Pilar pengelolaan diabetes mencakup monitoring gula darah dan HbA1c. Target HbA1c yakni <7% (53 mmol/L). HbA1c adalah rerata kadar gula darah selama tiga bulan; seperti raport yang merekam nilai gula darah dengan sejujur-jujurnya. Nilai HbA1c merupakan parameter untuk melihat apakah gula darah terkontrol atau tidak. Pemeriksaan HbA1c harus dilakukan di lab.
Untuk monitoring gula darah bisa dilakukan sendiri di rumah menggunakan alat pemeriksaan gula darah mandiri (PGDM), dengan setetes darah dari ujung jari. Ini perlu dilengkapi buku harian. “Catat hasil pemeriksaan gula darah beserta jenis dan porsi makanan yang dikonsumsi, serta pemeriksaan lain misalnya tensi,” terang dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD-KEMD, FINASIM dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang akrab disapa dr. TJ. PDGM dan buku harian telah dianjurkan oleh Federasi Diabetes Internasional (IDF).
Tujuan utamanya yakni untuk mengubah perilaku penyandang diabetes. Misalnya seorang diabetesi (penyandang diabetes) sarapan dengan 250 kkal; kadar gula darahnya bagus saat diperiksa dua jam kemudian. Namun, besoknya dia sarapan sebanyak 350 kkal, dan gula darahnya melonjak. Dia akan melihat perbedaan ini dan belajar mengontrol diri sendiri.
Mereka juga akan lebih mengenali karakter tubuhnya, dengan melihat sendiri bahwa kadar gula darah akan naik saat ia stres atau kurang tidur, sebaliknya membaik bila melakukan aktivitas fisik teratur. Dengan demikian, diabetesi bisa menyimpulkan sendiri apa yang baik atau kurang baik bagi tubuhnya, dan melaksanakan pelajaran tersebut berdasarkan kesimpulannya. “Biasanya ini akan lebih kuat mendorong pasien untuk taat, dibandingkan bila diajarkan oleh dokter atau orang lain,” ujar dr. TJ.
Bawa serta buku harian ini saat kontrol ke dokter. Dokter akan menginterpretasi catatan di buku harian tersebut. “Misalnya, kadar gula darah tinggi sebelum makan malam, berarti mungkin makan siangnya lebih banyak, sehingga dosis obat siang perlu lebih tinggi,” tutur dr. TJ. Hal ini akan sangat memudahkan dokter, untuk menentukan atau menyesuaikan jenis obat dan dosisnya.
PDGM terstruktur
PDGM sebaiknya dilakukan terstruktur dengan frekuensi yang cukup. Ini agar catatan waktunya jelas, sehingga lebih mudah bagi dokter untuk menyesuaikan pemilihan jenis obat dan dosisnya. Untuk diabetes tipe 2 (DM 2), biasanya cukup 2-3 kali seminggu.
Yang paling sederhana yakni dua titik dalam sehari: sebelum dan 2 jam sesudah makan. Pada hari pertama, lakukan sebelum dan sesudah sarapan. Dua hari kemudian, sebelum dan sesudah makan siang, dua hari berikutnya lakukan pada sebelum dan sesudah makan malam. Dengan cara ini, dokter akan mudah menentukan besaran dosis obat dalam sehari. “Bila hasilnya sudah diketahui, tentu bisa diantisipasi sehingga harapannya, gula darah tidak ‘amburadul’ kadang tinggi kadang rendah; ini tidak baik untuk pasien diabetes,” tutur dr. TJ. Pemeriksaan terstruktur juga membantu menurunkan kadar HbA1c.
Pada saat tertentu, PDGM perlu lebih sering. Misalnya sedang bepergian, stres, penyesuaian obat/dosis baru, hamil/ merencanakan kehamilan, atau menghadapi peristiwa kehidupan baru.
Juga, lakukan PDGM saat curiga bahwa gula darah drop. Gula darah yang terlalu rendah (hipoglikemi) yakni <70 mg/dL, bisa berakibat fatal hingga menyebabkan koma dan kematian, sehingga perlu segera diatasi. Cara yang dianjurkan Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) yaitu segera mengonsumsi 15-20 gram gula. Ini bisa berupa satu sendok gula/madu/sirup, atau permen; lihat kandungan gula pada kemasannya, untuk menentukan banyak permen yang dibutuhkan.
Bagaimana bila kadar gula darah tinggi saat diperiksa dengan PGDM? “Bila tidak ada keluhan apa-apa, dianjurkan untuk banyak minum air. Minum obat dengan dosis dan jadwal seperti biasa,” papar dr, TJ. Lalu, berkonsultasilah dengan dokter pada jadwal berikutnya. Kemungkinan, gula darah tinggi karena makan agak terlalu banyak sebelumnya.
Namun, waspada bila gula darah tinggi disertai gejala seperti mual dan muntah hingga tidak bisa makan. “Jangan tunggu lagi, segera ke IGD (instalasi gawat darurat). Dikhawatirkan terjadi ketoasidosis,” tegasnya. Ketoasidosis adalah kondisi, di mana darah menjadi asam karena gula darah terlampau tinggi.
Bila sedang sakit misalnya terserang flu atau diare, ada baiknya menghubungi dokter karena bisa saja gula darah jadi tidak terkontrol dengan jenis obat dan dosis yang biasa. (nid)