probiotik untuk diare pada ibu hamil dan bayi

Mengatasi diare pada bumil dan bayi dengan probiotik

Diare sebenarnya mekanisme tubuh untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh, dibuang bersama tinja yang encer. Namun diare juga bisa terjadi akibat gangguan di saluran cerna, seperti infeksi, pengeluaran cairan berlebih, gangguan penyerapan atau akibat gerakan usus yang terlalu cepat.

Diare pada anak-anak paling banyak disebabkan oleh virus (gastroenteritis). Diare jenis ini biasanya tidak serius. Sementara pada ibu hamil, diare kerap disebabkan akibat efek samping kehamilan (perubahan hormonal, sensitif pada makanan tertentu dan stres).

Seperti pada anak-anak, meskipun sebagian besar masalah diare tidak serius, namun dapat menyebabkan komplikasi kehamilan jika mengalami gejala yang parah atau berkelanjutan.

Komplikasi diare

Komplikasi berbahaya diare adalah dehidrasi. Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi atau anak-anak yang lebih kecil, atau mereka dengan kondisi imun yang lemah.

Dehidrasi yang terjadi bisa ringan, sedang atau berat. Jika seseorang – terutama bayi – mengalami dehidrasi sedang atau berat akan memberi tekanan ke jantung dan paru-paru. Dalam kasus terburuk bisa menyebabkan shock yang mengancam jiwa.

Riset di jurnal BMC Pediatrics menjelaskan bila diare masih menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan pada anak-anak di bawah lima tahun, di negara berkembang.

Bayi yang mengalami dehidrasi akibat diare menunjukkan gejala seperti bibir kering, mata cekung, menjadi lesu dan gampang rewel, dan meneteskan lebih sedikit air mata saat menangis.

Jika mengalami dehidrasi berat, bayi/anak justru menolak untuk minum, jumlah urin sangat berkurang / tidak menghasilkan urin, mata sangat cekung, ubun-ubun yang sangat cekung (pada bayi), kulit dingin, pucat dan pernapasan cepat.

Makanan/minuman saat diare

Hal utama yang perlu diantisipasi saat diare adalah jangan sampai mengalami dehidrasi. Sehingga disarankan untuk lebih sering minum, seperti jus buah atau larutan elektrolit untuk menggantikan cairan yang terbuang. 

Mengonsumsi makanan rendah serat dapat membantu memadatkan feses. Untuk ibu hamil lebih disarankan mengonsumsi makanan hambar. Valerie Nemeth, dkk, menyarankan ibu hamil untuk menerapkan diet BRAT.

Ini termasuk mengonsumsi pisang, roti panggang, oatmeal, nasi putih, sup/kaldu dan saus apel, untuk memperbaiki gejala diare.  

Pada bayi usia 6 bulan ke atas, mengutip Healthdirect, ASI tetap diberikan (lebih sering). Jika mereka muntah, berikan minuman setelahnya. Larutan rehidrasi oral atau cair bisa diberikan dalam 12 jam pertama. 

Berikan anak yang lebih besar sedikit cairan untuk diminum lebih sering (misalnya tiap 15 menit). Larutan rehidrasi (misalnya oralit) adalah yang terbaik, tetapi jika mereka menolak bisa memberikan jus buah encer (jangan gunakan versi diet atau rendah kalori).

Probiotik memampatkan diare

Selain terapi diare konvensional (banyak minum, zinc, nutrisi dan antibiotik), saat ini para ahli mulai menambahkan probiotik (bakteri baik) untuk mengatasi diare.

Probiotik bekerja dengan membentuk kolonisasi dan memicu pertumbuhan bakteri bermanfaat di usus. Dengan demikian, mikroorganisme patogen tidak bisa melekat di dinding usus untuk memicu gangguan pencernaan, termasuk diare.

Probiotik juga mengaktifkan sistem imun pada saluran cerna, sehingga patogen penyebab diare bisa segera dibasmi.

Penelitian Mai TT, et al (2021) di European Journal of Clinical Nutrition, membuktikan pada 1.003 anak usia 3-5 tahun di Vietnam yang diberikan minuman susu fermentasi mengandung probiotik L. casei Shirota strain (LcS) kejadian diare lebih sedikit, dibandingkan kelompok anak yang tidak menerima LcS.

Sebuah publikasi studi di India oleh Sur et al (2011) juga menunjukkan hasil yang serupa. Sebanyak 3.758 balita terlibat dalam riset ini. Setelah konsumsi susu fermentasi LcS selama 12 minggu, kejadian diare pada kelompok probiotik sangat rendah (0,88 kasus/anak/tahun), dibandingkan pada kelompok non probiotik (1,02 kasus/anak/tahun) . Secara persentase efek pencegahan LcS terhadap kejadian diare dalam penelitian ini adalah sekitar 14%.

Pada orang dewasa, salah satu riset dilakukan oleh Kazumasa Matsumoto pada 34 orang dewasa sehat dengan keluhan feses yang lembek.

Pada kelompok probiotik, frekuensi buang air besar berkurang setelah konsumsi probiotik LcS selama 4 minggu, dibandingkan sebelum konsumsi minuman probiotik. Feses jauh lebih padat pada kelompok probiotik, dibandingkan kelompok plasebo. Kandungan air juga lebih rendah pada kelompok probiotik ketimbang kelompok plasebo.

Khusus untuk ibu hamil, pemberian probiotik dianggap aman untuk ibu dan janin. Meta-analisis yang dilakukan Jean-Jacques Degoua, dkk, membuktikan bila dari total 1500 wanita hamil yang mendapatkan suplementasi probiotik (baik golongan Lactobacillus atau dikombinasi dengan Bifidobacterium) pada minggu ke 32 hingga 36, tidak ada peningkatan risiko keguguran, malformasi janin, perbedaan berat lahir yang signifikan, usia kehamilan atau kejadian operasi caesar. (jie)

________________________________________

Ilustrasi: senivpetro on Freepik