Di dalam tubuh, karbohidrat akan diubah menjadi glukosa (gula). Dulu, diabetesi dilarang makan karbohidrat; diet hanya berupa lemak dan protein. “Memang gulanya turun, tapi terjadi komplikasi tertentu,” ujar Prof. Dr. dr. Sarwono, Sp.PD-KEMD dari FKUI/RSCM, Jakarta. Kini, penderita diabetes (diabetesi) dianjurkan agar mengonsumsi karbohidrat 60% dari total kalori harian.
Karbohidrat terbagi menjadi karbohidrat kompleks dan sederhana. Karbohidrat kompleks penyerapannya lebih perlahan karena tinggi serat, membuat pengosongan lambung lebih lambat. “Sebaliknya, karbohidrat sederhana cepat membuat gula darah naik dan cepat turun, sehingga orang cenderung lebih cepat lapar,” tutur dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD dari FKUI/RSCM.
Warna-warni Beras
Apakah diabetesi sebaiknya mengonsumsi beras merah (berwarna) yang mengandung karbohidrat kompleks? “Nasi putih boleh. Nasi merah boleh, tapi tidak harus,” ujar dr. Imam Subekti, Sp.PD-KEMD, Ketua Divisi Endokrinologi FKUI. Kalau makan nasi merah porsinya boleh lebih banyak. Masalahnya, tidak semua orang suka rasanya. “Tidak bijaksana jika dipaksakan,” imbuhnya.
Secara umum, dikenal ada beras putih dan beras berwarna. Perbedaan warna ini disebabkan oleh pigmen tanaman. Pada beras merah, terkandung pigmen antosianin (pigmen sumber warna hitam, ungu atau merah), dan beras hitam mengandung antosianin sangat tinggi. Pigmen ini merupakan antioksidan yang sangat baik. Kandungan serat pada kedua beras ini tinggi, dan umumnya diolah secara sederhana sehingga kulit arinya masih ada.
Beras putih dan coklat berasal dari varietas yang sama; hanya pengolahannya yang berbeda. Setelah dipanen, beras ditumbuk dengan lesung atau digiling untuk mengupas sekam (kulit beras). Hasilnya, beras kecoklatan. Berwarna demikian karena masih ada lapisan kulit ari pada biji beras. Kulit ari beras kaya akan berbagai nutrisi seperti vitamin E dan B kompleks serta mineral misalnya potasium. Kandungan seratnya amat tinggi; menjadikan beras coklat sebagai karbohidrat kompleks.
Beras putih yakni beras coklat yang diproses lagi untuk menghilangkan kulit arinya. Lebih indah dilihat, rasanya lebih enak, lembut dan pulen. Namun,kandungan serat dan nutrisi lainnya lebih rendah karena kulit arinya sudah hilang.
Beras merah/hitam/coklat terasa kasar dan waktu memasaknya lebih lama. Ketiga beras ini memang lebih sehat, tapi banyak yang tidak menyukai rasanya. “Silakan makan nasi yang enak, hanya porsinya dibatasi sesuai kebutuhan,” kata dr. Dante. Bagi yang menyukai dan sudah terbiasa mengonsumsi beras merah/hitam/coklat, tentu lebih baik.
Diabetes akan dialami seumur hidup; jangan menyiksa diri dengan mengharuskan makan nasi dengan rasa yang tidak disukai, serta menghitung dan menimbang kalori makanan. Dr. Dante menekankan, makanlah seperti biasa; diet sebisa mungkin, tapi jangan sampai tersiksa. Yang penting, perhatikan 3J: jadwal, jenis dan jumlah makanan. “Pengobatan dan lifestyle diabetes bukan artifisial (dibuat-buat). Harus bisa selaras dengan kehidupan sehari-hari; hanya butuh penyesuaian. Yang penting be wise dan enjoy dengan diabetes,” tuturnya. (nid)
Baca juga: Penyandang Diabetes Boleh Minum Manis