Banyak hal yang dapat menyebabkan mata merah, yang terbagi atas infeksi dan non infeksi. Yang karena infeksi pun penyebabnya ada tiga, yakni bakteri, virus dan jamur. Maka, pengobatannya tidak bisa sembarangan. Perlu dicari tahu lebih dulu, apa penyebabnya.
Mata merah karena virus
Penyebab utama mata merah infeksi adalah virus. Gejala-gejalanya meliputi: keluarnya cairan yang tidak berwarna hijau atau kuning dari mata.
Seringkali, penderita disertai gejala-gejala penyakit infeksi virus, seperti influensa, yaitu hidung yang mampet dan ingusan. Kelopak mata mungkin juga mengalami pembengkakan. Kadang, penderita merasa sakit saat melihat sinar yang terang.
Infeksi karena virus, secara teori tidak membutuhkan antibiotik dalam penanganannya, dan cukup mengandalkan daya tahan tubuh. Namun demikian, menurut dr. Elvioza, Sp.M (K) dari Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ada kalanya dokter akan memberikan antibiotik, untuk mencegah infeksi bakteri yang bisa terjadi pada orang yang terinfeksi virus.
Sebab itu, penderita harus menemui dokter mata dan dokter akan memberikan pengobatan yang tepat. Mata merah yang disebabkan oleh virus, biasanya akan hilang sendiri dalam 7-10 hari setelah gejala muncul.
Mata merah karena bakteri
Gejala-gejala mata merah yang disebabkan bakteri, mencakup: sakit/ nyeri mata, bengkak, kemerahan dan keluarnya kotoran dalam jumlah sedang sampai banyak.
“Ciri khas mata merah akibat infeksi bakteri yaitu belekan, biasanya berwarna kuning kehijauan. Tapi, kalau lebih banyak cairan dan beleknya sedikit, itu biasanya karena virus,” ucap dr. Elvioza. Kotoran pada mata umumnya menumpuk saat bangun tidur.
Baca juga : Benarkah Kacamata Hitam Cegah Penularan Iritasi Merah?
Jika anak-anak mengalami mata merah, mereka mungkin terbangun dengan rasa tidak senang karena mata mereka lengket, tertutup. Kotoran pada mata bisa dihilangkan dengan handuk hangat. Mata merah karena bakteri, umumnya dirawat dengan mengusapkan handuk hangat ke mata berulang-ulang dan diobati dengan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, atau obat salep yang diresepkan oleh dokter.
Sebaiknya, hindarkan menggunakan obat yang diresepkan untuk orang lain, atau obat mata untuk infeksi lama, karena mungkin sudah tidak memadai untuk infeksi yang dialami sekarang. Atau, obat itu mungkin telah tercemar dari infeksi-infeksi lain, karena secara tidak sengaja kita menyentuhkan botol obat pada area-area yang terinfeksi.
Ada suatu metode yang aman dan efektif untuk memberikan obat tetes mata pada anak. Yaitu dengan meminta anak untuk berbaring dan menutup matanya. Lalu, teteskan obat sesuai dosis yang dianjuran ke bagian dalam mata, dekat jembatan hidung.
Biarkan cairan obat menggenang, seperti danau kecil. Ketika anak membuka mata, obat tetes akan mengalir dengan lembut ke dalam selaput-selaput lendir yang terinfeksi, tanpa harus memaksa anak membuka matanya. (vit)