Urat, dalam bahasa ilmiah kedokteran disebut tendon, adalah ujung kelompok otot pada persendian. Jaringan tendon bersifat elastis sekaligus keras untuk menahan beban. Karena berbagai hal, misalnya aktivitas tubuh yang berlebihan, tendon bisa meradang, disebut tendinitis. Penderita akan merasakan sakit yang makin lama makin tak tertahankan.
Tampak sepele namun berpotensi menurunkan kualitas hidup. Apalagi hal ini banyak dialami oleh usia muda hingga pertengahan (30-50 tahun) yang merupakan usia produktif. Gangguan ini akan menghambat kinerja dan performa kerja.
Menurut dr. Laura Djuriantina, Sp.KFR dari Unit Rehabilitasi Medik RS Pondok Indah, Jakarta, tendinitis berhubungan dengan aktivitas tubuh yang berlebihan, dilakukan berulang-ulang, posisi tubuh yang tidak biasa dan banyak tekanan.
Baca juga : Mencegah Nyeri Bahu
Akibatnya, tendon meregang terus menerus, hingga lama kelamaan terjadi peradangan (inflamasi). Dalam jangka panjang, bisa muncul proses kalsifikasi (penumpukan kalsium), dan nyeri akan bertahan. Tentunya akan menghambat aktivitas dan gerak tubuh.
Tendinitis bisa bersifat akut dan kronis. Pada kondisi akut, biasanya muncul semua gejala radang: kemerahan, bengkak, panas dan gangguan fungsi. Pada kondisi kronis (>1 bulan), biasanya yang terjadi adalah keterbatasan gerak.
"Misalnya terjadi pada bahu, maka bahu yang seharusnya bisa terbuka lebar, diangkat sedikit saja sudah kesakitan. Gambaran radiologis pada kondisi kronis, tendon menebal dan putih-putih seperti ada tulang tumbuh,” terang dr. Laura.
Sesungguhnya itu bukan tulang, melainkan kalsifikasi yang terjadi di celah-celah tendon. Yang ditakutkan bila sampai terjadi robekan tendon. Kasus seperti ini biasanya membutuhkan tindakan pembedahan.
Bagian tubuh tersering mengalami tendinitis
Salah satu yang paling sering yakni tendon Achilles di daerah tumit. Memicu nyeri hebat hingga penderita sulit tidur. Ini biasa terjadi akibat cedera olahraga.
Suprastinatus tendinitis (keluhan di sekitar sendi bahu) juga banyak terjadi. Keluhan utamanya, bahu terasa nyeri saat digerakkan ke atas, atau saat berbaring pada sisi bahu yang mengalami radang. Bahu merupakan sendi yang paling bebas bergerak: ke depan, belakang, atas, bawah, samping. Bila terjadi tendinitis, gerakan jadi terbatas.
Yang juga banyak terjadi yakni golfer/tennis syndrome (lateral epiconylitis), nyeri pada siku. Biasanya sampai menjalar hingga ke lengan bawah. Bisa terjadi pada pemain tenis atau golf yang tidak melakukan pemanasan atau salah melakukan gerak.
“Perempuan yang biasa menenteng tas dengan bertumpu pada siku, juga bisa terkena golfer/tennis syndrome. Adapun pemain basket dan atlet yang sering melakukan aktivitas loncat, berlari atau menendang, rentan mengalami patellar tendinitis; biasanya terjadi akibat tekanan berulang pada daerah lutut,” tambah dr. Laura.
Yang kelima tersering yakni De Quervain’s tendonitis, terjadi pada pangkal ibu jari. Sering terjadi pada ibu rumah tangga akibat melakukan gerakan repetitive, seperti memeras cucian atau santan sehingga tendon meregang. Bila ibu jari ditarik ke bawah, sakitnya luar biasa.
Bagaimana mengatasi tendinitis?
Pada kondisi akut, harus dilakukan prinsip RICE (rest, ice, compression, elevation). Sendi yang sakit diistirahatkan, dikompres dan diangkat, serta obat untuk mengurangi proses inflamasi.
Bisa dilakukan suntikan kortikosteroid, tapi harus dilakukan oleh dokter yang ahli dalam bidang tersebut. Atau dilakukan terapi fisik, misalnya fisioterapi dengan bermacam alat. Modalitas terapi panas bisa dilakukan, dan bila kondisi menjadi semakin parah, pilihan terakhir adalah pembedahan. Pilihan terbaru yakni terapi dengan RSWT (radio shock wave therapy). (nid)