hidup lebih baik dibanding orang obesitas. “Ini mengindikasikan faktor risiko perlemakan hati tak hanya pada berat badan atau indeks massa tubuh,” papar Paulo Angulo, salah satu peneliti dari University of Kentucky.
“Penelitian ini memiliki dampak pada riset selanjutnya untuk mencari karakteristik lain penyebab NAFLD, seperti distribusi lemak (di daerah mana terjadi penumpukan lemak) dan sinyal yang dipancarkan protein.”
Studi Cohort
Obesitas, obesitas sentral dan sindroma metabolik adalah faktor risiko utama perlemakan hati non alkohol, walau mereka yang kurus tetap memiliki risiko yang sama. Riset lain pada orang Asia menyatakan sekitar 21% partisipan yang menderita NAFLD memiliki IMT <25 kg/ m².
Pada studi ini Dela Cruz memaparkan data penderita NAFLD dari 8 negara, mencakup Amerika Utara, Eropa, Asia dan Australia. Jumlah partisipan sebanyak 1.090 orang. Terdiagnosa NAFLD dari tahun 1980 - 2010. Data terkonfirmasi oleh hasil biopsi lever.
Dilansir dari medpagetoday.com, kelompok yang langsing lebih banyak dijumpai pada pria non Kaukasia. Mereka juga memiliki prevalensi diabetes, hipertensi, hipertrigleseridemia, obesitas sentral, dan sindroma metabolik yang lebih rendah.
Baca juga : 3 Cara Turunkan Risiko Perlemakan Hati
Kemudian pada pasien yang berusia sekitar 46 tahun tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok kurus dan obesitas, di mana terlihat keduanya mengalami pembesaran sel hati atau peradangan hati (nonalcoholic steatohepatitis).
Penelitian tersebut mendapati penderita NAFLD kurus 12 kali lebih mungkin untuk meninggal dibanding pasien NAFLD yang gemuk. Paulo Angulo mengatakan, IMT tidak mencerminkan faktor lain yang meningkatkan risiko kematian, seperti distribusi lemak.
“Lemak yang terkumpul di bagian perut (tengah) atau pinggir atau di bawah kulit kah yang lebih berisiko? Pada mereka yang obes atau gemuk, penumpukan lemak ada baik di tengah atau dipinggir. Sementara pada mereka yang kurus, kami tidak tahu.”
Dalam penelitian lainnya pada kasus penyakit kardiovaskuler, mereka yang buncit alias konsentrasi lemak di bagian tengah (bentuk tubuh apel), lebih berisko menderita penyakit kardiovaskuler, dibanding mereka dengan lemak tubuh di bagian panggul (bentuk tubuh seperti buah pir). (jie)