Menilai Fleksibilitas Tubuh | OTC Digest

Menilai Fleksibilitas Tubuh

Seberapa baik kelenturan (fleksibilitas) tubuh Anda? Fleksibilitas yang optimal memungkinkan kita bergerak dan beraktivitas dengan bebas, tanpa hambatan. Ini juga menunjukkan bahwa kondisi kondisi tulang, otot dan sendi (musculoskeletal) OK.

Ada cara sederhana untuk mengetahuinya, seperti yang diperkenalkan oleh Fonterra Brands Indonesia melalui move check. Ini terdiri dari dua tes, yakni back scratch test dan sit to stand test. “Back scratch untuk mengetahui fleksibilitas tubuh baian atas, sedangkan sit to stand untuk mengetahui fleksibilitas dan kekuatan tubuh bagian bawah,” terang Iman, instruktur move check dari Anlene.

Untuk melakukan back scratch, berdirilah dengan tegak. Angkat tangan yang aktif ke atas, dan tekuk tangan yang lain ke belakang dengan telapa tangan menghadap ke luar. Lalu, tekuk tangan yang aktif ke belakang punggung, satukan dengan tangan yang lain. “Kalau tidak ada jarak (kedua tangan bisa bertemu, red.), artinya fleksibiltas tubuh sesuai dengan usia saat ini,” ujar Iman. Bila kedua tangan berjarak atau tidak bisa bertemu, maka fleksibilitas tubuh bagian atas kurang baik.

Tes sit to stand dilakukan dengan cara duduk – berdiri – duduk lagi. Gunakan kursi yang tingginya sesuai dengan postur Anda. Lepas semua alas kaki, silangkan kedua tangan di dada, lalu duduklah di kursi. Bila sudah siap, hitung waktu 60 detik, dan lakukan sit to stand. Hitung berapa kali Anda mampu melakukannya dalam 60 detik, untuk usia <60 tahun.  Hasil <37 kali menunjukkan bahwa kemampuan gerak tubuh di bawah usia kita sebenarnya. “Untuk usia 25 tahun, terbilang bagus kalau di atas 40 kali,” ucap Iman. Angka 37 – 50 kali berarti rata-rata, atau sesuai dengan usia saat ini. Bila hasilnya >50, berarti fleksibiltas dan kekuatan Anda sangat baik.

“Dari data kami, umumnya untuk sit to stand masih di bawah rata-rata. Kalau back scratch rerata cukup baik,” ujar Ines Yumahana Gulardi, Senior Nutirition Manager Fonterra Brands Indonesia. Move check bukan untuk menilai kelainan pada musculoskeletal, melainkan untuk mengingatkan kita untuk selalu aktif bergerak. Bila hasil move check kita di bawah rata-rata, berarti ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Bisa jadi, tubuh kita kaku karena kurang bergerak.

Sehari-hari, perempuan banyak bergerak dengan menyapu, mengepel dan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Ini bagus, tapi tidak cukup disebut sebagai latihan. Untuk mendapat manfaat yang optimal bagi eksehatan muskuloskeletal, aktivitas fisik harus dilakukan secara teratur dan terukur. “Kuncinya, latihan 30 menit setiap hari, atau 150 menit seminggu,” ujar dr. Andi Kurniawan, Sp.KO, Sekretaris Jenderal PEROSI.

Jenis aktivitasnya yang bersifat aerobic akan meningkatkan denyut jantung dan pernafasan. Untuk meningkatkan kesehatan musculoskeletal, diperlukan latihan yang bersifat resistant atau latihan beban. “Tidak harus ke gym, tpai bisa jug di rumah; anak yang masih kecil dijadikan beban,” ucap dr. Andi. Juga latihan fleksibilitas seperti stretching, yoga dan pilates. (nid)