Konstipasi atau sembelit adalah gejala BAB (buang ari besar) yang tidak memuaskan. Ditandai dengan BAB kurang dari 3 x seminggu, merasa tidak tuntas saat BAB, atau kesulitan mengeluarkan feses akibat tinja yang keras.
Menurut Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI-RSCM, konstipasi lebih sering terjadi pada wanita dibanding laki-laki. Dipengaruhi pula oleh kurangnya aktivitas fisik, asupan makan miskin serat atau mengalami depresi. Konsumsi obat-obatan seperti rematik, maag, suplemen zat besi / kalsium berperan menyebabkan sembelit.
Dalam jangka panjang, konstipasi berisiko menyebabkan dispepsia, atau perasaan tidak enak di perut, seperti kembung, begah, perut terasa penuh dan nafsu makan menurun. Berisiko pula menjadi polip (benjolan) usus dan ambien.
“Saat dilakukan kolonoskopi, sekitar 8% penderita konstipasi bisa ditemukan kanker usus besar. Konstipasi bukan masalah biasa,” tambah dr. Ari.
Modifikasi gaya hidup adalah upaya termurah untuk mengatasi konstipasi. “Beberapa hal yang dapat dilakukan meliputi perbanyak makanan berserat dan cukup minum. Tingkatkan aktivitas fisik karena akan merangsang pergerakan peristaltik usus,” ujarnya.
Dr. Ari menambahkan usus pada dasarnya seperti tabung. Dengan adanya gaya grafitasi, makanan yang ada dalam usus semakin gampang turun saat ada gerakan (aktivitas fisik). Dianjurkan olahraga dilakukan minimal 1-2 jam setelah makan, ini memberi waktu bagi perut untuk kembali kosong. Olahraga saat perut dalam keadaan penuh bisa menyebabkan reflux (asam lambung naik), tersedak atau muntah. Lakukan olahraga intensitas sedang, seperti jalan cepat (brisk walking), minimal 150 menit / minggu. (jie)