Alasan Sampel Tes Swab Diambil Melalui Hidung dan Mulut
swab_PCR

Mengapa Sampel Tes Swab Diambil Melalui Hidung dan Mulut? Ini Alasannya

Pemeriksaan PCR masih menjadi pemeriksaan diagnosis utama untuk COVID-19, karena akurasinya sangat baik. Bahan pemeriksaan (sampel) untuk PCR didapat melalui tes swab. Sampel tes swab ini kemudian diperiksa dengan mesin PCR, untuk mendeteksi ada atau tidaknya RNA virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19.

Sampel tes swab diambil melalui kedua lubang hidung dan mulut. Ternyata, ini ada alasannya. “Bagian belakang hidung dan tenggorokan itu terhubung. Di sinilah virus biasanya berada,” ujar Direktur Utama Genomik Solidaritas Indonesia (GSI Lab), dr. Nino Susanto. Saluran napas bagian atas adalah tempat virus mulai bereplikasi.

Swab dari hidung bertujuan mengambil sampel dari nasofaring atau bagian belakang hidung. Adapun swab dari mulut untuk mengambil sampel dari orofaring atau dinding belakang tenggorokan. Sampel tes swab perlu diambil dari nasofaring dan tenggorokan untuk mengoptimalkan kesempatan mendeteksi virus. Tentu kemungkinan deteksi virus lebih tinggi bila titik pengambilan sampel lebih banyak, ketimbang hanya dari hidung saja atau tenggorokan saja.

Prosedur pengambilan sampel tes swab

Tidak ada persiapan khusus untuk melakukan tes swab. Cukup datang ke tempat pemeriksaan, lalu mendaftar dan mengisi data diri. Petugas akan memberi kita peralatan tes, dan kita bisa langsung membawanya ke tempat pengambilan sampel tes swab.

Pendaftaran pemeriksaan PCR di GSI Lab / Foto: Hanida

Untuk mengambil sampel melalui hidung, petugas akan meminta kita untuk mendongakkan kepala, hingga posisi rongga hidung hampir tegak lurus. Selanjutnya, petugas akan memasukkan semacam cotton bud dengan tangkai panjang melalui rongga hidung. Ujung cotton bud akan diputar selama beberapa detik untuk mengambil sampel dari orofaring. Selanjutnya dilakukan prosedur serupa dari lubang hidung satu lagi.

Selama prosedur ini, bernapaslah dengan tenang, jangan panik dan tegang. Prosedurnya memang sedikit tidak nyaman, tapi tidak menyakitkan. Jangan pula malu bila kemdian menangis. “Ini adalah reaksi yang wajar. Di bagian dalam hidung ada saluran kelenjar air mata. Swab merangsang saluran ini sehingga orang bisa menangis,” papar dr. Nino. Ini disebut refleks lakrimal. Reaksi lain yang mungkin terjadi yakni batuk-batuk.

Untuk mengambil sampel dari tenggorokan, bukalah mulut lebar-lebar. Ini akan memudahkan petugas mengambil sampel dari bagian belakang tenggorokan kita. Lagi-lagi akan terasa kurang nyaman, dan mungkin saja timbul reaksi ingin muntah. Jangan panik, ini respons normal.

Pengambilan sampel tes swab di GSI Lab bisa dilakukan secara drive-thru sehingga kita tidak perlu turun dari mobil. Ada pula pengambilan secara walk-thru. Cukup berjalan ke depan loket pengambilan sampel, yang dilengkapi sarung tangan panjang untuk petugas pengambilan sampel. Begitu sampel selesai diambil, petugas lain akan langsung memasukkan cotton bud ke tabung khusus, yang sudah dilengkapi dengan label data diri kita.

Mengetahui hasil

Pemeriksaan CPR membutuhkan waktu sekitar 7 jam. “Biasanya, hasil sudah bisa didapat pada hari berikutnya,” ujar dr. Nino. Hasil tes kemudian akan dikirimkan melalui e-mail.

Cepat lambatnya hsil pemeriksaan tergantung dari kapasitas mesin. Di GSI Lab, bisa dilakukan pemeriksaan PCR hingga 5.000 sampel per hari. Sumbangan berupa mesin ekstraksi RNA, mesin tes PCR dan testing kit dari Tanoto Foundation dan Temasek Foundation International bisa menambah kapasitas pemeriksaan hingga sekitar 600-1.000 sampel per hari. Sumbangan ini diberikan pada Senin (2/11/2020).

Hasil pemeriksaan swab tes-PCR disebut paling akurat, tapi memang hasinya tidak 100%. Tetap ada kemungkinan hasil false-negative atau false-positive. Ada banyak faktor yang berpengaruh. Bisa jadi dari pengambilan sampel; bagaimanapun yang diambil hanyalah sampel dari nasofaring dan tenggorokan. Bisa saja virus kebetulan tidak ada di sampelyang diambil, atau pengambilan sampel di saat yang kurang tepat, atau pengambilannya kurang baik, sehingga hasil tes negatif padahal orang tersebut sebenarnya memiliki virus.

Kemungkinan lain misalnya penyimpanan sampel ataupun transportasi sampel yang kurang baik, dan lain-lain. Pengambilan sampel oleh petugas yang sudah terlatih tentu meningkatkan akurasi hasil. Tempat pengambilan sampel tes swab yang berada dalam satu kompleks dengan lab pemeriksaan CPR bisa memiliki hasil yang lebih baik dan cepat, sampel bisa langsung diperiksa tanpa memerlukan transportasi panjang. (nid)