Anjuran untuk minum vitamin agar tidak mudah sakit, cukup sering kita dengar. Ini cukup beralasan, karena vitamin mengkatalisis (meningkatkan) reaksi biokimiawi dalam tubuh sehingga penyerapan nutrisi dan metabolisme berjalan dengan lebih baik. Namun, vitamin sendiri tidak bereaksi secara langsung. “Ibaratnya kita mau ke suatu tempat, vitamin yang mengantar. Setelah menimbulkan reaksi, dia pergi,” terang Raymond R Tjandrawinata, PhD, Direktur Exekutif Dexa Laboratories of Biomolecular Science dalam acara peluncuran kemasan baru Stickpack Stimuno Jeruk di Titan Center, Bintaro, Selasa (30/1/2018).
Vitamin memang menyehatkan, tapi bukan merupakan imunomodulator. Imunomodulator adalah zat yang bisa membantu tubuh memodulasi (mengatur) sistem imun. “Yang terlalu tinggi diturunkan, yang terlalu rendah dinaikkan,” terangnya. Berbeda dengan vitamin, “Imunomodulator langsung bereaksi tanpa bantuan zat lain.”
Reaksinya antara lain meningkatkan jumlah dan aktivitas sel-sel imun. Antibodi, sel T dan sel B bisa meningkat dengan bantuan imunomodulator. Akhirnya, daya tahan tubuh pun membaik.
Ada begitu banyak tanaman khas Indonesia yang bisa bermanfaat sebagai imunomodulator, misalnya sambiloto, jahe, dan kunyit. “Laboatorium kami sudah meneliti berbagai macam herbal, dan kami temukan yang paling kuat adalah meniran,” ungkap Raymond. Maka, tanaman inilah, meniran (Phyllanthurs niruri) yang kemudian digunakan sebagai bahan dasar imunomodulator Stimuno.
Dulu, rebusan meniran biasa digunakan untuk mengobati sakit kuning (hepatitis), batu ginjal dan hipertensi. Namun, jangan lantas minum Stimuno untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut, “Karena sudah kita optimalkan fungsinya sebagai imunomodulator.” Adalah polifenol dan filantin, salah dua zat aktif dalam meniran yang berfungsi sebagai imunomodulator.
Stimuno sudah mendapat label fitofarmaka, atau obat herbal dengan standar tertinggi karena sudah teruji secara klinis. Menurut Raymond, produk ini sudah memiliki delapan uji klinis di Indonesia. Melalui uji klinis pula produk ini terbukti aman untuk dikonsumsi setiap hari.
Ada kekhawatiran bahwa imunomodulator bisa menimbulkan ketergantungan. Misalnya pada anak yang mudah sakit; kondisinya membaik saat diberi imunomodulator. Tapi begitu berhenti, ia kembali sakit-sakitan. “Itu bukan ketergantungan. Memang si anak daya tahan tubuhnya rendah, sehingga harus ditingkatkan. Imunomodulator tidak menimbulkan ketergantungan,” tutur Raymond.
Secara umum, imunomodulator bisa dikonsumsi sehari-hari untuk memelihara daya tahan tubuh. Di saat sakit, dosisnya bisa ditingkatkan sesuai anjuran pada label kemasan. Ia menambahkan, Stimuno sebaiknya tidak digunakan pada orang yang sudah diketahui sangat rentan terhadap bahan herbal. Atau mereka dengan penyakit autoimun seperti lupus dan reumatoid arthritis. Stimuno akan memicu peningkatan antibodi, sedangkan orang dengan autoimun antibodinya sudah tinggi. “Kalau diberi imunomodulator, antibodinya akan tambah tinggi lagi,” pungkas Raymond. (nid)