Pasangan suami istri disebut mengalami masalah kesuburan (infertilitas) bila dalam waktu minimal satu tahun, melakukan hubungan intim teratur tanpa alat kontrasepsi apapun namun belum berhasil mendapatkan kehamilan.
Satu dari tujuh pasangan suami istri di dunia mengalami infertilitas, baik infertilitas primer maupun infertilitas sekunder. Hal ini tidak hanya terjadi pada wanita, tetapi juga pria.
Infertilitas primer berarti sepasang suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual, 2-3 kali seminggu tanpa alat kontrasepsi.
Sedangkan infertilitas sekunder berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual, sebanyak 2-3 minggu tanpa alat kontrasepsi.
Menurut penelitian, sekitar 40 – 50% kasus infertilitas disebabkan oleh faktor yang berasal dari istri, 25 – 40 % dari suami, 10% karena faktor keduanya, dan 10 %-nya lagi tidak diketahui penyebabnya (idiopatik).
Penyebab infertilitas
Menurut dr. Handaya Dipanegara, M.Kes, Sp. Ak (spesialis akupunktur klinik), dari RS Pondok Indah Jakarta, banyak hal yang menyebabkan infertilitas pada wanita, seperti gangguan ovulasi (pelepasan sel telur), endometriosis (tumbuhnya lapisan dalam rahim di luar rahim) atau penyumbatan saluran telur.
Hal lain yang turut meningkatkan risiko gangguan kesuburan adalah terjadinya penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga lapisan rahim kekurangan aliran darah, faktor hormonal dan menopause dini.
Sementara pada pria gangguan kesuburan bisa disebabkan oleh berkurangnya jumlah produksi sperma, adanya sumbatan pada sistem pengeluaran sperma, atau terbentuknya antibodi (di tubuh istri) terhadap sperma.
Baca : ASA Tinggi, ketika Istri Alergi terhadap Sperma Suami
Hal lainnya seperti akibat kelainan genetik, gangguan hormonal, impotensi, kondisi varikokel (varises di pembuluh darah di skrotum), atau akibat pengaruh radiasi/obat-obatan.
Terapi infertilitas
Penanganan infertilitas yang tepat harus selalu dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Berkembangnya teknologi kedokteran saat ini diharapkan dapat memberikan hasil dengan angka keberhasilan tinggi dengan risiko minimal.
“Terapi medis mulai dari induksi ovulasi, inseminasi intra-uterin (IIU), dan program bayi tabung (IVF), tergantung indikasi dari masalah infertilitas yang dialami,” ujar dr. Handaya.
Pasangan yang merasa memiliki gangguan infertilitas sebaiknya berdiskusi lebih lanjut dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan sebelum menentukan terapi penanganan gangguan kesuburan yang tepat. (jie)
Bersambung ke: Infertilitas, Atasi Dengan Akupunktur