Mayor Jendral Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad, kembali ramai diperbincangkan. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI usul namanya dicoret dari IDI, pada Muktamar Pengurus Besar IDI di Banda Aceh, Jumat 25 Mei 2022. Usul agar dilakukan pemecatan tetap itu ditujukan ke alamat PB IDI.
Dr. Terawan dinilai telah melakukan pelanggaran etik berat (serious ethical misconduct), dan tidak beritikad baik sepanjang 2018-2022, setelah dijatuhi sanksi terkait metode “cuci otak” tahun 2018 lalu. Alasan lain, dr. Terawan aktif mempromosikan vaksin Nusantara, sedangkan penelitiannya belum selesai. Dr. Terawan gencar mempromosikan vaksin Nusantara, meski sudah tidak lagi menjabat Menteri Kesehatan RI.
Terapi “cuci otak” merupakan inovasi dr. Terawan yang saat itu menjabat Kepala RSPAD Gatot Soebroto dan Dokter Kepresidenan RI. Ia berinovasi 2004 dan semakin tahun, semakin diminati banyak pihak. Prakarsanya membentuk Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI), dianggap tidak sesuai prosedur.
Kontroversi “cuci otak”
Nama dr. Terawan sering disebut-sebut setelah memperkenalkan metode digital subtraction angiography (DSA) atau terapi ‘cuci otak’ tahun 2014. Laman Stanford Health Care,USA, menyebutkan metode DSA, biasa digunakan di dunia kedokteran. Yaitu untuk memberi gambaran pembuluh darah di otak, untuk mendeteksi stroke. Dilakukan dengan memasukkan kateter melalui arteri di kaki ke pembuluh darah di otak. Petugas medis (dokter) kemudian menyuntikkan cairan kontras, yang dapat memberi gambaran utuh pembuluh darah di organ tubuh.
Dr. Terawan melakukan hal yang lebih jauh. Ia memasukkan heparin – obat pengencer darah -- ke pembuluh darah. Hal ini dilakukan sebagai penelitian, untuk disertasi program doktoral di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin (Unhas) Ujungpandang. Ia ingin melihat dampak heparin terhadap pasien stroke iskemik.
Menurut hipotesa Terawan, memasukkan heparin ke dalam pembuluh di otak, bisa meningkatkan aliran darah hingga 20% dalam 73 hari. Ia berhasil meraih gelar doktor.
Banyak yang tertarik mencoba metode DSA. Di antaranya Awang Farouk, mantan Gubernur Kalimantan Timur. Ia datang ke Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat (RSPASD) Gatot Subroto, Jakarta. Kondisi Awang tidak menunjukkan perbaikan.
Hal itu membuat kolega dokter menggugat. Ia dipersalahkan, DSA hanya untuk mendeteksi penyakit, bukan untuk terapi. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI menganggap, terapi ‘cuci otak’ dr. Terawan belum terbukti secara klinis, tidak ilmiah dan berpotensi membahayakan pasien.
Gagal pada Awang Farouk, metode DSA berhasil pada banyak pasien lain. Jumlahnya dikabarkan sampai 40.000-an. Dan pasien dr. Terawan bukan orang sembarangan:
* Presiden ke-6 RI Jendral Purn. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
* Mantan Pangdam Jaya & Kepala Badan Intelijen Negara Jendral Purn. Hendropriyono.
* Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.
* Menko Polkam Mahfud MD.
* Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal TNI Purn. Moeldoko.
* Tokoh pers dan Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan.
* Pengusaha dan mantan Menko Perekonomian Aburizal Bakrie.
Vaksin Nusantara
Metode DSA belum selesai, dr. Terawan kembali melakukan terobosan dengan memperkenalkan vaksin Nusantara. Berbeda dengan vaksin lain, vaksin Nusantara menggunakan metode dendritik. Sel dendritik diperoleh dengan mengambil darah pasien /orang yang akan divaksin. Sel dendritik merupakan sel imun yang dapat mengajari sel-sel lain memroduksi antibodi.
Dokter mengambil darah pasien, memisahkan sel, menumbuhkan dan memperbanyak sel dendritik di laboratorium. Masa inkubasi sel prekursor dendritik menjadi sel dendritik, memakan waktu beberapa hari. Setelah sel dendritik terpapar antigen, dokter akan menyuntikkan kembali sel itu kepada orang yang diambil darahnya. Karena prosesnya lumayan rumit, biaya vaksin Nusantara menjadi mahal.
Menhan Prabowo Subianto mendapat vaksin ketiga (booster) COVID-19 langsung dari dr. Terawan. "Meningkatkan imun dan kekebalan tubuh dengan Vaksin Nusantara," tulis Prabowo di Instagram @prabowo, Kamis 13 Januari 2022.
PB IDI akan mencoret nama dr. Terawan sebagai dokter? Menteri Kesehatan Budi G Sadikin menyatakan akan menjembatani IDI dengan Dr. Terawan. Harapan banyak pihak, semoga terjadi win-win solution; bagi kedua belah pihak dan masyarakat umumnya. (sur)